Selalu lah ingat, bahwa typo itu seni :D
Happy Reading~.
.
.
.
.
Renjun mendengus sebal dan menutupi wajahnya di dalam lipatan tangannya. Renjun sedang sebal, karena lagi-lagi gurunya tidak masuk kelas.
Dia jadi bingung harus berbuat apa. Mau menggambar, tapi sketchbooknya tertinggal di asrama. Renjun malas untuk mengambilnya. Ia ingin mengobrol, tapi rasanya tidak enak.
Sebenarnya tidak ada yang aneh dari teman-teman di kelasnya. Tapi, ia tetap merasa aneh saja. Seperti terlalu baik.
"Njun, kamu kenapa? Sakit?" Ketika Renjun mendongak, ia melihat wajah Siyeon sedang khawatir. Saat Renjun ingin menjawab, tiba-tiba anak-anak di kelasnya mengerubunginya.
"Eh? Renjun sakit?"
"Renjun nggak papa kan?"
"Sini aku anterin ke UKS!"
Nah, ini yang Renjun bingung. Kenapa anak-anak di kelasnya seperti ini? Ia jadi seperti artis dadakan.
"Eung, temen-temen. Gue nggak papa, kok. Gue cuma bingung mau ngapain aja," jelas Renjun kepada teman-temannya. Dia tidak ingin teman-temannya menjadi khawatir.
"Ya ampun, kalau bingung ngobrol aja sama kita-kita, Njun. Kalo kamu sakit, bilang ya?"
"Iya, Shushua. Thanks udah pada khawatir. Dan gue beneran nggak papa. Nih, masih ganteng kan?" ucap Renjun sambil pose dengan tangan membentuk huruf 'V'.
"Apa sih, Renjun narsis banget," Shushua memukul pelan bahu Renjun. Dan yang lain hanya terkekeh dengan kelakuan Renjun. Dalam beberapa saat mereka kembali ke aktivitas masing-masing. Dan Renjun diajak ngobrol oleh Shushua dan genknya.
Dulu padahal, Shushua dan Renjun sama sekali tidak pernah akrab. Tapi, sejak kembali dari study tour, Shushua jadi mengakrabkan diri dengan Renjun.
Menurut Renjun, hanya satu kejadian saat study tour yang lumayan membuat anak-anak seangkatannya dan beberapa kakak kelasnya kaget. Yaitu, pernyataan Jaemin.
Jaemin menembaknya saat perjalanan kembali, dan membuat yang satu bis dengannya terkejut. Ya, maklum saja. Jaemin itu termasuk anak populer di sekolahnya, sementara dia hanya seorang murid biasa.
Dan memang banyak yang tidak suka saat itu. Terutama salah satu kakak kelasnya, ia lupa siapa namanya. Padahal dia salah satu kakak kelas yang paling ramah, dan sekarang kakak kelas itu orang yang paling membencinya.
Renjun sempat berfikir kakak kelasnya itu, 'bottom'. Tapi, pikiran itu langsung ia tepis begitu ingat tubuh kakak kelasnya itu yang jauh terlihat seperti uke.
Jadi Renjun berpikir, kakak kelas itu menganggap Jaemin adalah uke. Ya, itu alasan yang paling masuk akal menurut Renjun.
"Renjun!" Suara Shushua membuat Renjun terkejut.
"Njun, kamu ngelamunin apaan sih? Ini udah bel istirahat loh. Dan itu pangerannya udah nungguin," goda Shushua pada Renjun. Renjun langsung melihat pintu kelasnya. Dan terdapat Jaemin yang sedang melambaikan tangannya pada Renjun.
Renjun bangkit dari tempat duduknya, lalu tersenyum pada Shushua. "Gue ke kantin dulu, ya?"
Shushua menganggukan kepalanya dan membalas senyum Renjun. Renjun pun menghampiri Jaemin dan menggandeng tangan Jaemin.
"Ayo, ke kantin!" Jaemin tersenyum lebar dan mengusak rambut Renjun.
"Ayo!"
.
.
.
Saat dikantin, entah kenapa Renjun merasa ada yang janggal. Ia terus berpikir, hingga tiba-tiba Jaemin menyuruhnya duduk.
"Renjunie, kamu duduk di sini aja. Biar aku yang pesan makanannya," ujar Jaemin sambil memperlihatkan senyumnya yang membuat siapapun yang melihatnya akan langsung jatuh hati. Renjun hanya mengangguk dan tersenyum kecil membalasnya.
Renjun melihat-lihat sekeliling kantin, rasanya ada yang berubah menurutnya. Tapi ia bingung, apa yang berubah. Hingga tiba-tiba kepalanya terasa basah dan hangat.
Ia langung melihat apa yang ada di kepalanya. Ternyata, itu adalah nasi dan kare yang dituangkan ke kepala Renjun. Ketika Renjun melihat siapa yang melakukannya, ia agak terkejut.
"Jaehyun sunbaenim! Anda punya masalah apa sama saya?! Bicara baik-baik, jangan kekanakan seperti ini!"
Emosi Renjun langsung meluap, sementara Jaehyun hanya tersenyum sinis. "Ah, makanan gue tadi pengen deket-deket sama rambut lu. Yah, sekarang cuma sisa minuman. Yaudah, gabung sama makanannya aja, biar rambutnya nggak seret."
Jaehyun langsung menyiram Renjun dengan air mineral di tangannya. Tubuh Renjun terasa menegang, ia tau perasaan ini. Ia sangat mengenalnya, tapi ia tidak mengerti, apa itu. Renjun seperti orang kerasukan, hanya diam dan mematung.
Dahi Jaehyun mengerut, karena ekspresi Renjun tidak seperti ekspetasinya.
"Sunbaenim, cukup."
Itu bukan lah suara Renjun, itu suara Jaemin. Jaehyun mendecih dan segera meninggalkan mereka.
Jaemin membuka blazernya dan membuatnya menjadi lap untuk membersihkan noda yang menempel pada Renjun. Renjun sedikit merona atas perlakuan Jaemin yang terus menolongnya.
"Um... Na, makasih banyak ya," ujar Renjun sambil tersenyum menatap Jaemin.
Jaemin terkekeh pelan, "Tidak, aku yang harus bilang makasih. Karena kamu masih mau bersama denganku. Ya sudah, sekarang kita ganti bajumu terlebih dahalu! Karena air terlalu berbahaya untukmu."
"Huh? Bahaya di mananya sih? Hahaha..."
"Ih, malah ketawa. Bahaya banget pokoknya! Aku nggak mau kamu kenapa-kenapa, Injun-ah."
Renjun tersenyum lembut kearah Jaemin dan menautkan tangan mereka. "Iya, aku nurut aja sama kamu."
Mereka pun berjalan ke luar kantin sambil bergandengan tangan.
.
.
.
.
.
TBC.
.
.
.
Hallow^^~
Selamat datang diwork-ku yang ini wkwkJadi diwork ini, aku bakal cuma bikin 4-5 chap aja.
Soalnya ini bisa dibilang 'work moody'anku wkwkKisah disini bakal banyak banget teka-teki, jadi mohon teliti/? :D
Kritik, saran, komen (dan vote) dibutuhkan di sinii~!
KAMU SEDANG MEMBACA
The Real [JaeRen]
Fanfiction"Lo nggak pantes di dunia ini." - Jung Jaehyun "Sebenernya ada apa sih?!" - Huang Renjun BxB! Yaoi! JaeRen! Slight JaemRen! Tidak suka? Silahkan cari kisah lain.