MH -- 1

157 8 0
                                    

     Tepat pendaftaran di SMA favoritku. Aku menggunakan jalur prestasi dan tanpa aku sangka aku adalah salah satu orang yang terpilih. Aku pun di suruh menulis biodata siswa.

Nama : Arga Rista Setiana Devi

      Awalnya semuanya berjalan lancar, dan setelah aku sampai di penulisan pekerjaan ayahku, aku mulai ragu dan malu.

       Aku bingung, apa yang akan aku tulis. Haruskah aku tulis seorang tukang bajai atau wiraswasta atau yang lainnya?

       Hingga akhirnya aku menulis pekerjaan asli ayahku, yaitu tukang bajai. Sampai-sampai aku malu dengan teman-temanku karena pekerjaan ayah mereka yang terpandang dan setiap libur panjang, bukan hanya di dalam negeri, tetapi juga diluar kota, diantar jemput dengan mobil bukan dengan bajai.

     “Eh.., Arga,bapak kamu tukang bajai, kan?” tanya salah satu temanku dengan senyum dan nada ejekan.

      “I-iya.. ” jawabku dengan suara lirih dan sedikit gugup.

       “Kok bisa sih? Seekor anak bajai bisa sekolah disini, ha.. ha.. ha.., iya kan guys?” ejeknya lagi.

        “Eh.. Arga itu bisa sekolah disini karena dia pakai jalur prestasi, bukan kayak kamu yang selalu pakai uang suapan!” suara seorang laki-laki dari arah belakang yang menuju kearah kami.

        “Kelvin? Ih.. apa-apaan sih kamu? Kenapa malah belain anak bajai ini bukan aku?” tanya anak yang mengejekku tadi dengan nada gregetnya.

        “Aku udah muak Frin, menutupi kebohonganmu.. selagi aku berusaha kamu malah menghina,” sentak Kelvin  kembali. Hingga cekcok kami belum selesai tiba-tiba Kelvin menarik tanganku yang bertanda ingin mengajakku pergi.

⚫️

⚫️

⚫️

    Kring... Kring... Kring...

    Suara bel pulangpun sudah terdengar, anak-anak pun berdesak-desakan menuju pintu gerbang. Dan, tanpa aku sangka ternyata Ayahku sudah manunggu di depan gerbang dengan bajainya. Melihat itu, aku pun memilih naik angkot.

       “Yo.. Yo.. Yo.. Jurusan jalan sepete!!..” teriak kernet angkot.

        Setelah sampai rumah ternyata Ayahku sudah berada di rumah. Aku pun masuk tanpa salam.

        “Kenapa kamu tadi pilih naik angkot dari pada ikut Ayah pulang naik bajai Ayah?” tanya Ayah dengan suara lembutnya.

       “Aku malu, Yah.., karena itu aku aku lebih memilih naik angkot dari pada ikut bajai Ayah!” jawabku dengan membentaknya.

       “Kenapa harus malu? Pekerjaan Ayahkan halal, Ayah juga tidak mencuri, dan tidak dengan cara yang buta,” tutur Ayah.

      “Ah.. Udahlah.. Setiap hari harus dengar  ceramah Ayah terus, bosen! Oh iya! Aku mau smartphone, motor, televisi, dan kulkas! Itu semua harus ada!” paksaku.

      “Tapi darimana Ayah akan dapat uang sebanyak itu dan membeli barang sebanyak dan semahal itu Arga? Mungkin Ayah butuh waktu yang sangat lama,” eluh Ayahku.

      “Bodo amat! Pokoknya itu semua harus ada didepan rumah gue, kapanpun!” paksaku, dan mendengar permintaanku yang begitu banyak Ayahku hanya terdiam mengusap dadanya sembari mengucap istigfar, “astagfirullahhaladzim..”

⚫️

⚫️

⚫️

      Beberapa bulan kemudian Ayah menghadiahkanku sesuatu, “Yah.. hari ini tanggal berapa?” tanyaku kepada Ayah.

      “Hmm... Tanggal 6 Maret, emangnya kenapa?” tanya Ayah balik dengan nada lugunya.

      “Iiih... Ayah.., masak nggak tau sih? Tanggal inikan tanggal istimewaku, Ayah!..” rengekku dengan nada manja.

       “Oh.., iya, ya.., hari ini anak Ayah sedang ulang tahun. Ya udah... selamat ulang tahun ya, nak. Doa Ayah akan selalu menyertaimu..” ucapnya sambil mengecup keningku.

       “Hiiih... Aku bukan hanya minta doa, tapi aku juga minta kado jugalah, Yah!..” gumamku. Mendengar itu Ayahku hanya tersenyum dan mengambil topi kumuhnya, yang bertanda ia akan pergi untuk bekerja.

        Karena hari ini adalah hari libur, aku dirumah hanya akan berdiam diri setelah semua pekerjaan rumah selesai sambil membayangkan sesuatu. “Seandainya, kalau Ibu sama Ayah nggak pisah mungkin aku sekarang duduk dengan canda tawa mereka. Hmm... Tapi itu semua hanyalah angan yang berlalu dan terlintas di pikiran dan hati ini..” gumamku sendiri.

      “Ssst... Ga... Arga...” tiba-tiba sebuah suara terdengar memanggilku, aku pun menoleh kebelakang dan kesamping tapi tidak ada siapapun disana. Kemudian aku berjalan kearah jendela kecil rumahku. Dan...

     “Kelvin?!..”

⚫️

⚫️

⚫️

Gimana?
Tolong komen, ya... Baik tanda baca maupun ceritanya. Pokoknya yg sopan!😊 kalau suka vote ya!

Maaf ya, cuma sedikit. Tolong di maklumi, masih pemula😁

Btw, itu sifatnya Arga jangan ditiru ya readers, apapun pekerjaan orang tua kita, kita harus menerimanya. Asalkan halal...

Udah ya...

Da..👋

Mutiara HitamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang