Tatapan mata terkaku pada gurat bulat membekas di buku pertama jari, putih keabuan pada tiap ujung bawah kuku. Tangan tak pernah bersuhu normal, putih pucat, bergidik getar layaknya kedinginan beku setelah terendam air es.Rapat menutup belah mata menolak debur kenangan menyeruak.
Tapi kisah pilu sama usil seperti kutu.
.
.
."Dasar, anak gak tau diri! Masih untung diterima disini, harusnya mati pas diperut, lahir jadi beban aja!" Disaat aku bahkan tidak tahu duduk masalah hinggar binggar kemarahan ibunda.
.
.Bukan hanya hina cerca serapah, harus aku bersyukur, pisau tak pernah jadi bahan untuk dilempar padaku, benda lainnya bahkan yang tak ingin dibayangkan, pernah kurasakan ditubuh. Kotoran anjing misalnya.
Chiro, biasa dipanggil begitu, padahal.. Itu nama anjing milik nenek, mereka anggap aku sebatas itu saja. Nama asli, Jeffrey ato Jeffren Aku tak bisa mengi. ngat benar.. entahlah, toh tidak pernah diniatkan aku masuk kartu keluarga. Jadi, Chiro sudah melekat. Yamg pasti setiap panggilan penuh penekanan nada ketidaksukaan, lebih lembut saat memanggil si kaki empat penuh kutu itu, kutu lagi.
.
.
.Dari awal kehidupanku terbentuk, sudah tidak diharapkan.
Hadir dianggap aib. Aku, anak hasil perselingkuhan Ibunda. Ingin berkata kasar.
Aku salah? Kurasa tidak. Tapi pikiran wanita yang tertutup nafsu dan diakhiri malu itu, hanya bisa menyalahkanku.
Ya, aku yang salah, katanya.
Dia hamil, merobeknya ketika aku lahir, aku yang salah.
Dia dicerai oleh suaminya, tampa sepeser harta, aku yang salah.
Ibunya -nenekku- meninggal, karena syok jantungnya mogok berdetak, aku yang salah.
Ia disentil menjauh oleh selingkuhannya, seperti upil, aku juga yang salah.Aku selama ini diam tapi lama-lama muak.
Nekat untuk terlepas dari neraka keluarga, kabur sebab hatiku sudah tidak bisa diam, mengusik apa keputusanku selama ini.
Aku menyesali kemudian hari. Antara ya dan tidak juga.
Pun diluar aku bernasib tak jauh. Hina dan pukul bertubi kuterima lagi dan lagi. Jadi pencuri kecil, pernah ditolong orang yang kukira baik ehh.. Ujungnya dididik jadi pengemis.
...
Nyawa sudah diujung ketika itu. Tak berdaya, lapar dan kesakitan. Teronggok di gang sepi, dengan hela nafas mulai tak teratur.Lalu pak tua -begitu aku menyebut dirinya- tampa kuminta, membagi hidupnya, merubah hidupku, dengan satu alasan.
Kasihan. Apa-apaan.
....
Kembali ke kenyataan, mengepal tangan, menekan titik luka, menusuk rasanya, hal yang kupikir akan menutup sakit hatiku dengan rasa yang lain, tapi tidak ada guna.Matahari sudah sembunyi, si mahluk malam akan mengomel dalam tiga.. dua.. sa..
"Chiro, lapar. Ayo berburu."
Yang ia maksud adalah menghisap darah manusia, kami.. Dia -Si Pak tua- dan aku
-yang telah diubahnya- adalah Vampir, ehh.. Aku masih setengah vampir. -lain waktu kuceritakan-Aku masih menekuri titik dijari. Luka dimana kisahku diganti selamanya.
"Masih diingat saja, melow." nadanya mencibir.
Ingin membalas 'vampir tua jatuh cinta lebih melow' takut dosa.. Ehh..
KAMU SEDANG MEMBACA
AJCS2
FanfictionDari event sebuah grup menulis yg sudah terkenal "ASTRAFF". Apalah daya remah roti ini.. Bukan anggota dan skill menulis ada apanya.. Sudah diedit lagi.. Dulu dibatasin 300 kata aja perjudul.. Merasa ada mirip? Iya ini diambil sedikit dari cerita p...