Jaemin menatap kosong buku paket sekolah yang ada dihadapannya. Ia meletakkan pensil yang tadi sedang dipegangnya lalu menyandarkan tubuhnya ke bantal-bantal empuk yang ada dibelakangnya.
Jeno tadi datang.
Jaemin tidak tahu mengapa namun dirinya merasa senang ketika pria itu datang. Tapi Jeno selalu terlihat lelah ketika berkunjung ke kamarnya. Ia juga hanya duduk diam lalu mengatakan beberapa kalimat saja. Ia hanya mengusap kepalanya pelan lalu akan pergi lagi.
Ia bahkan memanggil Jaemin dengan namanya.
Bukan baby, tikus kecil, bayi kecil, ataupun panggilan lainnya sebelum kejadian ini terjadi. Hal itu membuat Jaemin bingung dan takut. Apa Jeno bersikap seperti ini karena sekarang ia cacat? Apa Jeno sudah lelah merawatnya? Apa Jeno akan membuangnya seperti yang orangtuanya lakukan padanya?
Apa Jeno sekarang sudah memiliki baby atau tikus kecil lain?
Jaemin merasa kecil. Ketika sekarang ia baru sadar bahwa ia jatuh pada Jeno, namun pria itu terlihat menjauh darinya. Pria itu terlihat tidak tertarik lagi padanya.
"Sudah pasti karena aku cacat," lirihnya.
Air matanya tiba-tiba saja menetes. Sifat insecurenya membuatnya menjadi lemah. Tapi ia tidak bisa menahannya karena ia rindu Jeno dan segala komentar kasarnya untuknya. Ia rindu Jeno dan segala ucapan manisnya. Ia rindu Jeno yang selalu memaksanya untuk memeluknya ketika akan tidur. Ia rindu ciuman Jeno yang selalu membuat kakinya lemas seperti jeli.
Lalu tiba-tiba sebuah pikiran terlintas di pikirannya dan membuat Jaemin tertawa lemah.
"Ia bahkan tidak pernah mengatakan kalau ia mencintaiku? Apa yang kau harapkan Jaemin?"
Setelah itu Jaemin pun menangis tertahan sampai akhirnya ia tertidur karena terlalu lama menangis.
.
.
Jaemin terbangun ketika merasakan elusan lembut di rambutnya. Matanya mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya menangkap Jeno yang tengah duduk di pinggiran tempat tidurnya dengan piyama satin berwarna hitam.
"Maaf aku membangunkanmu," ujarnya.
Jaemin menggelengkan kepala tanda ia tak apa-apa dibangunkan.
"Sekarang masih pukul enam sore, Taeyong baru akan pulang besok siang jadi sore ini Ten yang akan merawatmu. Aku juga sudah meminta Kyungsoo untuk memasakkan makanan favoritmu untuk makan malam, aku harap kau makan yang banyak ya,"
Jaemin menganggukkan kepalanya.
"Baiklah kalau begitu aku pergi dulu,"
"Jeno,"
Baru saja Jeno hendak berdiri Jaemin meraih pergelangan tangannya.
"Iya Jaemin-ah?" Balasan Jeno membuat Jaemin ingin menangis. Ia kemudian tersenyum kecil lalu berkata, "temani aku makan malam ya? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu," ujar Jaemin.
Jeno mengangguk. "Oke, nanti akan kesini jika kau sudah selesai mandi,"
Ketika Jaemin melihat punggung Jeno menjauh ia sudah membulatkan tekad untuk mengatakan padanya bahwa ia akan pergi ketika gipsnya sudah dapat dibuka. Ia tidak ingin membebani Jeno terlalu jauh.
Beberapa saat kemudian Ten datang. Pria yang tengah mengandung itu pun melakukan tugasnya dengan baik dan hati-hati ketika menyeka tubuh Jaemin.
"Hyung,"
"Iya Tuan?"
Jaemin mendengus kecil. "Sudah kukatakan Hyung jangan memanggilku tuan, aku bukan siapa-siapa disini, dan aku juga bukan orang terhormat kenapa Hyung selalu memanggilku tuan sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
captivated ✈ nomin
FanfictionSebuah cerita klasik yang mengisahkan kisah cinta ketua mafia dan remaja berandalan. Konten cerita tidak seberat cover booknya. Warn! Age gap!