4. Aroma

1.6K 342 89
                                    

[Hari Kelima]



Seulgi sudah cukup terbiasa dengan sikap dingin Irene.

Hari demi hari berlalu untuk Seulgi belajar mengikhlaskan Irene.

Sungguh pelajaran yang sulit.

Seulgi rasa dia takkan bisa sepenuhnya merelakan Irene hanya dalam jangka waktu 10 hari saja.

Omong kosong.

Merelakan Irene butuh waktu seumur hidup.

Ya.
Sebegitu hebatnya posisi Irene di hati Seulgi.

Melepasnya tidak semudah mengubah oksigen menjadi karbondioksida.

Seperti halnya pada saat ini, keduanya sedang duduk di perpustakaan.

Seulgi sibuk menatap Irene sedangkan gadis yang dia tatap sibuk membaca buku.

Suasana hening memenuhi tempat itu, tak ada yang bertukar kata.

Seulgi yang mulai mengantuk memilih untuk membenamkan kepalanya diatas tangannya yang tergeletak diatas meja.

Dan dia pun mulai ditarik ke awan-awan mimpi..

Beberapa saat seperti itu, perasaan Seulgi akan waktu pun hilang.

Tapi setitik suara, masuk ke telinganya, dan Seulgi berani bersumpah dia mendengarkan suara seseorang yang terkekeh. Namun dirinya tak kuasa menahan kantuk, dia pun hanya bisa menyerah pada keadaan. Tak membuka matanya dan membiarkan suara kekehan itu menari-nari di udara dengan pelan.

Dalam bayang-bayangnya dia tak tau pasti itu siapa, tapi sebelum dia benar-benar terlelap dalam tidurnya. Seulgi merasakan ada sesuatu yang mengantung dipundaknya—dan menutupi sebagian punggungnya.

Dia merasa hangat.

Dan akhirnya, dia pun tertidur.


***

Mata Seulgi terbuka lebar.

Cepat-cepat dia mengangkat kepalanya dan menyapu pandangannya ke segala arah.

Dengan penglihatan yang belum sepenuhnya jelas, dia berusaha mencari keberadaan Irene sambil mengumpat pada dirinya; karna dia kebablasan tidur.

Saat pandangannya terarah pada kursi kosong yang tadinya sempat ditempati Irene, sontak gadis dengan mata monolid itu langsung berdiri.

Gesekan kursi dan lantai yang berada dibawahnya lumayan kuat, dia yang buru-buru berdiri sampai tak sadar bahwa posisi lututnya begitu dekat dengan langit-langit meja, membuat lututnya membentur meja dengan lumayan keras.

Seulgi sejenak meringis dan terduduk kembali.

Pemandangan kacau itu, dibuahi dengan beberapa teguran dari beberapa orang yang berada disana.

'Husshhh'

Seraya menahan sakit, Seulgi hanya bisa membungkuk sambil meringis dengan pelan.

Lalu..

"Kok heboh sih?"

Tiba-tiba terdengar suara itu.

Seulgi segera membalikan badannya, dan dilihatnya Irene yang berdiri dibelakangnya sedang memegang dua cup berisi minuman hangat.

Seulgi menarik napas,
"Gue pikir lo pergi" pelannya

Ada emosi yang tersirat diwajah Irene, entah apa arti dibalik wajah yang mendadak memelas itu.

Tapi tak lama-lama, wajah Irene kembali berubah dingin ketika dia berjalan mendekat menghampiri Seulgi dan menyodorkan satu cup berwarna merah itu pada tangan Seulgi yang membeku diudara.

10 Hari Melepas Irene Bae [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang