Prolog

91 14 3
                                    

Aku dan dia sejak pukul empat sore masih memandangi matahari senja di pantai kota kami. Menikmati warna jingga yang menutupi ujung samudera di ufuk barat. Kami berdua duduk tanpa ada kata yang terucap. Bergeming tanpa suara kecuali deburan ombak yang kian menepi.

"Tunggu!" tanganku terangkat, berusaha menghentikan langkahnya yang baru saja beranjak dari pasir nan lembut tempat duduknya itu. Wajahnya muram tidak menampakan kebahagiaan. Dia berhenti. Menengokku kembali yang masih terpaku dalam diam.

"Akan ku katakan," suaraku tercekat, lidahku kelu. Aku menghela napas sejenak. "Aku tahu kau ingin mendengarnya... aku mencintaimu." wajahnya memerah, matanya terlihat mengucurkan air mata. Dia berlari dengan perasaannya. Meninggalkanku dengan jawaban kosong.

Biar KukatakanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang