4. Malam minggu

32 1 0
                                    

MALAM minggu identik dengan keluar rumah untuk bersenang-senang. Tentunya bagi yang punya pasangan, ya pastinya pacaran. Entah Cuma ngedate di warung pinggir jalan atau hangout ke Cafe bagi yang punya dana lebih. Untuk yang gak punya pasangan alias jomblo, juga gak kalah. Mereka biasa menghabiskan malam mingguan dengan nongkrong entah di cafe atau biasanya agar lebih hemat , duduk-duduk santai di depan minimarket sambil ngegombalin kasir minimarket siapa tau dapet.

Tapi tidak dengan Maya, ia menghabiskan waktu malam minggunya untuk menonton film kesukaanya yang sengaja ia download jauh-jauh hari. Tidak lupa cemilan berbagai rasa dan bentuk berceceran di meja ruang TV itu.

Juna yang baru turun dari kamarnya , hanya bisa menggelengkn kepalanya heran dengan kelakuan adeknya ini. Remaja seumurannya pasti udah keluar rumah sejak sore untuk menikmati malam minggunya.

“ Lo gak keluar “ tanya Juna yang baru duduk di sampingnya. Maya yang mendelik, matanya menyelusuri baju yang di kenakan Juna dari atas sampai bawah badan. Juna memang sedang berpakain rapi, kemeja flanel kotak-kotak berwarna abu-abu di padankan dengan celana jeans hitam dan tidak lupa sneaker hitam bercorak birunya itu.

“ Kenapa lo ngeliatin gue kaya gitu “ tanya Juna heran.

“ Mau kemana lo, rapi amat “ ujar Maya. Yang masih fokus dengan filmnya.

“ Mau ke cafe nya Vino, lo mau ikut “ ajak Vino yang segera di jawab singkat oleh Maya “ Enggak “.

“ Lah tumben amat gak mau “
Maya tidak menggubris omangannya Vino, ia masih fokus dengan filmnya.

Vino yang akan beranjak dari duduknya, di kagetnya oleh suara ketukan pintu dari luar rumah.

“ Biar saya saja Mas “ ujar Mbok Darmi.

Mbok Darmi membukakan pintu. Terlihat dari belakang pintu, cowok yang sangat amat Maya kenali datang ke rumahnya.

“ Eh Vin lo udah dateng, yuk berangkat “

“ Loh..Maya gak ikut?” tanya Vino yang melirik ke arah Maya.

Maya langsung berdiri dan menjawab pertanyaan Vino dengan antusias. “ Gue ikut kak.”

Maya langsung berlari menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Juna sekali lagi hanya menggelengkan kepalanya dengan kelakuan adeknya. Betapa absurdnya tingkah adek gue satu-satunya,batinnya.
Juna mengambil remote TV yang berada di meja hadapannya untuk mematikan film yang sedang di tonton Maya tadi.

“ Tuh...anak tadi di ajak gak mau,giliran lo yang ngajak langsung mau”. Gerutu Juna.

Vino hanya menjawab dengan senyum dan mengedikan bahunya.

Maya turun setelah sepuluh menit berlalu. Kini Maya berpakaian Kaos putih dan celana jeans selutut itu. Rambutnya di gerai tidak lupa tas kecil grey yang selalu di bawahnya.

Cantik...

Mereka bertiga langsung pergi ke cafe Vino. Mata Maya tidak pernah lepas pandanganya untuk Vino sepanjang perjalanan. Baru kali ini ia merasakan seperti ini. Apa ini yang namanya menyukai seseorang?. Jujur Maya selama ini buta sekali dengan urusan hati. Apalagi dengan yang namanya cinta. Tak pernah ada orang yang bisa membuat hatinya berdegup kencang. Kecuali, Kak Vino. Ya, kak Vino berhasil membuat Maya tersenyum simpul bahagia, seakan ribuan kupu-kupu mengelilinginya.

Mereka kini sudah sampai di cafe. Setelah mereka masuk, Maya sempat mengedarkan pandangannya ke seluruh sisi cafe. Malam ini cafe benar-benat rame pelanggan. Meja hanya ada beberapa yang kosong. Maya dan Juna di arahkan oleh Vino ke meja yang sudah di sediakan untuk mereka. Mereka duduk di meja yang berjarak dua baris meja dari depan panggung yang mungkin buat di pakai live music
.
“ Kak ko rame amat si?” tanya Maya yang matanya mengedar ke seluruh sisi cafe.

Ketika Juna mau menjawab pertanyaan Maya. Ia di kagetkan oleh panggilan temennya.

“ Juna, udah lama lo di sini “. Dua temannya yang Maya gak tau siapa, ikut bergabung dengannya.

“ Lumayan.”

“ wow... Juna udah bawa cewek aja “ tanya temannya yang bernama Aldo itu.

“ Apa si Do, dia adek gue kali “

Maya yang sekali lagi mendengar kata-kata itu, hanya bisa mendengus sebal.

“ Emang gue gak mirip ya sama Kak Juna?” sewot Maya “ Lagi-lagi di bilang gebetannya”.

Aldo yang mendengar kesewotan Maya hanya bisa terkekeh keras. Tak kalah Andra teman satunya juga ikut  tertawa. Dan Juna tidak terlalu menggubris kata-kata Maya.

“ Maap non, gue enggak tahu kalau Juna punya adek “ ujar Aldo sambil terkikik.

“ Lagian lo si Jun, punya adek gak bilang-bilang?” tanya Andra.

“ La apa pentingnya?”

“ Yah penting lah, siapa tahu gue sama adek lo jodoh “ goda Andra yang langsung di beri mata sinis oleh Maya.

Vina dan Lifa memasuki cafe itu. Ketika dia hendak menuju meja yang sudah dia pesan sebelumnya. Mata Lifa menangkap punggung orang yang sangat ia kenali. Ia pun menyenggol lengan Vina untuk menanyakan kepastian.

“ Vin, coba deh liat cewek yang pake kaos putih.” Tangan Lifa menunjuk.

“ Ha..itu kan Maya “ Kaget Vina dan segera Lifa menimpali “ Bearti gue gak salah liat “.

“ Ngapain dia disini? OMG..sama cowok lagi?”

“ Samperin aja yuk.” Perintah Vina yang diberi anggukan oleh Lifa.
Maya yang sedang mengobrol dengan asyik itu. Punggungnya di pukul dari belakang. Ternyata Vina yang memungkulnya.

“ Eh...lo ngapain disini?” Tanya Vina sewot.

Maya sangat kaget, dengan kehadiran dua sahabatnya itu. Ia mencoba untuk meredakan kekagetannya dengan bertanya balik.

“ Lah lo berdua juga ngapain disini?”.

“ Malah nanya balik, kita kesini mau liat Ghali tampil lah “ sewot Lifa kemudian Vina mengangguk memberi pertujuan.

Ghali tampil?. What?. Jadi cafe ini sekarang rame gara-gara Ghali mau tampil?.

“ Eh malah bengong “. Senggol Lifa.

“ Dia kesini gue yang ngajak “ Ujar Juna. Maya yang mendengar pernyataan Juna menghela nafas lega. Kak Juna memang the best. I love you Kak.

Lifa menautkan alisnya bingung.

“ Siapa lo? “

“ Gue? “

“ Ya lah, siapa lagi”. Sewot Lifa.  mendengar pertanyaan konyol itu.

“ Gue Juna, Kakak kandungnya Maya. Sekalian merekan berdua, dia yang pake kaos hitam Aldo, yang satunya Andra “.

“ Hai Cantik”. Goda Aldo .

Maya benar-benar pusing. Dia hanya bisa memegang dahinya. Kelakuan dua sahabatnya ini benar-benar memalukan. Hari ini hari sialnya dia. Ia tidak tahu kalau hari ini Ghali akan tampil. Maen ikut saja, karena Kak Vino yang ngajak. Kalau ia tahu pasti menolak ikut. Sudahlah sekarang yang harus ia lakukan mencoba mengusir mereka berdua dari hadapannya.

Maya berdiri dan menghampiri mereka. “ Udah , mendingan kalian kembali duduk. Besok gue jelasin ,Ok”. Maya mendorong pelan merekan untui pergi. “ Ok gue tunggu penjelasan dari lo “ Sewot Vina. Maya menghela nafas lega. Beres...

****

Jangan lupa 🌟 ya kakak..

Mohon bantuannya..

AmayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang