pesan

11 4 0
                                    

"berisik!... Bacot...". Suara barang yang terbanting itu menggegarkan satu kampung.
Bang dolay memang selalu bikin sensasi dengan keluarganya kali ini karna istrinya minta uang belanja namun tak diberikan malah barang yang ia punya hancur karena kemarahannya.

"Mak kenapa lagi si, pagi pagi biasa banget". Tanya ku pada emak yang sedang mempersiapkan sarapan.

"Kepo banget masalah orang, makan aja tuh singkong rebus pake gula buatan emak" ucap bang zaki.

"Siapa yang kepo,... Berisik tau kalo tiap pagi kaya gini terus..."

"Ussttt... Udah gak usah ikut campur, kalian makan aja" tegas emak

Kerasnya hidup dijakarta, sebagai perantau keluarga kecil kami tinggal di gubuk ditengah-tengah jalan ibukota. Dapat terlihat jika pagi menjelang, segala aktivitas yang dilakukan banyak orang. Kata kakek Jakarta dulu itu indah, tak terlalu sempit seperti sekarang banyak pendatang seperti kami yang mengadu nasib Al hasil yang mereka dapatkan tak sesuai harapan. dengan penduduk berjumlah 10.374.235 jiwa 
Kota ini menjadi kota metropolitan terbesar di Asia tenggara atau urutan kedua di dunia.

"Mir... Besok kan hari pertama lu masuk sekolah gw, gw bilangin ya disana jangan sok manis, sok baik, apalagi pintar percuma... Dengerin ni apa kata Abang lu... "

"Lah kalo emang dasarnya gw pinter gimana??"

"Bacot ni anak..."

"Mak... Bang zaki Sekarang bahasanya"

"Ngadu sana,.. bukan itu maksud Abang. Bacot itu artinya banyak cobaan"

"Yah mana aku paham bang..."

"Ngaku lama tinggal di Jakarta tapi tak tau lah bahasa gaul"

"Itu ngaur bukan gaul, eh itu surat siapa Mak... Untuk senja pagiku, alay kali..."

"Ethh... Ini surat dari almarhum bapak, ini tuh punya emak... Tak sopan jika kau baca..."

"Ishhh.... Abang yang pelit, sini aku baca tak apa kan ma"

"Bandel banget si lu, simpan Mak..."
Pesan singkat yang ku baca dapat menggambarkan bertapa sayangnya bapak, kata emak bapak itu sangat tampan banyak orang tertarik kepadanya termasuk emak. Sejak meninggalnya bapak emak menutup diri, bahkan jarang sekali ia bercakap. Beberapa foto yang masih ada karena pernah banjir datang menghilangkan kenangan tentang bapak. Aku tak pernah tau setampan apa bapak, saat aku masih bayi bapak tak pernah melepaskan ku sendiri ia selalu menggendongku hingga tanpa sadar tertidur itu kata emak.

"Kenapa kau mir?..."tanya emak

"Mira rindu bapak Mak..."

"Macam mana kau rindu, liat saja tak pernah"

"Mira memang tak seberuntung Abang bisa tertawa dengan bapak waktu kecil, tapi Mira bisa ngenalin bapak walau dalam foto yang udah buluk"

"Maaf ya mir... Abang becanda, ih adek Abang sudah besar...."

"Sudah lah... Zaki nakal ya anak ini, bantu emak antar kue ini kewarung"

" Enggak mau Mak, biasanya juga Mira"

"Ini hukuman karena kau telah buat sedih Mira"

"Elehhh, senang kau sedih lagi ya besok... Dasar manja!..."


                                ~"~"~"
Maaf jika masih banyak typo bertebaran....

many stories in JakartaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang