"Satu Falscher Hase untuk meja 15!"
"Dua Kartoffelsalat dan satu Sauerkraut!"
"Pesanan meja 8!"
Aku mulai mencoret-coret note kecil yang ku genggam. Kertas putih bergaris itu mulai penuh akan tulisan bertinta hitam pesanan para pelanggan malam ini.
Aku sungguh sibuk sekarang.
Restoran khas German ini tidak pernah sepi akan pelanggan.
Aku berjalan menuju dapur belakang. Dimana berbagai hidangan pesanan disajikan.
"Tolong antarkan Erbsensuppe ini ke meja nomor 23," ucap wanita paruh baya yang kini masih tengah sibuk dengan bahan-bahan dapur yang menumpuk itu.
Aku tersenyum tipis, mengangguk.
Dengan cepat, aku mengantarkan pesanan para pelanggan yang sudah menunggu. Mencatat makanan dan minuman yang dipesan, juga mengambil beberapa piring dan gelas kotor yang harus aku cuci.
Beberapa piring dan sendok kotor diatas nampan yang ku pegang kini mendarat mulus di tempat cuci piring tersebut. Aku mencucinya sampai bersih, lalu menempatkannya kembali ke tempat asalnya.
"Bibi Kim, apa ada hal lain yang bisa aku bantu lagi?"
Bibi Kimㅡ sekaligus koki yang telah mengajarkanku banyak hal di restaurant iniㅡ menggeleng pelan, ia tersenyum tipis. "Istirahat dulu saja sebentar, nanti jika ada makanan yang harus di antar lagi, bibi akan panggil kamu, ya?"
Aku mengangguk, lalu aku duduk di kursi kayu yang terletak di teras belakang restaurant. Aku menyalakan handphoneku yang sejak sore tadi aku simpan di nakas dapur.
23.47
"Ah, harusnya restoran ini tutup dari 1 jam yang lalu.."
Aku menghembuskan nafasku, menikmati udara malam yang semakin malam semakin dingin bak menusuk tulangku. Baru saja aku ingin memasang earphone di telingaku, panggilan bibi Kim membuatku terkejut dan bangun dari kursi kayu tersebut.
"Kata manajer Choi, bentar lagi kau boleh pulang," ucapnya seraya membereskan beberapa peralatan diatas meja.
"Lalu Bibi? Pulang kapan?"
"Bibi masih banyak urusan dengan manajer Choi, mungkin beberapa jam lagi baru bisa selesai," Bibi Kim berjalan menghampiriku dengan nampan berisi dua mangkok besar berisi sup kacang hijau. Ia tersenyum tipis. "Boleh tolong antarkan pesanan ini ke meja nomor 34? Katanya, pelanggan itu anak dari sepasang tokoh politik terkenal!" bisik Bibi Kim pelan.
"Belum lagi, rumornya dia tampan!"
Aku terkekeh pelan, mengiyakan. "Aye aye, captain!"
Aku berjalan menuju meja yang kata Bibi Kim, 'meja anak dari sepasang tokoh politik terkenal' itu.
Oke, kembali ke topik pertama, aku berjalan dengan hati-hati untuk sampai ke meja paling pojok tersebut. Aku berhasil mendaratkan pesanan-pesanannya dengan mulㅡ
Oh,
Atau bisa dibilang, HAMPIR mulus?
Karena malangnya, kedua mangkok besar itu jatuh dan..
PRANG!!
..pecah
...

KAMU SEDANG MEMBACA
heartbreaker° || nctmarklee
Fiksi Penggemar❝Kamu: lelaki lugu dan kaku, tapi berhasil buatku jatuh dan terpaku.❞ ©shnxsya, 2019