ɳѳtɦiɳg ʆikɛ uร : รɑѵɛ ɱɛ

279 77 40
                                    

Jangan lupa vote dulu sebelum baca. 😇

Happy Reading
.

.
ⓝ19F08💞



Terlampau tenang sulit untuk dimengerti. Terlalu banyak teka-teki Ji-Eun masih ingat sekali, ketika matanya tidak sengaja bersibobrok dengan mata namja bermarga Jung itu. Mata itu memang tidak menunjukan kebohongan. Ketika setiap kali Ji-Eun melayangkan bereberapa pertanyaan. Sorot mata itu justru menunjukan kebenaran. Namun penuh dengan luka terlihat kentara tercetak jelas banyak kesedihan di sana.

Tak pelak membuat sisi lembut Ji-Eun terlihat. Bukan karena ia kasian dengan apa yang ia dengar kemarin. Tapi sungguh hati Ji-Eun tergerak untuk melindungi atau bahkan menjadi penyemangat hidup Jung-Kook. Mungkin. Sepintas pikiran itu terlintas membuat Ji-Eun mengelengkan kepala.

Masih tercetak sangat jelas di ruangan ini. Ruangan yang membuat sisi garang yeoja bermarga Lee itu muncul ketika berhadapan dengan mangsanya. Namun tidak untuk seorang Jeon Jung-Kook sisi garang seorang Lee Ji-Eun hilang digantikan dengan sisi lembut membiarkan seorang Jeon Jung-Kook menangis dipelukannya. Masih belum paham sejujurnya namun otak Ji-Eun berpikir keras bahwa seorang Jeon Jung-Kook butuh seseorang untuk bersandar saat ini.

"Kau tau. Dulu aku sangat ingin menjadi bunga sakura. Meskipun bunga sakura mudah gugur, namun juga mudah bersemi kembali.  Tapi semua orang selalu menganggapku seperti bunga anyelir atau carnation biasa dipakai untuk membuat rangkaian bunga dan melambangkan kasih sayang ibu. Aku menyukai bunga warna putih bukan kuning. Tapi mereka selalu memberiku bunga warna kuning."

Seklebat perkataan Jung-Kook terngiang dipikiran Ji-Eun. Apa bedanya putih dan kuning bukankah itu sama saja. Berjenis bunga anyelir.

Yeoja itu masih terdiam tanpa minat. Otak cerdasnya berusaha mencerna semua informasi yang ia dapatkan dari Jung-Kook namun hanya satu yang selalu terus terbayang--- Bunga Anyelir Putih dan Bunga Anyelir Kuning apa bedanya---setelah ke luar dari ruang introgasi untuk membawa Jung-Kook ke dalam sel tahanan. Tidak ada penolakan dari namja itu. Ia masih diam setelah kejadian memalukan yang Jung-Kook lakukan sendiri. Hay! Jeon Jung-Kook memiliki wajah garang sebelum seorang polisi wanita memberi pertanyaan seputar keluarganya. Sedikit tercekat ketika ia harus mengingat masa lalu yang selalu ingin ia lupakan. Terlalu sakit. Terlalu pahit untuk dikenang.

Tae-Hyung sudah sedari tadi duduk di depan Ji-Eun. Namun yeoja itu tidak merespon sama sekali. Kalau biasanya ia akan mendapat pukulan atau teriakan super kencang dari Ji-Eun namun sedari tadi. Namja itu sudah menunggu tidak ada tanda-tanda bahwa Ji-Eun akan menyerangnya. Padahal kedua telinga Tae-Hyung sudah ia sumpal dengan kapas. Bukankah Tae-Hyung itu pintar.

Tae-Hyung mencebik kesal ia melepas kedua benda yang menyimpan telinganya. Membuang kearah Ji-Eun yang masih setia melamun.

"Lee Ji-Eun. Cepat sadar! Aku di sini? Apa kau tidak mau menyerangku?" tanya Tae-Hyung memperlihatkan senyum kotaknya.

Tidak ada respon dari yeoja itu. Sampai Tae-Hyung berjalan menuju belakang tubuh Ji-Eun mendorong sedikit keras kursi yeoja itu sampai terbentur tembok membuat Ji-Eun mengeram marah.

"Yak! Kim Tae-Hyung mati kau!" teriak Ji-Eun.

"Kau yang akan mati Ji-Eun-ah. Lihat saja semua teman-temanku dari pluto akan datang menyerangmu," ucap Tae-Hyung berlari menghindari amukan Ji-Eun.

"Aist! Dasar alien sini kau!"

"Sirreo!"

"Kim Tae-Hyung!"

"Nee, chagiya," ucap Tae-Hyung mengoda Ji-Eun.

Mendengar itu membuat Ji-Eun tersulut emosi. Tangan kirinya sudah memegang sepatu kebanggaannya. Siap-siap melempar benda itu agar mengenai kepala Kim Tae-Hyung. Namun semua itu gagal ketika sepatu itu mengenai kepala seseorang yang melintas tanpa permisi.

"Lee Ji-Eun! Kim Tae-Hyung!"

*Nothing Like Us*


Jung-Kook duduk membenamkan kepalanya disela-sela kedua kakinya. Sedikit mendongak ketika suara tegas nan dingin itu mengalun di telinga Jung-Kook. Bisa ia lihat seorang namja berkulit putih pucat duduk di sudut sel matanya sipit namun dapat menatap Jung-Kook dengan tatapan mengintimidasi.

Jung-Kook menghilangkan rasa sedihnya. Menutupi semua rasa sakit yang sejak tadi membuat dirinya lemah. Tapi tidak untuk sekarang Jeon Jung-Kook yang dulu sudah tidak ada. Semua tatapan lembut namun penuh kesedihan yang tadi tersaji digantikan tatapan tajam tak kalah mengintimidasi. Membuat semua tahanan di sel itu bergidik ngeri namun tidak dengan namja pucat itu.

"Min Yoon-Gi."

Satu kalimat terucap dari bibir tipis namja pucat itu. Membuat dahi Jung-Kook berkerut tanda tak mengerti. Namun tidak dengan tahanan yang lain. Sedikit terkejut melihat seorang Min Yoon-Gi mau mengenalkan diri kepada tahanan baru walaupun caranya sungguh aneh.

Jung-Kook sedikit memutar bola matanya sejenak berpikir seperdetik ia mengangguk tanda paham.

"Jeon Jung-Kook."

Hanya itu yang ia ucapkan lalu berjalan menghampiri namja berharga Min itu. Sedikit membungkuk.

"Ji-ireum Jeon Jung-Kook imnida."

"Kenapa kau membungkuk?" tanya Yoon-Gi sedikit mengerutkan dahi.

"Agar terlihat seperti kebanyakan orang saja. Bukankah di negara kita memang seperti ini."

Yoon-Gi hanya terdiam tanpa merespon.

"Sebenarnya kau adalah orang kedua yang mau berkenalan denganku sampai saat ini. Aku hanya ingin menghargai orang yang menganggapku itu saja," ucap Jung-Kook tersenyum. Untuk pertama kalinya ia tersenyum tulus kepada orang lain.

"Ah begitu ya," ucap Yoon-Gi sedikit tersenyum. Sebenarnya Yoon-Gi sedikit terkejut untuk pertama kalinya ia sedikit dihargai. Karena selama hidup Yoon-Gi tidak ada kata saling menghargai maupun dihargai.

Jangan lupa comen 😇


Tbc

.

.

DyahAqila

*Nothing Like Us*


*Jeon Jung-Kook    *Lee Ji-Eun
*Kim Tae-Hyung       *Kim Seok-Jin
*Park Ji-Min            *Min Yoongi
*Jung Hu-Seok      *Kim Nam-Joon

Nothing Like Us [Jungkook X Jieun]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang