"Woy ka! Tugas Bu Beti udah lo kerjain belum?" Raskal menghampiri meja Alaska yang berada tepat di sampingnya dengan membawa buku tulis bersampul mini mouse miliknya.
Raskal Menduduki separuh dari bangku Alaska tanpa permisi. Sedangkan sang pemilik hanya meliriknya sinis.
"Belum. Emang lo udah? Sini nyontek," Alaska menjulurkan telapak tangannya. Bermaksud untuk meminta buku tulis milik Raskal.
"Eh, enak aja lo main nyontek punya gue. Ini buatnya susah tau!" Raskal menyimpan bukunya rapat-rapat di dalam pelukannya. Dia menjulurkan lidahnya ke hadapan Raskal. Yang dibalas memutar bola mata oleh Alaska.
Kejadian itu terjadi 1 detik sebelum akhirnya sang pemimpin kelas datang. Dengan rambut kuncir kuda dan sebuah headset yang selalu melingkar di kedua telinganya.
"Pagi beb" Alaska tiba-tiba saja datang ke hadapan cewek bernama Tamara itu dengan membawa sapu ijuk milik kelas.
Tamara hanya meriknya sekilas lalu meninggalkan Alaska yang masih termenung karena sapaan darinya tidak dijawab.
"Kamu kok tega sih beb sama aku, aku salah apa sama kamu?" Alaska mendramatisir ucapannya dengan memegang dadanya seolah-olah dia habis tersakiti.
Sapu ijuk itu Alaska jadikan pelampiasan. Dia menyapu kelas dengan menggerutu. Padahal sebenarnya Alaska tidak ada jadwal piket hari ini. Namun demi menarik perhatian Tamara, dia rela menggantikan posisi Jono.
"Udah deh ka. Gausa sok dramatis jadi orang." Tamara berteriak pada Alaska yang masih betah menyapu sudut kelas.
"kamu jahat sih sama aku," Alaska berpura-pura mengambek. Rasanya, Tamara ingin sekali menyumpal mulut cowok itu dengan serbet.
"Bodo amat. Gue ga peduli ka, ga peduli," gumam Tamara kecil. Cewek itu lebih memilih untuk fokus ke kertas yang sedang dikerjakannya.
Alaska kembali muncul seketika di hadapan Tamara. Tamara refleks menimpuk kepala cowok itu dengan buku yang ada di sampingnya. Alaska merintih. Mengusap kepalanya yang baru saja terkena hantaman maut.
"Duh, sorry ka. Gue sengaja." Ledek Tamara. Alaska mendengus kesal.
"Gapapa kok beb. Kalo yang nimpuk kamu mah aku senang atuh" Alaska berpura-pura tidak mempermasalahkan Tamara yang menimpuknya.
"Tapi gue heran deh," Tamara menampilkan wajah seriusnya pada Alaska.
"Heran kenapa beb?" Alaska menautkan kedua alisnya.
"Kok abis gue timpuk, otak lo tambah geser ya?" Alaska tersenyum simpul menjawab pertanyaan cewek itu. Dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Ngga tau. Geserin mangkannya." Alaska menyodorkan kepalanya kepada Tamara. Berharap cewek itu bisa memperbaiki otaknya yang geser.
Tamara mencoba sabar dengan kelakuan Alaska yang tidak ada habis mengganggu dirinya. Tamara kesal. Tapi kalau boleh jujur, sebenarnya Tamara suka diganggu Alaska. Hanya Alaska yang bisa membuatnya tersenyum pagi hari ketika dia sedang badmood. Hanya Alaska juga yang bisa membuatnya merasa selalu diperhatikan. Tamara merasa seperti punya pelindung pribadi.
"Nanti ya. Gue cari tempat geser otak dulu." Tamara mendorong jauh-jauh kepala Alaska dari hadapannya. Cewek itu kembali memfokuskan diri pada tugas yang sedang ia kerjakan.
"Siap. Nanti kalau udah nemu, kabarin ya!" Alaska mengangkat tangannya membentuk sebuah telefon.
"Ok." Tamara mengacungkan ibu jarinya ke arah Alaska sambil terkekeh pelan.
'ada-ada aja si Alaska' batin Tamara tersenyum.
☁☁☁
Haiii...
I hope you like my third story 👌
Don't forget to voted and comment in bellow 👇Btw, next apa stop nih?
All the love
-kanayaelgaf-
(penulis paling amatir sejagat raya)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
Teen FictionAlaska itu orangnya ganteng plus manis. Tapi sayang, dia jahil, tukang rusuh di kelas dan paling absurd kalau lagi jam kosong. Apalagi kalau si ketua kelas masuk, seketika dia bisa menjadi orang paling lembut di seluruh belahan bumi ini. Highest Ra...