A - Angin

106 12 5
                                    

Kim Junkyu tidak pernah menyukai musim gugur. Ia tidak suka cuaca yang berubah-ubah seiring matahari berjalan. Ia tidak suka suhu dingin namun kering yang menggantung di udara. Ia tidak suka angin kencang yang seringkali datang. Dan yang terpenting, ia tidak suka hujan yang kerap berkunjung.

Intinya, musim gugur bukanlah favorit Kim Junkyu.

Setiap tahun, di awal musim gugur, hari-hari Junkyu dihabiskan dengan mengeluh. Begitu pun hari ini.

Di mulai dengan gerimis di pagi hari, yang membuat seragam sekolahnya sedikit banyak basah terkena rintikan gerimis. Dilanjut dengan dingin yang terasa kering sepanjang hari. Puncaknya adalah ketika sore, angin kencang yang tiada habisnya menerbangkan guguran-guguran daun.

Membuat siapapun menggigil kedinginan kala tersapa pawana yang usil menghampiri. Dan Junkyu tak habisnya berdecak kesal. Mengambil langkah lebar-lebar, bertekad untuk sampai di rumah dengan cepat.

Pun jemari yang tadi mengeratkan mantel, kini berpindah untuk membenarkan posisi topi beret yang terpasang apik di kepala. Oh, ia memang begitu menyukai jenis topi tersebut. Banyak sekali koleksi beret yang ia simpan di kamarnya.

Dan sang jejaka selalu mendengus bangga kala memakai beret kebanggan. Rasanya ketampanannya bertambah, pikirnya selalu; penuh percaya diri.

"Lho-" Junkyu tersentak. Agaknya sejak tadi terlalu asyik bergumul dengan pemikiran sendiri, hingga terlampau kaget saat satu angin yang cukup kencang menerpa tubuhnya.

Tangan yang rupanya sudah tidak melindungi topi, menyebabkan topi malang tersebut sempat terbawa angin dan terjatuh tidak jauh dari kaki si pemuda.

Junkyu mengerang kesal dan memutar langkahnya untuk mengejar topi kesayangan. Membungkuk sedikit untuk meraih beret hitam yang sudah terbaring di tanah. Dan menghela napas berat kala berhasil menggenggam erat topi yang kini sedikit kotor.

Lantas saat itu lah, ketika netranya teralih, menatap ke depan, seseorang tertangkap di lensa matanya.

Di seberang sana, seorang pemuda yang berperawakan lebih kecil darinya, sedang terdiam menatap langit mendung.

Sosok yang ia kenali sebagai anak pindahan di sekolahnya. Yang beberapa kali ia lihat, namun tidak ia pedulikan. Sosok yang ia ketahui bernama Takata Mashiho. Kini terlihat indah diantara daun-daun momiji yang berguguran. Membuat dunia Junkyu seakan terhenti beberapa sekon.

Dan angin menyapa, sekaligus membawa serta hatinya, menuju temaram senja di ujung cakrawala. Merintihkan rasa aneh yang bergejolak di dalam jiwa.

Entah, semesta sedang mempermainkan dirinya; hatinya. Atau memang sosok Mashiho di ujung sana yang begitu memesona hingga membuat Junkyu menahan napasnya.

Tapi yang Junkyu sadari, adalah fakta bahwa musim gugur ternyata tidaklah seburuk itu.

Alphabet (Mashikyu)Where stories live. Discover now