[Ketika pagi]
Apa penyesalan itu harus sekarang?
Apa sebuah kegilaan yang kuambil ratusan tahun silam itu kini seperti sebuah lelucon?Hahh.. Bakal siapa menyangka dalam kehidupan jemu ini, aku akan jatuh cinta? Pun dia wanita kaum manusia.
Dewa, maaf aku berkhianat meninggalkan klanku, tapi hukumanmu.. Ya.. jangan sebuah candaan begini dong, bisa?
...
Dari setiap bagian bumi sudah kujelajahi,
Di setiap perang yang kumenangi,
Telah ratusan pemimpin dunia berkuasa pun keputusan konyolnya yang diketahui,
Juga dari setiap kematian yang berlalu dengan cemooh pada keabadianku.Ck.
.
.
.Pengecut, ya.. Aku begitu takut.
Bukan untuk menyatakan,
Bukan untuk berdiri tegap dihadapannya,
Bahkan untuk menatap netranya, permata berkilau indah, bukan itu.Tapi..
Sinar matahari itu pembunuh, akan membakarku hingga tulang, abu tanpa harga.
Hanya malam tempatku.
.
.
."Cepatlah keluar Putri, bangunlah. Sibak tirai putih kamarmu lalu.. Temukan aku pemujamu"
---
"Hei Pak Tua.. Matahari sebentar lagi terbit," tengil bicara si bocah, Chiro yang juga anak asuhku, bahkan darah masih menetes dari sela-sela bibirnya, dibiarkan dengan kebanggaan yang sok.Mengganggu.
"Sebentar lagi."
Dingin, tidak tegas, nada agak bergetar di akhir. Itu suara dariku?
Sebentar.. Merapal kutukan dalam hati, berbisik benci sapaan pucuk mentari.
"Percuma kalau melihat saja, temui sana."
Aku memberi delikan, mencebik bahwa ia benar.
Kalau bisa sudah kulakukan, dari awal.
Tapi Vampir tak pernah masuk jika tak diundang masuk, tradisi kolot yang masih kupegang.
"Ayoo.. Ada daging terbakar disini."
Surya datang, saatku habis, terhalangi lagi oleh waktu, harus bersembunyi, lagi aku tak sempat menyapa.
.
.
."Berhenti menyeretku!" Lalu kupiting tangannya. Kudengar ada bunyi tulang retak.
KAMU SEDANG MEMBACA
AJCS2
FanfictionDari event sebuah grup menulis yg sudah terkenal "ASTRAFF". Apalah daya remah roti ini.. Bukan anggota dan skill menulis ada apanya.. Sudah diedit lagi.. Dulu dibatasin 300 kata aja perjudul.. Merasa ada mirip? Iya ini diambil sedikit dari cerita p...