First Impression...

38 0 0
                                    

Di suatu pagi yang damai.............

"Leeeeeeonaaaaaaaaa........ " Suara kencang bernada seriosa itu memporak-porandakan ketenangan pagi dalam hitungan detik. Bahkan, blessing _anjing mini Pomeranian kesayangan leona, pun langsung terbangun dari tidurnya dan kabur sejauh mungkin. Menghindari kemungkinan kerusakan gendang telinga fatal akibat dahsyatnya suara itu. Untung saja letak rumah mereka berada cukup jauh dari para tetangga. Setidaknya mereka ada dalam jarak aman. Jadi, mereka tidak perlu khawatir tentang keluhan para tetangga yang mungkin saja akan berujung dengan demo besar-besaran yang mengguncang seantero kompleks.

Leona menyebutnya 'Jeder Pagi' ala dokter Erlangga Adi Saputro, dokter nyentrik se-Bandung Raya, berdarah Spanyol-Jawa,  Leona memanggilnya Daddy. Wajah londo alias bulenya dan juga logat medok jawanya yang terkesan tidak sinkron itu membuatnya sangat ikonik. Orang-orang menyebutnya dokter londo medok.

Merasa usahanya tidak mendapat respon, pria paruh baya dengan spatula ditangannya itu menarik nafas panjang untuk mengumpulkan seluruh kekuatan nya dan memanggil Leona kembali dengan nada 4 oktaf lebih tinggi dari sebelumnya. " Leeeeeeeoooooonaaaaaaa!!!! "

Astaga! Untunglah blessing sudah pergi menjauh. Kalau tidak, dia pasti sudah kehilangan pendengarannya secara permanen. Ckckcckck

" Banguuuuuuunnnnn.... " Suara tenor berkekuatan mesin pesawat tempur itu akhirnya mulai mengusik ketenangan tidur gadis berambut panjang yang menggeliat pelan di balik selimut tebalnya.

Suara Jeder Pagi yang semakin kencang, memaksanya untuk bangkit dan mengerjapkan mata bulatnya demi melihat jam Wacker pink kesayangannya yang menunjukan pukul 05: 45 pagi.

Astaga! Daddy!! Kenapa ngga bangunin jam 4 aja sekalian, biar bisa ikut jualan bubur sama Mas Slamet di depan komplek, kan lumayan dapet uang jajan tambahan. Gerutunya dalam hati sambil mengacak-acak rambutnya yg sudah acak-acakan dengan kesal.

"Ya.... Leona udah bangun, Daddy. " Sahutnya setengah berteriak, berusaha menyaingi suara daddy nya dengan tingkat kesadaran yang masih 60%. Dan dengan otomatis suara tenor membahana itu pun berhenti.

Leona menghela nafas panjang, meskipun matanya masih setengah terpejam dan rambut panjangnya mencuat kian kemari, mirip mummy ribuan tahun yang baru saja dibangkitkan.  Dan Inilah masalah terbesar dalam hidupnya,

BANGUN PAGI.

Menyadari usahanya tidak sia-sia, daddy kembali memusatkan perhatiannya pada telur ceplok di atas piringnya. Sambil bersiul ceria, ia mengayun piring berisi telur ceplok itu kian kemari dan sesekali mengayun langkahnya bak penari Latin sejati. Perlahan ia meletakkan apa yg dibawanya tadi diatas meja berdampingan dengan menu sarapan lainnya.

"Perfecto... " Daddy tersenyum genit sambil menjentikkan jarinya saat ia melihat semuanya sudah siap dan nampak sempurna. Dengan langkah yang diayun, ia melangkah menuju dapur seraya melepaskan celemek hitam yang terikat di pinggangnya dan menggantungnya di sudut dapur.

Dan Tiba-tiba..........

"Jabang bayi... " Daddy melompat kaget begitu ia memutar badan dan mendapati Leona sudah berdiri dengan seringai usilnya.

"Sugeng enjing, Daddy. " Sapa Leona cengengesan, menyadari daddy nya terkejut sedemikian rupa dan melengos pergi meninggalkan daddy nya yang masih mengelus dadanya, berusaha menenangkan jantungnya yg baru saja dapat kelas aerobik dadakan.

"Gusti...... Paringi duit sing akeh. " (Tuhan, berikan rejeki yang banyak) Gumamnya pelan, setengah kesal dengan tangan yang masih mengelus dada dan kepala yg masih geleng-geleng karena ulah putrinya yg usil. "Bocah... Bocah.... Kok Isenge pol tha ya ya. "(Bocah.... Bocah... Kok Iseng banget ya? )

Haru In December (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang