Second.

3.1K 292 1
                                    


Selalu lah ingat, bahwa typo itu seni :D
Happy Reading~

.

.

.

.

.

Renjun sedang berkeliling untuk mencari udara segar. Entah kenapa hari ini rasanya ia sangat susah tertidur.

Memang sedikit menakutkan, di asrama malam hari dan keadaannya sangat sunyi. Tetapi, Renjun berusaha untuk tidak berpikiran yang aneh-aneh. Tapi, pikiran aneh-aneh itu datang karena ia sedikit mendengar ada kegaduhan.

'I-itu pasti penjaga asrama kan?' batin Renjun menenangkan dirinya.

Perlahan Renjun mendekatkan telinganya pada ruangan itu. Mata Renjun membulat ketika tau apa yang terjadi di ruangan itu.

 "Udah deh, hyung! Biarin Renjun bahagia di sini sama gue!!"

"Pokoknya, gue bakal bikin dia nggak betah ada di dunia ini."

Renjun yang mendengar hal itu sangat terkejut. Tangannya gemetar, lututnya pun melemas. Ia sangat tidak menyangka, bahwa kakak kelasnya itu sangat membencinya. Bahkan ingin membunuhnya. Renjun ketakutan, ia langsung berlari mejauhi tempat itu.

Jaehyun sekilas melihat siluet Renjun, dan ia langsung menatap Jaemin. Jaemin yang sedang tersenyum miring. "Bangsat lo, Na," dengan segera Jaehyun berlari mengejar Renjun.

"Selamanya dia akan aja milik gue, Jung Jaehyun-ssi. Selamanya."

.

.

.

Renjun terus berlari hingga tiba-tiba sebuah suara memanggilnya.

"HUANG RENJUN!!"

Renjun mengenali suaranya, ia langsung mempercepat langkahnya. Tetapi karena perbedaan kekecepatan, Jaehyun berhasil menarik tangan Renjun dan membuat adik kelasnya itu berhenti berlari.

"Renjun... Dengerin gue dulu—"

"DENGERIN APA LAGI, SUNBAENIM!! Hiks... Saya nggak tau salah saya apa sampai-sampai sunbaenim begitu benci sama saya... Hiks," air mata Renjun perlahan mulai menetes, tetapi Jaehyun tetap berwajah datar. Meski begitu, ia sedikit mengendurkan cekalan tangannya pada Renjun. Dan hal itu dimanfaatkan oleh Renjun untuk kabur.

Jaehyun tidak mengejar, hanya memandang punggung Renjun yang perlahan semakin menjauhinya. Dan bergumam pelan.

"..."

.

.

.

Renjun sama sekali tidak bisa tidur, dan itu membuat teman 1 kamarnya sangat khawatir. Tapi Renjun tersenyum lembut, dan menenangkan Haechan bahwa ia tidak kenapa-kenapa.

Ia bersama Haechan berangkat ke kelas, langkahnya sedikit lunglai. Tetapi matanya sangat waspada terhadap sekitarnya. Ia masih merasakan sebuah kejanggalan, tetapi ia masih bingung, apa itu.

Hari ini ada pelajaran, Renjun sedikit lega karena akhirnya ada guru yang masuk dalam kelasnya, meskipun guru itu walikelasnya. Tetapi ia tetap tidak bisa fokus pada pelajaran, padahal ia sangat menyukai pelajaran bahasa.

Setelah selesai pelajaran walikelasnya, tidak ada lagi guru yang masuk. Dan itu membuat Renjun kembali bosan.

"Renjun.."

Renjun segera menoleh ke sumber suara, tapi tak hanya ia yang menoleh. Kelasnya yang tadinya berisik, mendadak hening. Mereka menatap Jaehyun seperti tatapan kebencian. Renjun juga sama saja, menatap Jaehyun demikian.

"Renjun, gue mau minta maaf. Tapi nggak di sini—"

"Kenapa nggak di sini?" itu bukan suara Renjun, itu Shushua.

"Karena banyak orang, gue mau minta maaf secara pribadi."

"Gue nggak yakin, Oppa bakal nggak apa-apain Renjun," kata Shushua menatap Jaehyun penuh selidik.

"Gue cuma pinjem Renjun bentar. Setelah itu gue nggak bakal gangguin dia lagi, selamanya."

"Nggak bisa! Oppa kira Renjun barang?!"

"Lo siapa sih, ngatur-ngatur urusan gue sama Renjun?!" Jaehyun lama-lama terpancing emosinya menghadapi Shushua.

"Gue temennya, dan nggak hanya gue, semua yang ada di sini nggak terima!!"

Jaehyun melirik sekitarnya. Memang, ia menyadari semua yang ada di kelas itu membencinya. "Tapi—!"

"Saya mau ikut sunbaenim, tapi cuma 15 menit aja," Renjun sedikit jengah melihat pertengkaran yang kemungkinan tidak ada habisnya. Mendengar itu Jaehyun langsung tersenyum penuh kemenangan, dan menatap remeh sekitarnya.

"Njun! Kok kamu mau sama dia?!"

"Seenggaknya dia mau minta maaf, dan nggak bakal ganggu lagi, Shua."

Shua berdecih, ia tidak bisa membantah Renjun.

Jaehyun pun melangkah keluar kelas itu, dan Renjun mengikutinya dari belakang. Mereka terus berjalan, hanya ada suara langkah mereka, tidak ada yang berbicara hingga Renjun sadar bahwa sekarang ia sudah ada di tempat parkiran.

"Tunggu sunbaenim, kita mau kemana?"

"Ikut gue, gue bakal jawab semua hal yang ngeganjil selama ini. Gue bakal jelasin semuanya."

Renjun terkejut, ia berpikir bahwa Jaehyun mengerti apa yang sedari tadi ia resahkan. Tentang hal-hal ganjil di sekitarnya.

"Nih," Jaehyun menyodorkan helm pada Renjun. Renjun hanya menatap helm itu.

"Kenapa nggak jelasin di sekolah aja, dan ini masih jam sekolah, nggak boleh keluar dari sekolah. Dan juga pasti satpam nggak bo—"

"Boleh. Satpamnya nggak ada, dan gue nggak mungkin jelasin di sini. Karena awal 'semuanya' mulanya, bukan di sini."

.

.

.

.

.

.

.

TBC.

.

.

.

.

.

.

Waiteuuu~
Antha mau dobel up :3

The Real [JaeRen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang