Taemin berbaring di tempat tidur villanya. Jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi namun dirinya tak kunjung mengantuk. Pembicaraan dengan Minho siang tadi ketika dirinya mengunjungi sang hyung ke practice room masih terngiang-ngiang.
"Marinir hyung? Kau sudah mendaftar sejak Januari kemarin?"
"Aku sangat ingin masuk angkatan laut Taeminah. Toh kita baru saja mengantar Kibum hyung wajib militer, aku juga tidak bisa menunda lebih lama. Jika diterima aku akan menyusul Kibum hyung bulan April"
Taemin terpekur dan meminum americanonya dalam diam. Minho menyadari itu.
"Wae?"
"Ah ani hyung, hanya saja kupikir kau akan menemaniku untuk anniversary SHINee bulan Mei nanti"
"Semakin cepat semakin baik Taeminah. Kita semua akan berkumpul kembali lebih cepat"
"Nnnn apa aku nanti ambil angkatan udara saja?" Taemin mencoba melucu sambil tertawa lepas.
"Kau harus mencobanya" Minho menimpali dengan senyum.
"Setelah aku wajib militer kau harus jaga dirimu baik-baik. Bergaullah dengan Donghae dan Eunhyuk hyung. Changmin dan Yunho hyung juga sangat peduli padamu. Kau harus lebih sering dengan mereka. Kau akan baik-baik saja, kau tahu"
Minho menimpali kembali.
Taemin mengangguk dan menunduk untuk meminum americanonya. Ia menyimpan nasehat Minho baik-baik.
Taemin membalikkan tubuhnya mencari posisi nyaman. Waktu yang tersisa tidak banyak. 11 tahun Taemin habiskan mengenal seorang Choi Minho. Mulai dari masa ketika mereka remaja canggung, menghadapi lelah dan menghadapi sikap keras kepala nan tempramental masing-masing. Mereka seringkali berkelahi, berbantah pendapat dan berakhir dengan dirinya atau Minho yang pergi beranjak dengan muka kesal meninggalkan diskusi panas.
Namun dari sifat yang sama-sama keras kepala dan tidak mau mengalah itu mereka belajar menyesuaikan diri, dan kini dia dan Minho sudah merasakan bagai tubuh dan bayangan satu sama lain. Minho selalu tahu kapan dirinya membutuhkan dukungan tanpa harus mengutarakan, dan dia tahu kapan harus memberikan kenyamanan ketika Minho menginginkannya.
Ya, Choi Minho adalah bayi besar. Ketika dia ingin maka dia bisa sangat egois, dan ketika kebutuhannya terpenuhi dia bagai air yang mudah dibentuk dan sangat lembut penyayang. Taemin merasakan betul kasih sayang itu dan dia menikmatinya selama 11 tahun ini.
"15 April...." Taemin menggumam sambil memejamkan mata untuk mencoba tidur. Pikiran tentang perpisahan masih mengusiknya. Dia dan Minho sudah mengantar Jinki dan Kibum dan tak lama lagi........
Membayangkannya saja Taemin merasa sesak. Selama hampir 11 tahun dia tidak pernah berpisah lama secara raga dengan Minho. Meskipun jadwal mereka masing-masing sangat padat, mereka masih bisa bertemu. Minho yang akan memvideo callnya jika mereka tidak bertemu terlalu lama.Dirinya membayangkan apakah ketika wajib militer nanti Minho masih bisa meneleponnya lebih-lebih memvideocallnya? Bagaimana jika Minho hanya boleh memegang smartphone selama beberapa jam saja dan selama beberapa jam itu dirinya tengah sibuk rekaman, atau latihan, atau di pesawat, atau sedang di panggung.
Taemin membalikkan badannya lagi lalu mengambil smartphonenya. Dia membuka galeri. Ada beberapa selca dirinya dengan Minho di sana. Tidak banyak namun pilihan favoritnya.
Selca ketika mereka habis bermain basket,selca ketika dia menginap di villa Minho dimana masing-masing sedang memegang stick PS4,
Selca ketika di pantai Incheon saat matahari terbit di depan mini cooper S 3 door yang mengilap,
KAMU SEDANG MEMBACA
TRUTH
FanfictionCinta itu suatu kebenaran. Bagaimanapun kau menutupinya itu akan tampak