Tiga hari lamanya Koios mendekam di kamar rawat rumah sakit. Selama itu juga Shelbia berkali-kali datang menjenguk pacar tercintanya. Ada banyak warna di pipi Koios beberapa hari ini merah, ungu juga biru.
Shelbia dibuat prihatin, dirinya juga menyesal karena pacarnya selama ini seperti anak itik. Shelbia menyesal Koios tidak ahli dalam baku hantam sepertinya.
Diraihnya tangan Koios, kesempatan bagi Shelbia karena pacarnya masih terlelap tidur.
"Cepet sembuh dong, nyusahin orang aja," meski ucapannya terdengar ketus nyatanya Shelbia menunjukan wajah sendu.
Digesek-gesekannya tangan Koios dengan pipinya. Tidak bisa berbohong, Shelbia merasa rindu ribut dan mencak-mencak pada Koios.
"Sayang," suara lembut mengalun di telinga Shelbia. Gadis itu menoleh, mendapati perempuan yang sudah melahirkan Koios ke dunia. "Sudah datang?" Tanya perempuan itu.
Lekas berdiri, Shelbia memberikan kursi yang semula didudukinya pada perempuan cantik itu. Tante Yan, mimomnya Koios.
Shelbia mengangguk, "Udah tante. Kebetulan hari ini pulang cepet."
"Terima kasih ya, sudah jagain anak tante."
Shelbia mengangguk, "Nggak papa tante, aku juga nggak keberatan."
Shelbia dan Yan mengobrol lama, mereka membicarakan apa saja yang keduanya sama sama tau dan paham. Melihat Yan, Shelbia jadi merindukan mamanya. Tidak habis pikir dia pada orang tuanya, menjenguk keluarga sekalian bulan madu, tidak siap dia mendapatkan adik karena katanya anak tengah selalu bernasib tersisihkan.
Saat pamit, Shelbia memastikan bahwa Koios sudah boleh pulang sore nanti.
Pulang dijemput sopirnya, Shelbia sampai di rumah tepat waktu. Dirinya berjalan malas-malasan, besok hari minggu yang berarti sore ini tidak mandi pun tak mengapa, yah selagi mamanya tidak berada di rumah. Mamanya yang paling gencar menegakan gerakan 'tidak mandi, silahkan tidur di kandang kambing' itu yang dijunjung ibu surinya tinggi-tinggi, sampai Shelbi takut adakah kuman di sela pori-porinya.
"Lo nggak naik taksi kan Bi?" Nicholas yang tengah serius dengan laptopnya bertanya. "Gue yang tadi nyuruh Pak Sum jemput lo."
"Thanks, Nick." Shelbia menjatuhkan dirinya di samping Nicholas. Kakaknya itu tidak protes, berarti Shelbia tidak menguarkan bau badan, batin gadis itu. Aman.
"Noh hp lo kedip-kedip terus," Shelbia menunjuk gawai Nicholas.
"Biarin aja, palingan si Joslin. Ngeri juga dia ternyata, posesif parah."
"Yaudah, putusinlah. Lo kan biasanya gitu, ada celah ya tinggalin. Lo kan kecakepan, sok ganteng," Shelbia melirik pekerjaan Nicholas, rupanya cowok itu tengah sibuk membuat makalah.
"Dih, gue emang ganteng kali," Nicholas melirik sinis adiknya. Lalu, disesapnya coklat panas buatan Bi Carot. Enak, selalu enak. Sesuai resep, pikir Nicholas.
"Gimana keadaan si ikan koi? Lebay bener digebukin doang tiga hari nggak pulang dari rumah sakit," Nicholas nyinyir, dirinya lupa saat Koios terkapar dialah yang menggendong anak itu.
Untung saja segala urusan telah selesai. Berkat bantuan orang tua Koios yang ikut turun tangan bersama orang kepercayaan keluarga Nicholas dan Shelbia, Shelbia tidak terjerat apa pun. Yah meski sebulan ini Shelbia tidak diberi uang jajan, konsekuensi membuat wajah manusia menjadi lebam-lebam.
"Gue ke atas deh," Shelbia bangkit dari duduknya, tanpa menunggu jawaban Nicholas dia berjalan cepat menaiki anak tangga. Beberapa hari ini dia merasa lelah, berendam satu jam mungkin cukup membuat kepalanya yang terasa kusut kembali berfungsi baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
OAKLYN (Completed)
Short StoryBercerita tentang Shelbia Oaklyn, gadis badung yang sialnya dikelilingi orang-orang menyebalkan.