1. When the Rain Comes

635 49 4
                                    

Setelah 3 minggu meninggalkan mansion di L.A, aku akhirnya pulang kembali. Papa Ace memberikanku tugas yang agak berat, mengingat aku harus membasmi orang-orang di pemerintahan yang berniat menusuk dari belakang keluarga Roulette. Tak banyak tikus pemerintahan yang berhasil ku lenyapkan. Hanya saja, 2 dari 7 orang targetku berhasil kabur ke luar negeri. Sepertinya aku terlalu bermain-main dengan mangsaku. Semoga papa tidak mengancamku 'akan mengembalikanku' lagi ke keluarga lamaku. Membayangkannya saja sudah membuatku kehilangan nafsu makan.

Perjalanan hanya memakan waktu beberapa jam, dari pusat pemerintahan hingga mansion utama. Aku membelokkan arah kemudiku begitu aku sudah sampai di gerbang kediaman Roulette. Membutuhkan waktu beberapa saat hingga mobil McLaren 600LT Spyder milikku sampai di depan pintu mansion.

Seorang bawahan menghampiriku, saat Spyder-ku berhenti tepat di depan pintu utama. Membukakan pintu untukku kemudian menerima kunci mobilku.

"Papa sudah menunggumu di ruangannya."

Aku mengangguk samar sembari melepas kacamataku. Perlahan namun pasti aku berjalan menuju ruangan papa. Sebuah pintu putih besar nan kokoh yang kemudian aku ketuk. Terdengar sahutan pelan dari arah dalam, yang mempersilahkanku masuk. Suara siapa lagi kalau bukan papa Ace. Lembut namun juga terdengar berat di saat yang bersamaan.

"Kau sudah pulang, Rain? Bagaimana kabar di sana?" tanya beliau begitu aku melangkah masuk ke ruangan serba putihnya.

"Ya, papa. Sebenarnya, ada sedikit masalah," jawabku sedikit takut. Takut akan mendengar ancaman konyolnya.

"Apa ada yang berhasil kabur? Dua dari tujuh targetmu berhasil melarikan diri?" tanyanya memastikan.

Aku tak heran jika dia sudah mengetahuinya, karena orang yang sedang duduk di hadapanku ini, jelas bukan orang sembarangan. Mata-matanya tersebar di berbagai belahan dunia.

"Maafkan aku papa. Aku tidak berhasil melenyapkan mereka."

"Aku beri kau waktu 2 minggu lagi, tangkap mereka dan lenyapkan tanpa ada yang tersisa. Atau kau..." Papa menggantungkan kata-katanya. Namun meski begitu, aku tahu apa yang selalu menjadi 'senjata andalannya' untuk mengancamku.

"Aku lebih baik masuk ke kandang Sam atau dikurung bersama Rury daripada kembali ke sana, papa. Dan berhenti menggunakan ancaman menakutkan itu."

Seketika tawa papa meledak begitu melihat raut wajahku yang kesal. Hingga gigi-gigi putihnya terlihat jelas juga kerut samar di sekitar matanya.

"Kau lucu sekali, Rain. Wajahmu itu. Kau harus melihat wajahmu di cermin."

"Kau konyol sekali, papa," ujarku menahan kesal.

Papa masih saja tertawa, hingga mama masuk dan menatap heran pada papa. Yang ditatap tidak memberikan respon, mama kemudian beralih melihat ke arahku.

"Apa yang kau lakukan, Rain? Hingga papa tertawa seperti itu?" tanya mama lembut dan menatapku sayang.

"Mama bisa bertanya pada papa. Aku mau bersiap pergi yang jauh darinya." Entah darimana asalnya, aku bisa melontarkan kata-kata konyol itu. Yang jelas, aku makin kesal begitu melihat papa yang tertawa makin bahagia.

"Aku pergi," lanjutku lagi seraya pergi dari tempat menyebalkan itu.

"Sayang, kau mengganggu Rain lagi."

Rythm the RainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang