4. Murid Baru

33 6 0
                                    

Hariku kali ini terasa sangat tak menyenangkan. Tak seperti biasanya, pagi ini aku kesiangan. Bagaimana bisa penyandang beasiswa tak memanfaatkan waktu sebaik baiknya.

Seminggu sebelum kesianganku;

"Ra" panggil seseorang dari balik pintu perpustakaan

"eh Aska, iya kenapa " jawabku

"ada hal yang mau aku omongin" nada serius Aska lalu mengajakku duduk di emperan kelas

"gak usah sok serius gitu kali" candaku mencairkan suasana yang sendari tadi membeku

"hemmmmm" berdengung jawaban Aska

"aduh duh lucu banget sih mukanya " jailku yang tertawa sendiri karna memainkan muka Aska

"aku mau pindah sekolah " jawaban Aska yang spontan membuatku memberhentikan tawa

"maksud kamu? " tanyaku heran

"ayahku pindah tugas ke kalimantan, dan itu mengharuskan aku dan ibu ikut. itupun termasuk sekolahku yang harus pindah" jelas Aska

"tapi bagaimana denganku? Jika aku jadi bullyan siapa yang akan membelaku? Siapa yang akan aku ajak bertukar pikiran saat ada tugas ?" rintihku yang memohon agar Aska tak pergi

"hanya itu ketakutanmu? Jika hanya itu, pasti akan ada penggantiku" jawab singkat Aska

"Aska.. Tolong tinggalah di sini " bujukku

"aku tak bisa membantah orang tuaku Ra, aku harap kamu mengerti. Jika Tuhan berkehendak lambat laun kita akan bertemu lagi. Percayalah " tegas Aska dengan segaris senyum

"terima kasih" jawabku singkat

"ayolah kembali kekelas, tak mau bukan hari terakhir tak ada kesan? " rayu Aska

"hemmmmm" dengungku

Kring... Kring... Kring

Bel pertama yang menandakan kelas akan dimulai.

Bahasa Perancis, pelajaran yang tak mengenakan bagaimana bisa mempelajari bahasa asing sedangkan bahasa sendiri masih sering tertukar dengan bahasa internasional.
Tapi tidak untuk Aska, penggemar sekaligus murid terpintar dalam mapel ini. Aku tak bisa membayangkan jika Aska harus pindah. "siapa yang akan mengajariku tentang ini" pikirku.

"woyyyy nglamun aja" celetus Aska

"ehhh nggak kok nggak " tepisku

"mana yang gak paham? Biar aku bantu jelasin " suruh Aska

"yang ini" tunjukku pada buku

Perasaan tak menentu bukan? Bagaimana bisa aku tanpa Aska.

Kala istirahat

"Ra" sapa Aska

"iya Ka, kenapa? " jawabku

Forbidden Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang