CHAPTER 2 - WH?

42 1 0
                                    

Walaupun hanya sebatas penonton

Setidaknya aku menjadi bagian dari ceritamu

.

.

.

“Lo punya mata kan? Gara-gara lo seragam gue jadi kotor.”

“Maaf kak.”

“Gue gak butuh maaf lo.”

Samar-samar aku mendengar keributan yang berasal dari kantin sekolah. Di sini bisa dikategorikan aku adalah siswa yang tak ingin ikut campur dalam masalah sekolah seperti troublemaker. Bagiku itu hal yang sangat membuang waktuku saja. Tapi ada satu masalah yang paling tidak kusukai.

PEMBULLYAN.

Dan sekarang aku melihatnya secara langsung. Seorang senior yang memarahi junior. Cukup mainstream. Dan aku benci itu.

“Anda tau kan kantin ini ramai. Jika anda tau, maka seharusnya lebih hati-hati. Kenapa marahin dia? Dia sudah minta maaf kan? Masalahnya dimana lagi?” sahutku yang membuat seluruh penghuni kantin terdiam. Pasalnya hanya aku siswa yang berani menentang badgirl di sekolah ini.

“Lo gak usah ikut campur ya. Masalah gue bukan sama lo, tapi sama cewek culun ini,” jawabnya dengan nada emosi setelah terjadi keheningan beberapa saat.

“Jika anda bermasalah dengan dia, maka anda juga bermasalah dengan saya,” ujarku dengan santai.

Belum sempat gadis itu menjawab perkataanku.Tiba-tiba seorang lelaki yang berada di kantin itu menghampiri kami yang telah menjadi pusat perhatian orang-orang.

“Masalah ini gak usah diperpanjang. Lo cewek culun, mending balik ke kelas,” ucap lelaki itu. Tanpa berfikir panjang, gadis itu bergegas meninggalkan kantin.

“Kok dia disuruh pergi?” tanya Rissa dengan nada heran. Lelaki itu tak menggubris sahutannya.

“Dan lo cewek yang sok jadi pahlawan, pulang ke habitat lo sana,” ucap lelaki itu kembali dengan nada sinis.

“Habitat? Kalau saya punya habitat, berarti anda juga punya habitat. Sesama makhluk lebih baik pulang ke habitat masing-masing,” jawabku dengan tersenyum kemenangan.

Lelaki yang tak kukenal siapa namanya itu terlihat mengepalkan tangan untuk berusaha menahan amarahnya kepadaku, tapi aku tak takut akan itu.

Dia pikir aku akan diam mendengar hinaannya. Dia belum tau siapa aku. Mudah bagiku untuk mematikan perkataan lawan.

Aku tersenyum kemenangan melihatnya sambil berjalan santai meninggalkan kerumunan kantin. Terdengar di telingaku decakan kagum dari beberapa siswa. Aku tau mereka berdua orang yang mungkin cukup dikenal di sekolah ini dengan gelar badboy dan badgirl, tapi aku tak pernah takut dengan gelar dari keduanya. Bagiku mereka sama saja seperti yang lain. Hanya saja mereka mejadikan gelar tersebut sebagai topeng untuk menyembunyikan kelemahannya.

“Bella!” teriak seseorang menghentikan langkahku di koridor.

“Ada apa?” tanyaku sambil melihat kearahnya yang sedang mencoba mengatur nafas karena habis berlari mengejarku.

“Kamu dari kantin?” tanya Chessy.

“Iya.”

“Jadi bener kata anak-anak kalau kamu tadi cari masalah sama Gave dan Rissa?”

“Aku gak pernah cari masalah sama mereka. Cuma mau nolong junior yang dibully sama si Rissa itu.”

“Ya ampun Bella. Udahlah gak usah cari masalah sama mereka. Takutnya nanti kamu lagi yang dibully,” ujar Chessy dengan nada khawatir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Why Him? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang