▪ABSENSI▪

46 1 0
                                    

■ EPISODE 6 : Ratu Absensi

Saya akan menceritakan tentang teman saya, dan semoga kamu mengerti dan membuat kesimpulan dari cerita ini.

Saya adalah seorang ketua kelas, dan seorang ketua kelas harus bisa memimpin kelas dengan baik dan penuh kedisiplinan. Tapi bukan hanya itu, seorang KETUA KELAS harus mempunyai rasa KEPEDULIAN terhadap teman-temannya, dan tentu ia harus jadi panutan kelas.

Oke, langsung saja, ada teman saya namanya Lita, dia sering kali disebut Queen Absensi. Karena ia sering sekali alfa, alfa, dan alfa. Keterangan A nya sangat banyak, ia tidak sekolah selama 1 bulan lebih dan tentu tidak ada keterangan. Sekolah masih tetap memberi dia kesempatan, tapi dia tetap saja melanggar. Sehingga ia sering sekali diberi surat panggilan orang tua.

Seperti yang saya bilang bahwa ketua kelas yang baik adalah ketua kelas yang peduli akan sesama, tak memandang status ekonomi dan apapun itu, saya harus peduli. Bukan hanya ketua kelas saja, tapi KITA harus memiliki rasa peduli sesama.

Jadi, saya memutuskan untuk selalu mengspam chat dia dan menanyakan kabarnya atau sekedar memberikan sebuah semngat agar dia mau sekolah dengan rajin. Karena sangat penasaran, kenapa dan kenapa dia tidak sekolah. Saya pun mencoba untuk mencari tahu alasan-alasan itu. Saya selalu bilang di chat-an "Lit, besok sekolah ya, guru pada nanyain Lita." Dan dia membalas "Iya, Put besok sekolah kok." Kira-kira seperti itu isi chattan saya dengan dia. Karena mungkin saya percaya kepada dia, oh salah terlalu percaya dan exited dalam membantunya, saya tidak tahu bahwa dia bohong pada saya, lagi dan lagi dia tidak sekolah dengan alasan kesiangan. Saya langsung berpikir, niat saya baik, bahkan saya selalu memberikan dia semangat, tapi kenapa hatinya tak tergerak untuk sekolah?

Saya tak mudah menyerah dan kembali mengspam chat Lita, menanyakan kabarnya kembali terus dan terus. Sama seperti yang tadi saya bilang besok kamj harus sekolah, dan dia pun membalas 'siap bos' tapi tetap saja dia bohong kepada saya lagi, dia tak sekolah, dan alasannya masih sama kesiangan.

Saya menanyakan pertanyaan yang sama sudah hingga saya putus asa dan tak berniat untuk membantunya. Saya menyerah pada saat itu.

Tapi, ada wali kelas saya yang sering memotivasi saya dan memberikan solusi hingga saya tak menyerah kembali. Wali kelas saya bilang: "Enggak apa-apa Put. Tetap semangat, walaupun kita dihadapi oleh suatu masalah, kita harus semangat dan selalu sertakan Tuhan dalam setiap masalah itu. Semangat ya, Put. Ibu akan selalu membantu,"

Disitu semangat saya langsung membara bagaikan api yang menyala-nyala. Saya terus menerus mencari tahu tentang keadaan Lita, terus kembali mengspam chat dia, dan mencari tahu semuanya tentang dia lewat teman dekatnya.

Dan, akhirnya dia sekolah. Perjuangan yang tak sia-sia saya ucap dalam hati kecil saya. Saya langsung menyerbunya dengan beberapa pertanyan-pertanyaan. Dia bilany pada saya: "Put bantuin aku ya, aku mau sekolah yang rajin kaya kelas 7, bantuin aku ngerjain tugas-tugas ya." Aku pun mengangguk 'Oke' dan membantunya mengerjakan tgas sepulang dari sekolah.

Jam 4 aku menunggu dia diwarung depan pinggir jalan. Dia bilang padaku, 'Put, aku enggak punya ongkos buat angkot euy, gimana atuh." Aku pun langsung membalas, 'Nanti aku bayar ongkos angkotnya, cepetan kesini!'

Aku dengan temanku Indri menunggu dia hingga 1 jam tak terasa, aku menunggu dia dan mencari-cari angkot berwarna putih dan berharap dia ada disitu. Temanku Indri sudah kesal dan merasa Lita tak akan datang, aku mencoba untuk bilang sabar tunggu sebentar lagi, dia bakal dateng kok!

1jam lebih 10 menit, dia baru saja datang. Jujur, saya sama keselnya dengan teman saya Indri, karena hal yang paling saya benci adalah menunggu. Tapi, saya harus tetap sabar, mungkin ini adalah tugas yang harus saya jalani untuk membantunya.

Dirumah teman saya, Indri, saya membantu mengerjakan tugas-tugas Lita. Ada kerajinan membuat patung, tugas PKN, tugas menggambar, tugas IPS, dan banyak lagi. Saya harus membantunya. Tapi, hal yang saya tak suka adalah disitu yang mengerjakannya dengan teman saya Indri, dan Lita hanya sibuk bermain ponsel dan mengabaikan setial tugas. Mungkin ada beberapa yang ia kerjakan, tapi sedikit. Aku dan Indri saja yang banyak mengerjakan tugas-tugas itu.

Saya pun tetap sabar. Dan berkata oke, enggak apa-apa.

HARI keesokkannya, dia---absen lagi, dengan keterangan A.

Saya sudah ingin menyerah kembali, dan saya mencoba mencari tahu dengan mengstalking Facebook nya.

Dari setiap status Fb nya memang tak pantas, dan ketika saya terus menerus mengscrool sampai bawah, saya langsung terkejut dan rasanya saya kecewa benar benar kecewa hingga ingin melempar ponsel.

Saya melihat dia berfoto mesra dengan seorang cowok, dipeluk, bahkan hal yang menjijikan bagi saya----mereka bercium. Bukan bibir, tapi pipi. Tetap saja mereka bukan muhrimnya.

Disitu saya kesal. Dan tak akan lagi berniat untuk membantunya sekalipun ada masukan dan semangat dari orang-orang. Saya benar-benar tak mau membantunya. Saya benar-benar lelah.

Ternyata, orang yang sudah peduli terhadapnya, malah dikhianati dan diabaikan. Saya tahu dia tak berniat seperti itu, dia juga tak berniat untuk berbohong, tapi---benar-benar tidak bisa dijelaskan lagi.

Pikiran saya benar-benar buyar oleh masalah itu.

Saya yakin faktor dari semua itu adalah pergaulan bebas. Saya sering melihat dia bergaul dengan cewek-cewek yang berpakaian ngetat dengan rambut diwarna, jelas itu membuktikan bahwa dia bukan pelajar yang baik.

Ya, sekali lagi, pergaulan bebas.

Yang dipetik dalam cerita ini adalah, lingkungan sangat berpengaruh dalam pertumbuhan dan perkembangan kita. Faktor lain pun datang dari keluarga. Jika keluarga hanya membiarkan dan bersikap acuh, maka celaka. Anak pun akan bersikap acuh pula dan merasa apa yang ia lakukan ya benar-benae saja dan tak masalah karena tak ada yang melarang. Sungguh bahaya dan waspada akan pergaulan bebas.

IMPERFECTIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang