Happy reading ♡
☁
Kejadian memalukan dimana Alaska berpidato sudah selesai sejak beberapa jam yang lalu. Sekarang waktunya istirahat. Kelas sudah kosong sejak tadi, hanya menyisakan Tamara dan Aletta di ruangan itu.
"Let, gue mau ke loker, lo ikut atau di sini?" Tanya Tamara pada Aletta yang masih fokus memainkan ponselnya.
Tamara baru saja menyelesaikan catatan yang di berikan Bu Anis. Tangannya bergerak, membereskan buku catatannya lalu menyimpannya di dalam laci.
Perutnya sudah berdemo meminta makan siang. Ia lapar, sungguh. Namun masih ada beberapa urusan yang harus ia selesaikan. Tamara mungkin akan makan, nanti.
"Gue ikuttt. Gue gamau ya di sini sendiri, katanya kan kelas kita bekas kamar mayat. Ih seremm" Aletta mematikan gamenya, menyimpan ponselnya di saku. Tamara berdecak pelan mendengar penuturan sahabatnya.
"Ya ampun Lettaa, jaman sekarang lo masih percaya begituan?" Aletta hanya menyengir membalas ucapan Tamara.
***
Tamara sedang berdiri di depan lokernya bersama Aletta. Mereka berniat mengambil beberapa perlengkapan pembelajaran hari ini. Tapi ya namanya cewek, dimanapun itu ghibah tetep nomor satu.
Mereka membicarakan Damar dan Sherin, pasangan yang lagi ngehitz di sekolah karena keduanya ketahuan selingkuh. Topik itu sedang panas-panasnya. Hampir satu sekolah membicarakan mereka, tak terkecuali Tamara dan Aletta. Meskipun keduanya anak rajin, tetap saja mulutnya komat-kamit. Itu wajar.
Keduanya juga membicarakan Alaska yang digeret paksa Bu Maria sewaktu upacara tadi. Pidatonya yang asal namun lucu itu tak henti-hentinya dibicarakan seantero sekolah. Alaska memang benar-benar cowok absurd.
"Ra!" Tamara berbalik ketika mendengar seruan namanya, melihat siapa yang memanggilnya. Dia cukup terkejut melihat Alaska berdiri di sana. Pasalnya, ia dan Aletta kan baru saja membicarakan Alaska. Bagaimana bisa dia tiba-tiba di sini. Sudah seperti Jelangkung saja.
Dengan satu tangan yang di masukkan ke saku dan baju yang sudah tak berdasi dan tak rapi lagi, cowok itu menghampirinya, memberikan sebotol air mineral yang berada di genggamannya.
Tamara melihat air mineral pemberian Alaska. Tangannya terulur untuk mengambilnya, diangkatnya minuman itu dihadapan Alaska
"Ini buat gue?" Tanyanya sedikit bingung.
"Kaga," Alaska berucap santai. Tamara mengerinyitkan dahinya, aneh.
Kenapa Alaska tiba-tiba begini? Biasanya cowok itu akan girang ketika bertemu dengannya. Dan untuk apa juga Alaska tiba-tiba datang memberinya minuman seperti ini, tapi bukan untuk dirinya. Masa iya Alaska mau kasih ke cewek lain. Okay, itu terdengar aneh, mereka kan bukan sepasang kekasih.
Tamara tersenyum, kesal "Terus lo ngapain kasih ini ke gue?"
"Bukain, gue males bukanya" Tamara mendengus sebal mendengar jawaban yang keluar dari mulut cowok dihadapannya. Dia kira Tamara siapa bisa diperintah begitu saja.
"Gamau" cewek itu mengembalikan sebotol minuman yang ia pegang ke pemiliknya.
"Bukain aja" Ucap Alaska. Nadanya terdengar memerintah. Tamara hanya bisa memutar bola matanya malas. Di bukanya tutup botol minuman itu, lalu ia berikan pada Alaska.
Alaska mendorong minuman itu pelan kembali ke Tamara.
"Minum" katanya. Nadanya masih saja terdengar memerintah.
Cowok seperti Alaska memang aneh. Sekejap bisa jadi malaikat, lalu beberapa detik kemudian jadi iblis. Terdengar terlalu berlebihan ya? Ah, intinya dia bisa berubah sifat kapan saja.
"Katanya tadi suruh bukain, udah gue bukain malah disuruh minum"
"Gue tau lo haus. Minum aja" Alaska tersenyum. Menampilkan lesung pipinya yang menawan. Pipi Tamara seketika memanas. Alaska memang cowok aneh, penuh kejutan.
Tamara memang lapar, tapi tak bisa dipungkiri ia juga haus. Ia bahkan belum meminum air sejak pagi. Cewek itu masih bingung, darimana sosok dihadapannya ini tau ia kehausan.
Aletta yang berdiri sedari tadi di samping Tamara hanya tersenyum geli. Sahabatnya itu rupanya sedang jatuh cinta. Sungguh menggelikan.
Tamara meneguk air mineral itu sedikit, lalu menutupnya. Dilihatnya Alaska, cowok itu masih tersenyum menatapnya, dapat dia rasakan pipinya memerah. Ugh, Tamara benci situasi ini.
"Umm, thanks ya Ka," Tamara tersenyum kaku.
Alaska mengusap pelan rambut Tamara, menatapnya lembut, namun sepersekian detik kemudian cowok itu melepaskan tangannya, ia mendekatkan bibirnya ke telinga Tamara, membuatnya menahan nafas karena jaraknya sangat dekat dengan Alaska.
"Minumnya ngga gratis loh beb, sebagai bayarannya, gue tunggu pulang sekolah di parkiran" bisik Alaska. Kepalanya mendongkak, melihat Tamara, tersenyum simpul.
"Gue bukan bebek, Alaska!" Tamara mengerucutkan bibirnya, menahan kesal karena Alaska terus-menerus memanggilnya dengan sebutan itu. Walaupun ia menyukainya, tapi kan–Ah sudahlah lupakan.
"Pipi lo merah." Alaska terkekeh, lalu menggerakkan kakinya, berjalan meninggalkan Tamara yang masih mematung dengan sebotol air mineral di tangannya.
'Aduh Alaska, lo bisa ga sih sehari aja ga bikin jantung gue marathon gini!' batin Tamara berteriak.
***
!Hola¡
Bagaimana kabar kalian?
Semoga kalian sehat selalu ya-!
Maaf kalau part ini sedikit :(
Hope y'all enjoy this part-!
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberi bintang, gratis kok ^^kanayaelgaf
(16-04-20)
![](https://img.wattpad.com/cover/178031503-288-k315288.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alaska
Fiksi RemajaAlaska itu orangnya ganteng plus manis. Tapi sayang, dia jahil, tukang rusuh di kelas dan paling absurd kalau lagi jam kosong. Apalagi kalau si ketua kelas masuk, seketika dia bisa menjadi orang paling lembut di seluruh belahan bumi ini. Highest Ra...