Tidak tampan

5 0 0
                                    

Hapus delusi anda segera wahai para perawan pendamba diluar sana.

Tutup buku fiksimu jika disana menuliskan vampir itu rupawan, atau menawan atau apalah lagi padanan yang menggambarkan kami dalam khayal para penulis ceritamu.
.

Kalaupun ada, kasih tahu.. itu Vampir perawatan dimana?
.
.

Kami ini petualang malam, pun pengembara kerasnya kehidupan. Bukan artis apalagi representasi dari pria dengan kesempurnaan yang akan membuatmu bertekuk lutut. Ti-dak!!

'Di film -sinar bulan- itu, Vampirnya tampan dan jelita kok?'

Yahh.. Kalo pakai aktor jelek, itu film gak laku lah..

'Ohh.. Seperti film -pemburu- yang satu Itu?'

Kurus, berkulit abu cenderung hitam tak berdaging, bertaring aneh -itu taring apa pisau-, cakar kucing super, lebih mirip alien atau predator?
.
.

Bah!! Gak segila itu!
.
.

Kami berwujud manusia, seperti manusia seutuhnya.. kami dulu.. juga manusia.
.
.

Menjadi Vampir adalah pilihan, dengan konsekuensi yang akan kami jalani pada tiap tahapnya. Tubuh kami, akan dialiri darah vampir terdahulu melalui ujung sepuluh jari.
Ingin tahu vampir atau bukannya, lihat ditiap ujung jemari, ada titik luka disana, itu tanda yang paling mudah dikenali. -misal bertemu aku, tolong beri kecupan- Hahaha.. Ehh.. Apa aku tertawa barusan, Chiro tidak lihat kan?
.
Ahh satu lagi.. Berhenti berfikir jika kami berubah atau merubah manusia menjadi vampir dengan gigitan panas di leher korban, dari mana sih awal cerita begitu. Gila sih..
.
.
Kembali ke pokok kisah.

Tidak ada Vampir yang tampan, oke?

Bahkan yang bergelar Pangeran Vampirpun, tidak.
.
.

Inisiasi adalah hal pertama yang akan dilewati para Vampir muda. Langkah awal sebentuk ujian pembuktian diri, apakah pantas atau tidak menjadi Vampir.

Kami mahluk immortal dengan harga diri terlampau tinggi, gagal dalam ujian artinya MATI. Terbunuh dalam ujian, dihormati sejenak... lalu digunjing.. jadi perbandingan atau tolak ukur pelaku berikutnya. Mundur dari ujian, hukuman mati, mutlak.
.
.
Dari sanalah tiap luka ditubuh kami.

Parut diwajah, hilang telinga sebelah, buta satu, beberapa ruas jari remuk, timpang kaki bahkan botak, hal biasa. Yang sebenarnya bisa disembuhkan -puja dewa regenerasi-, lagi harga diri kami tinggi, beberapa luka itu senilai piala.
.
.
.
"Jadi gak berburu nih?"

Aku menggeleng, hilang minat.

"Hahaha.. Patah hati sampai seperti ini."

"Diam, atau kucabut gigimu."

"Temui sana."

"Tidak."

Aku terdiam, teringat lagi kejadian beberapa saat yang lalu, mengintip dari sedikit celah jendela kamar Putri -aku menamai wanita yang buatku jatuh dalam cinta-. Ia yang asik menonton film 'Vampir tampan' menjerit malu-malu teredam bantal dipelukan ketika adegan pernikahan mahluk itu dengan seorang gadis manusia.

"Demi apa~" Aku meringis pias, menatap pantulan wajah tak rupawan di jendela kamarnya.

Bocah itu sekuat tenaga menahan tawa, tahu saja sebab darahku dalam tubuhnya memberitahu. Sialan mamang

"Cari Donat Indomie ahh." Lalu ia pergi, dasar bocah micin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 13, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AJCS2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang