(I)

35 5 2
                                    

KEADAAN (I)

16.14p.m

  "Membosankan" Ujarku sinis sambil melempar asal buku yang tadi diberikan sahabatku.

  "Love is You"
PATHETIC, Judul hebat yang luar biasa menjijikkan. Dengan awalan dramatis yang tidak menyenangkan. Itulah pendapat awalanku mengenai sebuah buku dengan label 'International Best Seller'. Apa yang menjadi selera manusia sekarang?

  Sejujurnya sahabatku itu kenal baik dengan sifatku yang jauh dari kata normal. Dia tahu aku yang sangat anti dengan hal berbau romance, yang hebatnya saat ini berakhir dengan buku favoritnya ditanganku.
  Gadis satu itu, tidak pernah berhenti untuk mendekatkanku dengan asal-usul dunia tersebut, terkadang membiarkanku berpikir liar, rasanya mustahil sekali aku bisa bersahabat baik dengan dirinya.
  Hidup kami bertolak belakang, dengan dirinya yang super hyper-active dan aku yang sebatas active. Jangan heran, kami saling mencocokkan satu sama lain.
  Tidak ada alasan mengagumkan yang menyebabkanku tidak menyukai hal umum yang akhir-akhir ini menyebar dengan sangat cepat bagai benang pada setiap manusia dimuka bumi.
  Bersyukurlah kalian yang tidak terpengaruh.
  Ztt
  Aku mengambil malas handphone yang sudah terbaring mengenaskan disampingku.

  Ztt  Aku mengambil malas handphone yang sudah terbaring mengenaskan disampingku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Ia, namanya Chen

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Ia, namanya Chen.
  Bukan mau boong, tapi dia anaknya seru, saking serunya jadi pengen nonjok.
 
16.29p.m

  2 hari berlalu sejak buku yang paling aku anti hadir, Chen sama sekali tidak ada niat untuk mengambil buku tersebut, dia sangat berharap agar aku bisa merubah prinsip kekanakanku.
  "Kakk, Chen dibawah noh." Teriakkan adikku membahana menjulur ke setiap sisi rumah. Secepat kilat aku langsung memakai sepatu dan turun kebawah, tak lupa membawa novel pemberiannya.
  "Nih" Kataku sambil menyodorkan bukunya padanya yang sedang sibuk senyam-senyum menatap ke layar handphone.
  "Coba liat deh, ganskan?" Pengalihannya dengan bodohnya aku tanggapi.
  "Ganteng, tapi sayang bukan punyamu." Kataku sinis sebelum berakhir dengan tawa kecil yang menyindir.
  "Bodo, yang penting hepi, siapa yang tahu keajaiban?" Aku menggeleng geli mendengar jawabannya.
  "Trus? Fotonya kita print dimana? Flash-nya dibawakan?" Ucapku menyelidik.
  "Aku tahu Luci, satu-satunya yang pelupa disini adalah kau, jadi jangan tanya hal yang mustahil padaku." Tidak perlu kutanggapi. Aku hanya nyengir tidak karuan.
  "Besok meet-up bareng yang lainkan? Kanzo bukan sih?" Tanyaku sambil mengernyit bingung.
  "Ia, Kanzo. Jam 10 katanya." Jawabnya masih dengan mata dan tangan yang lihai di layar handphone, agak menjengkelkan. "Sudah dulu Chen. Ia tahu, elu lagi klepek-klepek. Tapi gua bodo amat, ayu keburu malem."
  Kebalik ga sih? Perasaan yang jutek di chat aku, kok di real jadi dia? Emang gitu, saling melengkapi, gapapa.
  Kami berdua berjalan menyusuri trotoar dalam diam, tidak begitu banyak percakapan, didukung juga karena cuaca dan udara yang akhir-akhir ini hujan dan begitu dingin menusuk kulit.

19.35p.m

  "Jangan lupa, foto yang tadi dikirim lewat whattsapp."
  "Siap" Sambil menggangguk antusias aku menjawab.
  "DAH" Ujarku sambil melambaikan tangan disaat dia bareng si tukang ojek udah mulai jauh dari jangkauanku, kemudian diikuti oleh dirinya yang melambaikan tangan dengan wajah super datar.

---
Salam Hangat Author tersayang
Jangan Lupa hadiah Valentinenya, Vote aja g butuh Coklat.

Unexpected [ON-HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang