01. Musim Panas Waktu Itu

9.1K 1.2K 155
                                    

"Bunuh diri aja lah." kataku.

"Boleh juga." sahut Naomi.

Aku ingat hari itu. Hari dimana aku mau nangis sebab ulangan harianku minggu lalu nilainya GAK USAH DITANYA. Kata Bu Karina remedialnya bakal disatuin sama semua murid dari kelas lain yang dia ajar. Alhasil hari kamis, pulang sekolah aku harus remedialan dulu di sekolah. Kelasku yang kena remedial cuma aku, Naomi, Luki. Kelihatan bego banget diantara satu kelas.

Lalu katanya, kalau remedial sama Bu Karina itu kayak Ujian Kenaikan, alat tulis dan kesiapan harus pol dan ini pertama kalinya aku remedial pelajaran beliau! Ah, dasar!

"Woi, masuk!"

Kelas mulai kasak-kusuk, sibuk duduk di kursi masing-masing. Aku mulai siapin alat tulis danㅡ

"Psst!"

Oh iya waktu itu aku nyari pulpen.

"Psst!"

Aku lihat ke arah Bu Karina yang mulai meriksain satu persatu kelengkapan murid. Beliau masih di meja depan ujung, masih berjarak lah ke mejaku. Kehalang satu barisan. Soalnya dari apa yang kutau, bahkan kalau gak ada pulpen pun katanya Bu Karina: "Silahkan keluar." Setelah dirasa lengkap aku duduk tegak.

"Psst!"

Waktu itu ada siluman ular, psst psst mulu gak tau ke siapa. Tapi aku ngerasa ada yang nusuk punggungku, aku diemin aja. Sekali lagi, aku ngerasa ada yang nusuk punggungku. Ini belakangku anak kelas mana, sih? Kupikir waktu itu. Aku lihat ke arah Bu Karina yang lagi ngomong sama Luki. Masih agak jauh, tapi aku tetep gak mau noleh ke belakang.

"Psst!"

Berisik banget, siapa sih? Gak mau balik badan, aku lebih milih mundurin kursiku sedikit.

"Pinjem pulpen." katanya.

Ih, kesel banget! Niatnya aku gak ingin bantu dia. Kenal aja enggak, main toel toel aja! Tapi hari itu yang kulakuin cuma ngambil tas, ngeluarin pulpen cadangan dan sticky notes. Lalu kutulis sesuatu disana:

buat lo

Kutempelin sticky notesnya di pulpen, setelahnya aku kasih itu ke orang di belakangku tanpa balik badan. Tapi gak lama setelah itu, dia nepuk punggungku. Aku diemin. Usil banget sih? Kenal aja enggak!

"Heh," katanya. Sambil nusuk punggungku lagi tapi.

Kesel, aku langsung ngeraba-raba punggungku.

Tapi ini apaㅡoh.

Aku ngambil sticky notes yang dia tempelin di punggungku, ada balasannya. Gini katanya:

makasih cantik

Tulisnya, tahun lalu. Sejak itu aku tau kalau anak laki-laki itu adalah orang yang gak bisa dipercaya.




































 Sejak itu aku tau kalau anak laki-laki itu adalah orang yang gak bisa dipercaya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Eksposisi AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang