Chapter 2

407 32 5
                                    

Februari 2019

Minho menatap layar smartphonenya terpaku. Wajah adonisnya kaku seperti batu. Rahangnya menegang. Buah adamnya bergerak dua kali. Minho menelan ludah.

Taemin menari seperti memanggilnya dari dasar neraka yang memabukkan. Minho tak mampu berpikir jernih ketika matanya disajikan pemandangan yang sangat memikat, berbahaya, sekaligus menaklukkan.

Bulir-bulir keringat sisa latihan tidak menolongnya untuk melepas rasa panas yang menggelenyar di seluruh tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bulir-bulir keringat sisa latihan tidak menolongnya untuk melepas rasa panas yang menggelenyar di seluruh tubuhnya. Minho mematikan smartphonenya, lalu melempar benda itu ke dalam tas trainingnya. Peluh mencetak tubuh kokohnya. Dada Minho tersengal-sengal. Jika dia bisa dia ingin berlari mendapati Taemin saat ini. Hanya ingin mendapati Taemin yang nyata di hadapannya. Adik member yang sangat dikenalnya, si pemilik perasaan hatinya.

Minho baru beranjak beberapa langkah untuk keluar sasana gym ketika smartphonenya bergetar. Minho kembali mendapati benda itu. Sebuah nomor panggilan dari daerah Ghangwon. Mata Minho seketika berbinar.

"Hyung!!"

"Oo...Minhorang!!", kekehan hangat yang Minho dengar saat ini mampu meredam debaran jantungnya yang tadi bertalu-talu.

"Hyung, kau sehat?. Aaaah aku sangat kangen hyung"

"Aku juga kangen kalian semua. Aku baru saja menelepon Kibum. Dia akan tampil perdana Keyland hari ini. Kau tidak menonton?", suara Jinki mengalun di seberang sana.

"Malam ini aku belum bisa, setelah latihan gym aku ada jadwal latihan fanmeet dan aku sedang ada proyek baru hyung..."

"Semangat Minhorang...kau bisa"

"Ah....aku tidak tahu hyung... Aku tidak seperti kalian semua. Duniaku lebih ke akting. Aku sebenarnya takut untuk menyanyi sendiri di atas panggung hyung",

Minho duduk. Jinki adalah satu-satunya tempat dia memperoleh penghiburan saat ini. Selama 10 tahun tumbuh bersama-sama Jinki telah mengenalnya sangat baik. Seandainya ada Jinki di sebelahnya saat ini semuanya akan lebih baik, mungkin Minho akan merasa lebih berani. Seandainya dunia  tahu, Minho si besar justru adalah Minho si rapuh.

"Kau adalah dasar suara kami semua. Tanpa suaramu tidak ada dasar lembut untuk menopang suara tinggiku dan Jonghyun. Kau adalah suara penting Minoman. Tanpa suaramu Kibum akan kewalahan mengisi bagian rap. Lakukan yang terbaik. Jangan mengkhawatirkan apapun"

"Baik hyung"

"Kau...masih ada sesuatu...", Jinki berada ratusan kilometer namun bisa menebak jika Minho masih memiliki rasa gundah yang tersisa.

"Bagaimana Taemin?", tanya Jinki lagi. Anak itu sangat sibuk dan sering kali tidak langsung mengangkat teleponnya.

"Baik hyung, dia baru saja menyelesaikan editan MVnya dan mengirim hasilnya padaku"

"Bagaimana menurut pendapatmu?"

"Kau tahu Taeminah hyung, anak itu sangat luar biasa. Ace kita semua", Minho menghela nafas. Ada kasih sayang di nadanya.

TRUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang