-HAPPY READING-
Kini Yura sedang asik bercerita kepada Lucky, meskipun laki-laki itu tak perduli Yura tetap bersemangat mengoceh karena tatapan Lucky lurus ke arahnya
"Dan lo tau? gue itu belum pernah pacaran. Jadi, kayaknya lo akan beruntung karena berhasil jadi pacar pertama gue"
"Gak minat" dingin Lucky
"Itu bukan penawaran tapi keharusan, Lo.Harus.Jadi.Pacar.Gue" ucap Yura penuh penekanan di lima kata terakhir
"Apa lo pernah mikir kalo sikap lo itu murah?" sinis Lucky
Yura menipiskan bibirnya lalu menyesap minuman yang dia pesan, "Ada yang pernah bilang ke gue katanya 'gue suka berkata jujur' dan katanya lagi kalo dia gak jujur emang ada yang mau nanggung dosa kebohongannya"
Lucky tersenyum miring, cewek didepannya tengah menyindir kata-katanya waktu itu
"Ah lo udah bikin gue lupa sama cinta pertama gue" desis Yura
"Pesona lo terlalu kuat dan berbanding 360° dari cinta pertama gue,"
"Jangan pernah bandingin siapapun apalagi dengan gue" ucap Lucky datar dia sebenarnya tahu arah pembicaraan Yura
Yura mengangguk, "Okeoke"
Lucky mengangkat alisnya ketika Yura meneguk minumannya sambil mencuri pandangan ke arahnya. Seketika Yura mengalihkan tatapannya sambil terus meminum coffe yang ada pada cangkir itu hingga habis
Lucky tersenyum sinis melihatnya, dasar aneh!
"Bisa gak liatnya biasa aja"
Lucky menakutkan alisnya, bukankah cewek itu yang selalu curi pandangan ke arahnya
"Jantung gue gak bisa biasa aja nih kalo lo liatin gue kayak gitu"
"Dih geer"
Yura tertawa ketika mengingat ke beberapa tahun sebelumnya, "Lo mirip banget sama dia sumpah, bukannya bermaksud ngebanding bandingin ya. Gue pernah ngomong kayak barusan ke dia dan jawaban kalian itu sama, bilang kalo gue ini geer"
"Pertemuan kita gak sengaja, waktu itu gue baru balik dari caffe sambil nunggu papi gue jemput, dan gue gak sengaja liat dia nangis di halte sana" tunjuk Yura kearah halte di seberang jalan
Lucky mengikuti arah telunjuk Yura lalu tertegun ketika melihat wajah Yura yang muram seketika
"Gue suka dia dari pertama gue liat dia, matanya yang ngeluarin air mata tapi masih tetep menunjukan sorot tajam. Dia keliatan rapuh tapi berusaha tegar buat nerima itu, gue gak tahu alasan dia sedih waktu itu gue cuma bisa ngehibur, gue juga janji sama dia kalo besoknya kita harus ketemu lagi di halte itu tapi gue ingkarin itu semua, sampe sebulan berlalu gue gak dateng lagi ke tempat ini"
"Bentar lo jangan motong ucapan gue, gue mau curhat! gak peka banget jadi cowok" kesal Yura ketika melihat Lucky yang ingin membuka suara, lalu laki-laki itu mengurungkan niatnya dan memilih diam mendengarkan curhatan tak berfaedah cewek dihadapannya
"Gue gak tau dia ngapain aja sebulan itu, nyari gue atau bahkan enggak sama sekali"
"Pertemuan kedua, gue lagi nunggu bis karena papi gue lama ngejemput. Waktu pintu bis itu kebuka gue liat dia, masih sama, matanya yang tajam itu masih ngeluarin air mata. Gue juga bingung kenapa dia selalu nangis, Gue pengen nanya dan minta maaf tapi lagi lagi papi gue dateng sambil tergesa gesa"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi Mr. Scorpio
Teen FictionUntuk kesekian kalinya, aku akan tetap memilih dia sebagai rasa sakit yang akan kucintai terus menerus. Hi Mr. Scorpio