Nama Bapak

11 1 0
                                    

Hujan telah reda sejak sejam yang lalu. Ibu bangun dari kasur dengan masih terbatuk-batuk dan menggapai obat di dalam sebuah wadah plastik berbentuk kotak dengan tulisan "sebelum makan" di tutupnya. Tenggakan air mennyeret pil obat masuk ke pencernaannya. Ia memejamkan mata sejenak, merasakan pil obat itu melewati tenggorokkan dan singgah di beberapa organ tubuh yang bahkan ia tidak ingat namanya. Setelah membuka mata, ia menjatuhkan pandangan ke jam dinding.

Berjalan kemudian si Ibu ke ruang makan sekaligus dapur. Duduk di kursi plastik berwarna biru, menggapai piring dan menyedok nasi. Dipandangnya nasi yang telah mendarat di piring beberapa saat, ia memberi separuhnya ke piring lain. Dengan potongan ikan asin dan kecap, Ibu makan dengan lahap. Tetapi seperti biasa, beberapa kali ia berhenti menyuap untuk melepaskan batuknya.

Suara grasak-grusuk dari luar kini masuk ke dalam. Berakhir dengan pintu yang ditutup dan badan yang dijatuhkan di kursi. Buru-buru Ibu menghabiskan makanannya lalu pergi menggosok gigi, juga mencuci piring. Begitu ia berdiri, didapati putri sulungnya duduk di kursi yang tadi ia tempati dengan menekuk dagu oleh topangan tangan kiri dan menjepit sesuatu pada jari-jari tangan kanannya. Buru-buru putrinya mengipas tangan kanannya lalu pergi ke ruang tamu.

"Mbak Ia, udah tau ibu sakit masih aja rokok-an di rumah!"
"Gue yang biayain obatnya, gue juga yang bayarin lo sekolah, itu pulpen yang lo pegang juga dibeli duit gue!"

Anak laki-laki yang tadinya sibuk dengan PR-nya di depan tv, kemudian berberes dan masuk kamar. Ibu membuka gorden pembatas ruang tv dan dapur. Ia buru-buru mematikan rokoknya. Melepas sepatu dan berlalu meninggalkan Ibu yang baru saja akan duduk di sebelahnya. Ibu mengganti senyum dengan helaan napas. Dan terbatuk lagi. Anak laki-laki tadi keluar, masih memegang pulpen yang sama. Buru-buru ia mengambil minum dan memberikan kepada sang Ibu. Akhirnya Ibu duduk, tetapi bersama putra bungsunya.

"Ibu ke kamar Aby aja, yuk. Disini bau asap"

Anak laki-laki itu mengeraskan suaranya pada tiga kata terakhir. Sang ibu menggeleng dan meletakkan jari telunjuk di bibir putranya. Sang anak beranjak, diikuti ibunya yang kemudian mereka berada dalam ruangan yang sama dan berhadapan dengan buku-buku pelajaran kelas 4. Tangan Ibu berhenti pada sebuah buku tulis dengan sampul coklat.

Faraby

V A

IPA CATATAN

"Kok gak ada Tyandi nya, Nak?"

"Aby gak suka bapak. Termasuk namanya."

"By, Ibu gak pernah ngajarin Aby buat dendam sama orang , kan?"

"Ibu nggak, Bapak sama Mbak Ia, iya."

Sepatu MerahWhere stories live. Discover now