August, 31st 2017

3 1 0
                                    

Aku tidak tahu bahwa menengadahkan tangan kepada hujan akan begitu menyedihkan. Flash back kepada memori yang hanya terekam oleh diri sendiri, bukan orang lain. Memori dimana hanya aku yang merasakan, bukan orang lain. Rasa sakit yang menyesak tanpa menyisa di mata, namun tertahan disana.

Aku. Hanya aku yang merasakan.

Jejak pertama yang terekam adalah sikap, kemudian sifat, kemudian laku, hingga berlanjut seperti tak ada batas bagi kata 'kemudian'.

Aku tidak pernah mampu mengingat bagaimana sapa bertemu pertama kali. Apakah di suatu halaman luas tempat kerumunan banyak orang. Ataukah di suatu ruang dimana beberapa orang bercakap dengan saling menatap wajah, sementara kita terpisah oleh satu bangku yang diduduki orang lain. Atau mungkin di suatu kondisi jalan raya yang begitu padat dan macet sementara kita berada dalam bus yang berbeda. Atau di suatu teras yang sengaja Tuhan hamparkan kepada para hamba-Nya agar terus berprasangka baik atas segala rencana dan hikmah-Nya.

Aku memang tidak pernah bisa mengingat, tapi sikap lugasnya begitu membekas.

.

.

.

What if I was that one who met you firstly??

I know, that I will never reveal 'that' name even here.

Journey (Diary of.....)Where stories live. Discover now