BAD DREAM

121 20 2
                                    

Kelanjutan kasus pembunuhan berantai kode batang di Korea semakin menyeruak sampai ke seluruh lapisan masyarakat. Tidak ada yang tidak merinding jika mengingat bagaimana si pembunuh menorehkan pisau untuk memberikan barcode pada pergelangan tangan korban.

Semua orang tua kini melarang anak-anaknya pergi saat larut malam dan menjemput langsung saat di sekolah. Mereka tak menginginkan korban si pembunuh kembali berjatuhan.

Kantor Kepolisian Seoul mengadakan rapat dadakan yang setiap harinya mengurus kasus yang sama. Mereka terkadang lelah memikirkan bagaimana rumitnya pembunuhan ini.

"Kim Hyeongsanim, apa yang kau lakukan ini menyalahi aturan!"

Suara tegas Kepala Kepolisisan Pusat menggema diruang rapat tim investigasi Seoul. Kim Seokjin yang baru datang kini harus berdiri didepan menghadap Kepala Jang. Disampingnya, Opsir Min dan Opsir Park berdiri berdampingan.

"apa yang kau pikirkan hingga membiarkan Opsir Kim membuka kembali kasus ini?"tukas Kepala Jang kepada Opsir Min yang membantu Seokjin mencari data pembunuhan beberapa tahun silam.

"Jwieseonghabnida, aku berpikir ada sesuatu yang dapat kita temukan dari data sebelumnya. Karena kasus ini pasti dilakukan oleh orang yang sama, Sajangnim. Meskipun terjadi dalam 2 kasus, metode yang mereka gunakan sangat mirip. Aku berpikir kita harus membuka kembali kasus pembunuhan barcode dan pembunuhan berantai 6 tahun lalu"

Seokjin memberanikan diri menyela pertanyaan yang seharusnya dijawab Opsir Min. Ia harus bertanggung jawab karena semuanya berada dibawah pengarahannya.

Brakk..

"BODOH! Apa kau pikir dengan membuka kasus yang tidak bisa tim kepolisian pecahkan akan menganggap citra polisi kembali membaik? Kau justru membuka fakta Tim kita tidak bisa bertanggung jawab, Bodoh!"

Semua yang diruang rapat terdiam dengan tegang mendengar bentakan Kepala Jang. Bahkan, Letnan Yoon sama sekali tak membela anggotanya. Ia sedikit terkejut karena pada dasarnya ia baru mengetahui tindakan luar batas Seokjin. Ia memang memiliki dendam pada pembunuh yang 6 tahun ini membuat polisi kalang kabut. Hanya saja, untuk membuka kembali kasus semacam ini, Letnan Yoon belum bisa melakukannya.

"Animnida. Aku tidak berpikir semuanya akan mengembalikan citra polisi dikalangan masyarakat. Hanya saja....."

Brak.. Brak...

"Pak Polis!!! Pak Polisi!!!!"

Seorang nenek berusia 52 tahun tergopoh-gopoh mengetuk pintu kaca kantor Kepolisian Seoul. Semua mata memandang kearah sumber suara. Letnan Yoon segera beranjak disusul yang lain menghampiri nenek itu.

"Gyeongchal!!!! Disana...hosh hosh...."

Napas nenek itu terengah-engah. Ia  berusaha berlari dari kejauhan untuk tiba di kantor polisi.

"halmeoni... Gwaenchanhaseoyo? Tenanglah dulu"pinta Letnan Yoon dan Kepala Jang. Seokjin dan polisi yang lain juga ikut mengerubungi nenek itu. Ia memberikan air minum pada Sang nenek.

"tenanglah... Coba katakan perlahan, Halmeoni"lanjut Letnan Yoon memberikan gelas yang baru dipakai nenek itu pada Seokjin.

"huh..huh..huh... Disana...uhuk...uhuk... Dari rumah ditengah pematang sawah..seorang wanita dibawa oleh pria pembunuh itu...pak Polisi, tolong wanita itu..."

"Sowon-ssi!"

Pekik Seokjin dan berlari dengan cepat keluar dari kantor. Ia mengendarai mobilnya menuju kerumahnya.

"Seokjin-ah!!!! Mau kemana?!"teriak kepala Jang dan Opsir Park bersamaan.

Tidak ada balasan dari Seokjin. Ia menginjak gas dengan kuat dan mobil pun meninggalkan pelataran kantor Polisi.

MURDER [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang