CHAPTER 1

2.5K 62 37
                                    

Matahari menerobos gorden kamarku seenaknya. Tetapi aku tidak mendengar suara alarm pagi yang berbunyi, kenapa? Apa rusak? Terserahlah aku tidak perduli.

Kubuka mataku dan membiasakan cahaya yang masuk ke dalam iris kelamku. Aroma pancake madu langsung menyambutku. Aah,,tak perlu heran, karena ini sudah biasa.

“Tuan muda max, selamat pagi” sambut para maid yang sudah berjejer di samping ranjang king sizeku. Dengan malas aku bangun dari tidurku dan memposisikan diri untuk duduk di kasurku. Setelah itu para maid langsung menyiapkan meja kecil di hadapanku lengkap dengan pancake madu di hadapanku.

Mungkin menurut sebagian orang hidupku mewah adanya. Seperti ungkapan terlahir dengan sendok emas, wajah rupawan, serta banyak digilai gadis maupun pria berstatus uke. Tapi semua itu tak terlalu benar, karena sebagian hidupku benar-benar membosankan.

Salah satu yang membuatku bosan adalah orang tuaku lebih tepatnya ayahku, kenapa ayahku saja? Jawabnya karena ibuku telah meninggal dunia saat aku masih berusia 5 tahun. Ayahku yang selalu sibuk dan tidak pernah berada dirumah karena bisnis keluarga kami yang bisa dibilang sukses dan memiliki cabang di beberapa negara. Dan yang paling tidak kusukai adalah saat ayahku yang terus saja berusaha menjodohkanku dengan anak dari rekan bisnisnya. Katanya aku sudah seharusnya memiliki pendamping hidup di usiaku yang sekarang.
Mataku menatap sesendok pancake di hadapanku. Entah kenapa aku benar - benar tidak memiliki nafsu makan sekarang. Dengan kasar kujatuhkan sendok yang berada di tanganku ke piring dan membuat bunyi nyaring yang khas.

“Apa ada masalah tuan muda?”Tanya salah satu maid.

“Tidak, hanya saja hari ini aku tidak nafsu makan.” Ucapku bangkit dan melesat ke arah kamar mandi. Ahh ada satu hal yang penting dari ceritaku ini. Aku adalah seorang direktur/ceo di perusahaan yang didirikan ayahku, dan kalian bisa mengingat namaku adalah maxime cote.
                         

                        

-CANDU-


Lamborgini mewahku telah sampai di depan lobi kantor membuat banyak pasang mata menatap kagum. Akupun keluar dari mobilku dan membiarkan sopirku memenuhi tugasnya.

“Hai, bro!” sapa jacob berada di depanku entah sejak kapan.

“Menyingkirlah.” aku berjalan santai melewati jacob dan tak berniat berurusan dengan pria ini pagi-pagi.

“Eehh.. jangan bersikap dingin seperti itu pada temanmu ini. Ada sesuatu yang ingin kusampaikan!”

Aku terus berjalan tanpa memperdulikan pria berkulit eksotis itu yang terus mengekoriku. Pagiku yang tenang hancur sudah.

Jam demi jam, menit demi menit terus berjalan. Setumpuk berkas yang menumpuk seperti gunung di hadapanku membuatku bosan dan lelah.

Tok.. tok.. tok

“Masuk!” suruhku kepada orang yang mengetuk pintu tersebut. Munculah jacob dengan senyum sejuta wattnya.

“oh ya, max kau tau tidak aku tadi melihat seorang pria mungil yang sangat cantik di pantry. Dia-,”

CTAK!

Kulemparkan sebuah pulpen ke arah jacob dan sukses mendarat di kepalanya. Membutku menahan tawa karena ekspresi jacob dan mulutnya yang berkomat kamit mengeluarkan sumpah serapahnya.

Waktu makan siang telah tiba, aku menatap jacob yang masih setia duduk di sofa ruanganku. Pria tan yang eksotis itu masih memperlihatkan ekspresi badmood karena kulempari dengan pulpen tadi.

“hey, jacob bisa kau antar aku ke kantin?”

“Bukankah kau tidak biasa makan disana?”jawab jacob malas. Aku menghela nafas. Apa salahnya jika aku kesana?

CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang