04. Kirain Sudah Tidur

3.3K 856 50
                                    

Malamnya aku mikir, ini orang ngomongnya asal hajar aja. Terus aku mikir, dia ini bercanda atau enggak? Jawabannya, ya iyalah bercanda, bego.

"Kak, ada chargeran?" tanya yang di atas.

Ini alasan kenapa aku benci ranjang tingkat kalau aku kebagiannya di bawah! Nyusahin.

"Bawa sendiri." gitu kataku.

"Cepet, kak. Keburu mati ini lagi chat sama doi."

Aku bawa chargeran di ujung kasur terus turun ranjang dan naik ke ranjang atas.

"Centil, sokap?" kutanya si Seana.

"Ada lah!"

DIH CENTIL.

"Kasih tau gak!" aku maksa dia sambil nindih badannya.

"A-AH SAKIT DADA GUE KETEKEN!"

Aku tiduran di samping dia dan ngintip hpnya. Dia lagi, dia lagi.

"Lu tau gak Miki pacarnya temen kelas gua?" tanyaku.

"Tau lah." jawabnya lempeng.

"Ya lo jangan gangguin hubungan orang kaya gitu lah. Mau jadi pelakor mah mending ganggu hubungan cowok yang ceweknya beda sekolah. Malu-maluin gue aja lo."

Dia gak jawab. Jari-jarinya cepet banget ngetik diatas layar hp.

"Dari kapan?"

"Baru seminggu." jawab dia.

Bocah.

"Jangan terlalu ngasih hati, Na." aku nutup mataku. "Sekumpulan dia tiap hari nyabet cewek."

"Masa sih?"

Ih ngeyel.

"Kayaknya gak gitu." bangga banget Na.

Aku gak jawab dia lagi, cuma tiduran sambil nutup mata. Bentar, mereka 'kan temenan ya? Iya ah, ke kelasku aja suka barengan.

"Na, kenal Hendra gak?" tanyaku.

Maksudku 'kan Sena deket sama Miki, nah tau ke Hendra gak.

"Hendra?" Sena ngecharge hpnya, dekat kepalanya agak naik dikit ada colokan.

"Iya, tau?"

"Gila aja kalo gue gak tau."

Enteng banget jawabnya. Tapi abis itu aku gak nanya lagi, ngarep dia peka nanya balik kaya:

"Kenapa emang?"

"Dia itu orangnya blablabla"

"Pacar lo, kak?"

Ya, pertanyaan ketiga diblokir!!!! Kemungkinannya cumaㅡ

"Emang kenapa?"

NAH.

"Gak." kujawab.

Ngapain juga si Sena nanya kalau aku jawabnya gitu doang.

"Suka ya?" dia ngelirik aku.

"Gak. Tadi 'kan gue bilang, tiap hari nyabet cewek."

"Iya sih, bener." katanya.

Aku diam, di otakku cuma ada pertanyaan eh bener?

"Temen gue juga dimainin doang."

"Hah? Temen lo yang mana deh?" tanyaku.

"Temen sekelas lah ada, yang cantik itu yang minta follback sama lo kemaren-kemarenㅡ"

"Oh? Oh! Iya iya gue inget."

"Jujur, begitu gue tau gue mikirnya kayak, anjir deh ah yang namanya Hendra." Sena balik badan, dia jadi tengkurep. Antara mau ngobrol sama aku atau gak mau room chatnya dibaca sama aku. "Masa bentukan si Nadya gitu dijadiin bahan becandaan doang."

Setelah itu hening, aku cuma bisa dengar suara tv dari luar kamar dan suara notif hp Seana yang udah kaya artis alias rame banget cuy. Suara notifnya gak berhenti.

"Rame banget hp lo."

"Iya, susah sih jadi artis." katanya.

Gak lama aku dengar sesuatu, dari bawah. Seana natap aku heran.

"Abis batre kuping lo? Angkat, gih." dia nyenggol aku.

Itu emang bener suara telepon dari hpku sih. Jadi aku langsung turun dan nyamber hpku yang nyelip dibawah bantal.

Aku langsung angkat teleponnya.





📞"Haloㅡ"

📞"Kirain udah tidur, Hea."





Harusnya aku lihat dulu siapa yang telepon.

Eksposisi AdaptasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang