3. Film

1.7K 326 50
                                    

[Hari ketiga]

Seulgi duduk diruang tamu rumah Irene, saat ini dia dan Irene sedang menonton film dokumenter yang menunjukan potret-potret hewan yang hampir punah.

Irene begitu terpaku dengan layar yang berada di depannya sedangkan Seulgi begitu terpikat dengan gadis yang duduk tepat disebelahnya.

Menatap profil samping dari gadis yang dicintainya itu.

Dan Seulgi?
Dia jatuh hati untuk kesekian kalinya pada hari itu.

Irene sesekali menggigit bibirnya, lalu mengerutkan dahinya, dan memicingkan matanya.

Hal-hal itu dia lakukan karna terlalu fokus dengan gambar bergerak yang terputar di layar flat itu.

Seulgi pun penasaran, kalau film itu bisa membuat Irene sefokus ini maka ada sesuatu yang spesial yang terselip disetiap adegannya.

Seulgi pun memilih untuk mengalihkan perhatiannya pada layar televisi itu.

Menyimak, memperhatikan dan meneliti.

Ah..
Film dokumenter itu ternyata punya nilai sentimental yang tinggi.

Hati Seulgi merasa tergerak ketika dia melihat potret demi potret hewan-hewan langka itu.

Ada perasaan menyesal yang dia rasakan ketika dia tau, sebagian dari hewan-hewan itu takkan terselamatkan.

Ekosistem yang rusak karna perbuatan serakah manusia tentu berpengaruh pada hewan-hewan itu.

Tak menutup kemungkinan mungkin sebagian dari mereka akan punah. Dan memikirkan itu saja sudah cukup membuat Seulgi terluka.

Alam diciptakan untuk dijaga bukan itu dirusak.

Hewan pun diciptakan untuk dijaga dan dirawat tapi sebagian dari mereka malah dijadikan objek buruan—dibantai demi kepuasan manusia.

Seulgi menarik napas, tenggelam dalam batinnya dia hampir-hampir tidak sadar bahwa disampingnya kini ada Irene yang menangis tersedu-sedu.

Seulgi segera mengalihkan perhatiannya pada Irene.

Dan hatinya terasa seperti diremas ketika dia melihat pacarnya itu—mereka belum putus—mulai terisak.

"Rene kenapa?" tanyanya sedikit panik.

Irene menunjuk layar persegi panjang itu, pandangan Seulgi pun ikut mengikuti arahan dari Irene. Ditatapnya potret hewan (Seulgi tidak tahu-menahu itu hewan jenis apa); matanya berkilau dan terlihat begitu rapuh. Sesosok mamalia yang mungkin akan terlihat gagah bersama kawanannya, tapi sekarang dia sendiri dan mungkin hanya tersisa beberapa jenis yang sama seperti dirinya.

Hati Seulgi ikut terkoyak, dia kini mengerti alasan dibalik airmata Irene.

Wajah sendu dari hewan itu benar-benar menggambarkan betapa kejamnya manusia yang merengut segalanya dari mereka.

Seulgi pun kembali menatap Irene, diraihnya selembar tissue dari pack yang kebetulan terletak dimeja yang berada tepat di depan tempat mereka duduk.

"Sedih ya, kita gak bisa berbuat banyak" mulai Seulgi sembari memberikan tissue itu pada Irene.

Irene meraih tissue itu, lalu mulai menyeka air matanya.

Dia diam.

Seulgi pun tersenyum kecil, menatap Irene dengan segala cinta yang dia punya.

Dia ingin mendekap gadis itu, menenangkannya, dan menghiburnya dengan humor yang menggelikan.

10 Hari Melepas Irene Bae [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang