Third.

3.7K 352 39
                                    


Selalu lah ingat, bahwa typo itu seni :D
Happy Reading~

.

.

.

.

.

Renjun dan Jaehyun sekarang berada di jurang dekat laut, sekolah mereka memang dekat dengan laut. Tetapi tetap saja Renjun agak mual, karena Jaehyun membawa motornya sangat kencang.

Dan sekarang sudah 12 menit terbuang. Untuk perjalanan ke jurang itu, dan berdiam-diaman. Renjun sebenarnya sangat bingung, untuk apa sunbaenimnya itu mengajaknya ke jurang? Apa ia benar-benar ingin dibunuh? Renjun langsung menepis semua pikiran buruknya, ia melirik pada Jaehyun. Ia sedikit melihat guratan kesedihan dalam ekspresi Jaehyun.

"Sunbaenim, sudah 12 menit berlalu. Jadi sebenarnya ada apa?" kata Renjun to the point.

"Njun, kamu emang nggak sepantesnya ada di 'dunia' ini," dengan perkataan yang begitu menusuk, Jaehyun mengatakannya dengan begitu lembut dan juga menatap Renjun dengan tatapan yang sulit Renjun mengerti.

"Kalau sunbaenim cuma mau ngomong hal itu dan nggak mau minta maaf saya mau balik lagi saja—" Renjun yang tadinya sudah berancang-ancang meninggalkan tempat itu segera dicegah Jaehyun.

"Bukan, Njun! Tolong dengerin dulu, meski emang ini sulit banget buat aku ngomongnya. Tapi kamu memang sudah sepantasnya tidak ada di 'dunia' ini. Kamu dan aku, ah bukan hanya aku. Jaemin dan teman-teman kamu. . .















udah berbeda 'dunia'."

Renjun terbelalak, ia semakin bingung apa yang Jaehyun katakan. Seakan mengerti tatapan Renjun, Jaehyun tersenyum pahit. "Saat study tour, bis kita kecelakaan dan masuk ke dalam jurang. Dan... Kamu..."

Jaehyun tidak bisa melanjutkan kata-katanya, ia menggigit bawah bibirnya. Renjun masih menatap Jaehyun tidak percaya.

"SUNBAENIM! TOLONG JANGAN BERCANDA!!"

"AKU TIDAK BERCANDA, RENJUN-AH!!!" Jaehyun berjongkok. 

"Ini salahku, seharusnya aku berkata pada supirnya untuk mengecek bannya dulu agar tidak tergelincir ke jurang! Dan harusnya aku segera memecahkan jendela, bukan panik seperti orang bodoh! Dan seharusnya saat study tour aku menyatakan perasaanku padamu dan tidak keduluan Jaemin, Renjun-ah!!" 

Lagi-lagi Renjun terbelalak, ia menatap tangannya. Iya, memang dia merasa ada yang aneh padanya. Teman-temannya semakin baik, Jaemin sangat manis padanya, seharusnya ia juga sadar akan hal itu. 

Sebenarnya ia sekarang sangat ingin memukul Jaehyun, tetapi pria berlesung pipi itu benar-benar terlihat frustasi bahkan suaranya begitu parau, hati Renjun sedikit teriris.

"Mereka baik padamu, bukan karena apa-apa. Mereka menutupi rasa bersalah, dan ingin kau tetap ada di dunia ini. Apalagi Jaemin, pria itu sudah benar-benar egois. Jadi aku mohon Renjun-ah, kembali lah ke'dunia'mu yang seharusnya!"

Air mata Renjun sudah membanjiri wajah manisnya, tak hanya Renjun yang menangis. Jaehyun juga menangis, tapi ia menutupi wajahnya dalam lipatan tangannya.

"Sunbaenim... Hiks... Maafkan aku... Hiks," Jaehyun buru-buru mengelap air matanya dan berdiri menghadap Renjun. "Tidak, kamu nggak salah, Renjun-ah. Jangan menangis, aku tidak suka melihatnya."

Renjun mengangguk dan menghapus air matanya, ia tersenyum lembut pada Jaehyun. "Sunbae—"

"Panggil aku 'hyung'"

"Ah, hyung... Bagaimana caranya aku—"

"BERHENTI!!"

Suara Jaemin membuat Renjun merinding, Jaehyun dengan segera mendorong Renjun ke jurang. Renjun langsung terjatuh. Dengan samar-samar sebelum Renjun terjatuh, ia melihat gerak bibir Jaehyun.

"TIDAKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!"

.

.

.

.

.

.

"Maaf, dan aku mencintaimu."

.

.

.

.

.

.

'BIIP!!' 'BIIP!'

Pria manis bersurai coklat tua itu perlahan mulai membuka matanya.

"Dokter!! Pasien telah sadar!!"

Ia melihat perawat dan seorang dokter yang sedikit terkejut melihatnya. "Renjun-ssi, apa anda mendengar saya?" meski sangat pusing Renjun berusaha untuk menjawab dengan mengangguk lemah.

"Renjun-ahh!!!" Suara ibunya membuat Renjun melirik ke arah ibunya.

"Akhirnya kamu sadar, sayang," ibunya menciumi tangan Renjun. Renjun masih bingung apa yang telah terjadi, bukannya ia sudah meninggal.

"E-eomma, a-aku di m-mana?"

"Kamu di rumah sakit, sayang. Kamu sudah koma selama 1 tahun," Renjun terbelalak. "akhirnya kamu sadar juga, sayang.." Ibunya menangis terus sambil memegang erat tangan Renjun.

Renjun ingin bertanya lagi, namun kepalanya masih sakit dan badannya juga masih sangat lemas. Ia menutup matanya kembali, sebelum ibunya panik, dokter mengatakan bahwa Renjun hanya akan tertidur sebentar saja. Ibunya pun mengangguk dan membiarkan Renjun beristirahat.

.

.

.

.

.

YEAAYY~!
ANTHA DOUBLE UP :"D

Tapi pendek banget ya ._.
Aduh, jeongmal mianhaeee T^T

Antha lagi sibuk bangettt, terus mood nulis antha semakin menurunn T^T
Ini aja ngetiknya barusan :D

Sebenarnya ini alurnya agak berbeda dari yang mau Antha ketik duluu, tapi karena bingung jadi gini ._.
Bahkan hampir lupa ._.
Tapi intinya sama sih kkk~

Nah, di chap selanjutnya bakal ada klarifikasi kejadian asli, dan sudut pandang Jaehyun!!

Jaehyun itu nggak jahatt!! Jaehyunie, maap saia bikin kaya jahad :)
Kkkk~

Yaudah, makasih banget masih mau nungguin ceritaku yang amburadul bin nggak jelas iniii (>/\<)
Apalagi yang ngevote, Antha mau bilang makasih bangettt!!!
Komenan kalian bakal Antha balesin kok, jadi nyampah komen ajaa~!! Kkkk~

See you later~! Mwahh~! kkk~



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 24, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Real [JaeRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang