Senja datang lagi sore ini, kali ini diiringi dengan tetesan rintik hujan dengan baunya yang khas. Jaehyun merapatkan jaket cokelat mudanya, lalu duduk dibawah pohon untuk melindungi tubuhnya dari rintikan hujan.
Dulu ia sangat menyukai hujan, namun sekarang ia tidak menyukai hujan lagi—karena hujan mengingatkan Jaehyun pada kenangan yang buruk dimasa lalu.
Senja masih terlihat pada sore hari ini dengan cahaya matahari yang tidak begitu cerah, kemudian pelangi muncul disebelah barat kota Seoul. Namun bulan tidak nampak kali ini, hanya ada beberapa awan gelap yang beradu di langit atas sana. Masih sama seperti kala itu saat sesuatu terjadi dan ia mulai membenci senja dan hujan.
Kini hujan telah reda, Jaehyun akhirnya beranjak pergi menuju suatu kedai ramen yang terkenal di kota Seoul. Sesampainya disana ia melihat hampir seluruh tempat duduk kedai itu penuh. Saat hendak melangkahkan kaki keluar kedai tatapannya beradu dengan seseorang yang tidak asing baginya, orang itu menawarinya untuk berbagi tempat duduk.
Seseorang itu adalah sosok manusia yang sangat dirindukan oleh Jung Jaehyun. Sudah lima tahun mereka berpisah, tidak ada pertemuan lagi sejak saat itu. Komunikasi mereka berduapun tidak terlalu sering—bahkan dalat dibilang jarang sekali.
Dulu mereka berpisah disaat hujan turun dan ditemani cahaya senja pada sore hari, kini mereka berdua harus bertemu lagi setelah hujan reda dan cahaya senja masih terpancar jelas. Tatapan dari dua manusia ini sangat sendu dan sulit untuk diartikan. Keheningan menghiasi suasana dikedai ramen ini.
Sulit untuk dipercaya, Jaehyun bertemu lagi dengan sahabat kecilnya yaitu Lee Taeyong di sebuah kedai ramen ini. Sungguh, hanya ada senyum canggung yang terhias diantara bibir mereka berdua.
Lee Taeyong sangat tidak menyukai kecanggungan ini; seolah ia dan Jaehyun tidak saling mengenal satu sama lain. Padahal dulunya mereka adalah sepasang sahabat yang sangat dekat.
Banyak kenangan indah yang terjadi saat mereka berdua masih remaja, seperti—bermain sepeda setiap sore di daerah komplek perumahan, jalan-jalan dan berpergian bersama, bahkan sampai bermalam dirumah Taeyong—walaupun Jaehyun sempat protes karena kamar Taeyong dipenuhi poster dari idolanya. Ya sejujurnya Jaehyun sedikit risih dengan poster-poster yang tertempel ditembok kamar Taeyong.
Beberapa kenangan masa lalunya kembali terputar diotaknya Jaehyun—saat dimana keluarga Taeyong memutuskan untuk pindah karena tuntutan pekerjaan ayahnya. Sore itu Taeyong berlari menuju rumah Jaehyun dan mengetuk pintu rumah Jaehyun dengan kencang.
“Jaehyun.. Aku mau pergi!” Teriak Taeyong remaja kala itu. Jaehyun hanya tersenyum seraya membuka gagang pintu rumahnya.
“Kamu mau kemana emangnya? Ini sudah terlalu sore untuk berpergian. Besok saja kita pergi ke Taman dan bersantai disana!” Ucap Jaehyun pelan, ia melihat kedua mata Taeyong menatapnya dengan sendu.
Sebenarnya Jaehyun sadar kalau Taeyong akan benar-benar pergi jauh. Ya, bukan sekedar pergi untuk bermain dan berpergian bersama. Bukan.
Taeyong akan pergi keluar kota, dengan jarak yang sangat jauh dari jangkauan Jaehyun. Disaat yang bersamaan Taeyong sudah tidak dapat menahan air matanya, akhirnya menangis.
Jaehyun yang menyadari bahwa Taeyong menangis langsung saja merangkul bahu Taeyong dan memeluknya didepan pintu rumahnya. Dan langit pun ikut menangis ditemani cahaya senja.
Sejak saat kepergian Taeyong lima tahun yang lalu, dan sejak itu juga Jaehyun menjadi membenci hujan dan senja. Karena diwaktu itu perpisahan antara Jaehyun dan Taeyong terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain, Dusk, and Our Story.《Jaeyong✔》
Fanfiction[ Short Story ] Senja dan Hujan adalah saksi bisu sepasang sahabat dapat bertemu setelah bertahun-tahun berpisah. Namun dikemudian hari, Senja dan Hujan juga yang menjadi saksi terjadinya perpisahan antara sepasang sahabat itu, lagi. • BXB, YAOI, GA...