Tiga: Alaska telat upacara

961 46 12
                                    

Seperti biasanya di hari Senin, seluruh penghuni SMA Taruna berkumpul di tengah lapangan pagi-pagi sekali hanya untuk melaksanalan kewajiban mereka. Upacara.

Tapi tidak bagi Alaska. Cowok itu masih memilih betah tidur di atas kasurnya yang empuk tanpa memperdulikan teriakan mamanya yang menggelegar. Karena apa? Karena ia bertekat untuk bolos hari ini. Biasa, takut kena pelanggaran. Alaska memang terlau sayang pada jambulnya.

"ALASKAAAAA!!! ALLAHUMMA INI ANAK! BANGUN GA?!" Mamanya itu kembali berteriak sebal sambil menepuk-nepuk pantat Alaska menggunakan penebah.

"eh ma, aduh. Sakit. Iya-iya ini Aska bangun nih," Alaska membuka matanya malas-malasan sembari merentangkan tangannya ke udara.

Mamanya sudah berkacak pinggang melihat kelakuan Alaska, anak kedua setelah kakaknya, Samudra.

"Ayo sayang cepat sana ke kamar mandi..." Mamanya menatap Alaska dengan lembut sambil tersenyum manis "atau kamu mau mama siram pake air bak?!" Ternyata ibu rumah tangga dua anak ini tidak benar-benar lembut pada Alaska. Cowok itu saja langsung lari terbirit-birit ke kamar mandi dan segera melaksanakan ritualnya.

Jam sudah menunjukkan pukul 6.45, upacara sudah berlangsung sekitar setengah jam lebih 15 menit yang lalu. Dan sekarang Alaska masih betah berada di depan cermin dengan memegang pomade sembari memakainya pada jambul kesayangannya.

Selesai berkutat dengan jambul, Alaska mengambil tas lalu keluar kamar dengan wajah yang tidak berdosa. Menyapa mamanya, mencium pipi beliau sekilas, salam, kemudian beranjak keluar rumah.

"Sebenernya dulu gue ngidam apa sih sampe punya anak bentukannya kek gini?"

***

Alaska memarkirkan motornya di tempat parkir sebuah toko yang tak jauh dari sekolah. kalian pasti tau alasannya, takut ketahuan telat.

Cowok itu menenteng tasnya dengan santai ke gerbang sekolah sambil sesekali bersenandung kecil.

Sampai di depan gerbang, matanya memincing ke sekeliling arah, memastikan tak ada satupun orang yang lewat

"tumben banget Pak Turah kaga ada, biasanya kan dijagain banget ini gerbang" gumam Alaska pelan

Bodo amat lah, batinnya. Alaska langsung memasuki gerbang lalu menutupnya kembali seperti semula agar tak ketahuan. Namun naas, saat berbalik badan, Bu Maria tiba-tiba datang dan melihatnya dengan tatapan mengintimidasi.

'Mampus gue!' batin Alaska

"ee...h ada Ibu Maria yang cantik membahana ulalaa" Alaska menampilkan cengiran khasnya, tak bersalah

"Alaska! Di lapangan murid-murid lainnya sudah upacara kok kamu baru datang?!" Bu Maria berdecak pinggang melihat kelakuan Alaska, anak didiknya yang tak tahu malu.

"A–anu bu, tadi kucing peliharaan saya mati, saya kuburin dulu bu, kasian dia bu.." Alibi Alaska dengan menampilkan wajah sok sedih dan tak berdosanya itu.

Bu Maria tak segan menjewer kuping Alaska hingga memerah "jangan banyak alasan kamu! Sekarang ikut saya ke lapangan"

"mau ngapain bu? Jangan aneh-aneh dong bu, saya masih mau hidup bahagia, saya masih mau nikah bu, mau ngerasain rasanya–" Alaska tak henti-hentinya nyerocos, hingga terlihat wajah Bu Maria sudah seperti ingin memasukkannya ke lemari pendingin, agar beku sekalian.

"jangan banyak ngomong kamu!" Bu Maria menggeret Alaska hingga ke lapangan sekolah. Membuat cowok itu seketika menjadi pusat perhatian. Sedangkan tersangka hanya bisa mengucap istighfar dalam hati.

'dosa apa gue punya guru kek begini'

Bu Maria berjalan ke depan,  meninggalkan Alaska yang termenung dipojok barisan. Kasihan Alaska, mending kalo ada yang nemenin, ini udah di pojok, jomblo pula.

Rupanya Bu Maria sedang membisikkan sesuatu ke kepala sekolah, lalu kembali ke sebelah Alaska dengan tersenyum

'anjir, kalo Bu Maria begini pasti ada apa apa nih. Mati gue mati' Alaska membatin, merutuki dirinya yang bangun kesiangan di hari ini.

"Alaska, sekarang kamu gantikan bapak kepala sekolah berpidato" senyum Bu Maria melihat Alaska. Sedangkan Alaska hanya cengo, entah cowok itu tidak paham atau pura-pura tidak paham.

"Ta–tapi bu saya pidato apa?"

"apa aja terserah kamu yang penting pidato di sini sekarang juga atau jambul kesayangan kamu taruhannya!"

Alaska meraba-raba jambulnya, membayangkan jika Bu Maria memegang alat cukur rambut dihadapannya. Dirinya bergidik ngeri.

'demi jambul gue bakal lakuin apa aja!' -Alaska 2k20

Sedangkan di barisan kelas IPA 3 Tamara memperhatikan Alaska yang sedang berpidato asal-asalan di depan lapangan, mambuat lelucon hingga seantero sekolah tertawa, termasuk dirinya.

Tamara menggeleng-gelengkan kepalanya pelan ketika melihat Alaska berpidato, ia tidak bisa menyembunyikan senyumnya.

'aduh Alaska, lo kasih gue pelet apaan sihh' pikir Tamara

"woy Ra! Jan senyam-senyum ndiri, ntar kerasukan mampus lo" Aletta menyenggol lengan Tamara pelan, membuatnya tersadar akan lamunannya. Namun matanya masih tetap sama, memperhatikan Alaska.

"apasi Let, mana ada setan bangun pagi-pagi gini, aneh-aneh aja lo" Aletta mengerucutkan bibirnya mendengar jawaban Tamara.

"sudah cukup! Kamu ini saya suruh berpidato, kenapa jadi stand up comedy?! Sudah sana balik ke barisan kelas kamu" omel Bu Maria merebut mic dari tangan Alaska, cowok itu mendengus sebal menatap guru dihadapannya, bahkan ia sempat berpikir ingin menyentil ginjal Bu Maria, memberinya sedikit refreshing ginjal.

'untung orang ganteng sabar' dengus Alaska pelan sembari berlalu dari hadapan Bu Maria.

Dengan tangan mengelus-elus dada, Alaska berjalan menuju barisan kelasnya datn bergabung bersama mereka mengikuti upacara hingga selesai.

Sebenarnya, Alaska tidak benar-benar memperhatikan upacara yang sedang berlangsung, ia hanya memfokuskan pandangannya pada seseorang.

***

Akhirnya Alaska update hwhw, ada yang nungguin ngga sih? Wkwk

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan menekan bintang ya!

Next or stop?

Kanayaelgaf

Alaska Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang