BOGOR, 2009
Setelah kenaikan kelas 11, Sunny dan Dilara ditempatkan di satu kelas yang sama, yaitu kelas 11 IPS-2. Namun, Dilara masih belum sadar bahwa dirinya sekelas dengan Sunny, sampai akhirnya sebuah absen diserahkan kepadanya.
Seketika matanya terbuka lebar setelah ia melihat nama Sunny Rahardian di dalam absen tersebut. "Eh... Sunny sekelas sama gua?" Setelah menandatangani, ia mencoba mencari sosok Sunny.
"Di sini kosong? Boleh gua duduk di sini?" tanya salah satu perempuan dengan rambut pendek sebahu. Baru saja perempuan itu mendaratkan bokongnya di atas kursi, tiba-tiba saja.
"Sori, ini bangku gua. Mending lo duduk di depan, lo kan pake kacamata," ucap Sunny sambil menunjuk ke arah bangku depan yang masih kosong.
Perempuan itu tampak bingung, tapi setelah dipikir-pikir, Sunny tidak salah juga. "Bener juga sih, gua emang sedikit pusing kalau ngeliat ke depan dari meja belakang," balas perempuan tersebut.
Setelah perempuan itu pergi, barulah Sunny duduk di sebelah Dilara. "Gak nyangka kita satu kelas. Gimana rasanya bisa satu kelas sama orang cakep kayak aku?" Dengan sangat percaya diri, Sunny mengusap puncak kepala Dilara.
"Aduh... Kayaknya kuping aku sakit deh, kenapa ya? Tiba-tiba pegang gitu," keluh Dilara sambil memegang kedua telinganya.
"Iya... Maklumlah, suara aku terlalu merdu dan kualitas kuping kamu gak bisa nyamain kualitas suara aku," timpal Sunny tak mau kalah.
"Oh... Jadi mainannya kualitas! Oke, ngomongin soal itu, kita lihat kualitas otak siapa yang lebih baik di kelas ini," tantang Dilara.
"Aku terima. Siapa sih yang bisa ngalahin Sunny?" ujar Sunny merasa sombong.
---
Sebelum naik kelas, Sunny dan Dilara menduduki peringkat pertama di kelasnya. Tak hanya itu, mereka juga berhasil menduduki peringkat pertama dan kedua dari dua ratus lebih siswa di angkatannya (paralel).
Sebenarnya, nilai mereka menjadi pertimbangan penting. Mengingat kedua prestasi mereka tidak cukup hanya dengan diapresiasi sebuah acungan jempol, nilai Sunny dan Dilara adalah masalah besar dalam pemilihan ranking paralel, karena nilai mereka berdua berjumlah sama.
Awalnya, keputusan akan dibuat berdasarkan perilaku keduanya. Seharusnya Sunny berada di peringkat dua, tapi karena semakin hari perilaku Sunny semakin membaik dan hal tersebut patut dipertimbangkan ulang. Menurut guru BK, mengubah sikap dari buruk menjadi baik adalah hal yang sulit dan patut diapresiasi.
Tadinya, pihak sekolah akan memberikan keduanya tes ulang untuk menentukan hasil akhir. Tapi setelah ditelaah baik-baik, dilihat dari absensi, Dilara pernah tidak masuk selama sehari, jadi hal tersebutlah yang menjadi pertimbangan, dan hasilnya Dilara ditempatkan di peringkat kedua, sedangkan Sunny di peringkat pertama.
Tantangan tersebut bukan hanya menantang mental mereka berdua untuk menjadi yang terbaik, namun tantangan tersebut merupakan sebuah ancaman bagi banyak siswa di satu angkatannya. Itulah awal terbentuknya sebuah kerja sama untuk bisa mengalahkan satu sama lain.
---
BOGOR, 2018
Mengingat betapa pintar kakaknya dulu, Seraphina merasa kasihan pada Dilara. Di saat ia tak bisa meraih mimpinya dan kesulitan untuk menemukan pasangan hidupnya, rasanya ilmu yang sudah didapatkan kakaknya tidaklah berarti untuknya. Walau begitu, bagi Seraphina, Dilara adalah kakak yang paling kuat yang ia miliki.
Sekarang, Dilara sedang mengajar anak-anak kecil cara menulis abjad dengan benar. Betapa cerianya wajah Dilara saat ia bersama dengan anak-anak tersebut. Dilara merasa telah kembali ke dunianya.
Kebanyakan anak-anak zaman sekarang tidak tahu tentang yang namanya buku anggun, buku yang wajib dibawa ketika SD dulu untuk melatih tulisan anak-anak. Sekarang, sistem itulah yang Dilara gunakan untuk mengajar anak-anak.
Bagi Dilara, semaju apapun zaman, tak ada yang bisa mengalahkan betapa pentingnya buku tersebut untuk membuat anak-anak bisa menulis dengan baik dan benar.
"Kak Ila, aku sudah dong," ucap salah satu anak perempuan bernama Kayla.
"Coba sini, kakak liat." Diambilnya buku tersebut dari tangan kecil Kayla.
Betapa senangnya Dilara mendapati ilmunya sangat berguna untuk anak-anak tersebut. Memang tak salah jika dirinya bercita-cita menjadi guru TK, namun karena permintaan papanya, sekarang Dilara harus merasakan jati dirinya yang tidak lengkap. Walau begitu, Dilara takkan menyalahkan papanya yang sudah bersusah payah menyekolahkan dirinya. Dilara yakin ilmu yang ia dapat pasti akan berguna untuknya nanti.
"Untuk hari ini sudah dulu ya. Kita lanjut lagi besok, oke!" Tak lupa Dilara memberikan semangat untuk anak-anak sebelum mereka pulang ke rumah masing-masing.
Semuanya pulang ke rumah masing-masing dengan wajah ceria. Tentu saja, bagaimana tidak, setiap selesai belajar, Dilara selalu saja memberikan mereka cemilan.
---
Saat makan malam, Dilara sudah memutuskan untuk mulai bekerja, bukan di kantoran, melainkan ia ingin bekerja di kafe milik Vania. Kemarin, Vania dan suaminya sudah berdiskusi, dan untuk membantu Dilara melupakan Sunny, mereka memberikan Dilara sebuah pekerjaan yang sekiranya akan membuat Dilara sedikit sibuk.
TBC ...
HAPPY READING GUYS :)JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK KALIAN YA
KAMU SEDANG MEMBACA
Promise (REVISI)
Roman d'amourJanji dari seorang Sunny di masa lalu membuat Dilara bimbang untuk menentukkan masa depannya. Seiring berjalannya waktu, penantian Dilara tak membuahkan hasil apapun. Sunny seperti hilang ditelan bumi. ~o0o~ Waktu seolah memaksa Dilara untuk bisa...