Catrina Lavendria 1

26 4 0
                                    

Tatapan keluargaku benar benar tak memperhatikanku lagi. Kamar adalah tujuan utamaku. Berlari meninggalkan ruang makan yang membosankan adalah pilihan yang tepat untukku.

Layangan pandangku tertuju pada handphone di nakas. Lalu mata dan jariku mulai menscroll hp untuk mencari lagu favoritku di list yang kebanyakan lagu korea nya. Sound of ocean,aku sengaja memutarnya dengan alasan tertentu. Alunan bunyi bunyi tuts yang ditekan oleh sang pianis benar benar membuatku rilex seolah olah memang seisi lautan sedang bernyanyi lembut. Sejenak,aku mulai terbuai pada lagu penghantar mimpi ini.

Mataku mulai berat dan terlelap kedalam mimpi dengan sangat cepat. Bisikan angin lembut serasa berbicara lekat pada telingaku.

"Catrina Lavendria,,,kau ditakdirkan debagai titisan Dayed. Secara hormat atau tidak hormat kau akan diangkat sebagai hakim tertinggi pengganti,namun dengan aturan dan jalanmu sendiri"

Sontak,aku langsung terbangun. Mimpi ini sebenarnya sudah kelewat tak terhitung dihidupku sejak usiaku 10 tahun. Namun aku tak pernah mrnceritakannya pada keluargaku,terutama pada kedua kakakku si tokoh utama organisasi itu.

"Oh god,lama lama gue bisa jadi penghuni paviliun rsj level akut"

Aku tak pernah tahu dan tak pernah ingin tahu soal organisasi itu. Jadi,tak ada terlintas sedikitpun niat ataupun minat untuk bergabung dengan mereka. Melihat Erika dan Tomi saja sudah kelihatan garang,apalagi jika aku bergabung,image ku yang sudah terbangun akan hancur seketika karena kumpulan konyol dan sadis itu. Jadi kubiarkan saja kedua kakakku jalani hidupnya masing masing tanpa ku ganggu. Nyali ku cukup ciut untuk menghadapi anak anak senior di SMA ku itu.

***

Pagi ini aku harus segera berangkat sekolah. Seperti biasa,Tomi si supir dan Erika si penumpang depan. Sementara aku si hantu jok belakang. Suasananya tak pernah ramai dengan candaan seperti adik kakak pada umumnya. Yaa,meskipun memang terkadang mereka sedikit bicara,namun aku jarang diajak. Kecuali jika ada butuhnya saja.

"Hallo kakak kakak yang bertampang es balok,gue ada disini sendirian,tolong diaanggap kehadirannya". Celetukku saking bt-nya.Mereka hanya menatapku bersamaan.

"Iya".Jawab Erika datar dan singkat

"Emang goblok sii". Batinku

"Gue bisa denger isi hati lo oon". Decak Tomi

Tomi memang bisa membaca pikiran seseorang,tapi hanya jika radiusnya dekat saja. Beda halnya dengan Erika. Dia lebih jago dalam hal menghipnotis. Maka tak heran,banyak orang yang segan menatapnya karena takut terhipnotis.

"Iya iya,gue lupa lo bisa baca pikiran". Ucapku sebal

Tololnya,Tomi menghentikan mobilnya jauh dari sekolah kami. Kurang lebih 250 meter lagi dengan sekolah. Sengklek bukan?

"Turun lo". Tomi menyuruhku turun bukan ditempat tujuan.

"Lo sinting ya kak?". Tak ada jawaban dari mereka

Mau tidak mau aku harus menuruti perintahnya. Karena jika tidak,aku mungkin akan nain angkot setiap hari. Tomi langsung memutar arah mobilnya. Entah mau kemana mereka pergi. Sepertinya akan membolos,dan aku harus beralasan atas kesalahan mereka lagi.

"Demi pizza dan saus tomat,gue sumpahin kalian buat insyaf"

Sepertinya mereka memang perlu rehabilitas fisik,batin,dan otak. Amit amit tujuh turunan jika generasiku ada yang mewarisi sifat dua kutu es itu.

Setelah berjalan lama,seorang gadis menyapaku. Ane Patricia,dia teman sebangku dikelasku. Gadis berambut pirang itu keturunan Netherland (Belanda). Hanya ayahnya saja,ibunya pribumi asli.

DayedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang