Nabila terlelap di atas ranjang berukuran sedang milik nya, kening nya sudah di penuhi oleh keringat. Padahal kamar nya ber AC dan cukup dingin.
mata nya terpejam namun bibir nya bergumam lirih.
"Buuun..." Lirih Nabila dengan mata terpejam, dengan peluh yang membanjiri wajah nya.
"Bun, Bi...la ka..ngeen, Bi...la mau ikut Bunda."
Ceklek
Suara pintu di buka
seseorang memasuki kamar Nabila dan langsung menyalakan lampu. Seketika kamar itu terang, terdengar lirihan yang kurang jelas di telinga nya.
Di hampiri nya gadis yang sedang terlelap di atas ranjang, wajah nya sendu.
"Bi...la sa...yang Bunda."
"Bi...la mau ikut Bunda, Bun."
Suaranya nya semakin lirih, mengeluarkan air mata dari sudut matanya.
''Astaghfirullah dek.'' Ujar Vano tak tega melihat adik nya seperti itu.
Di usap nya sudut mata Nabila yang mengeluar kan Air mata.
''Bil, bangun yok udah subuh. Solat dulu.'' Di tepuk nya pelan pipi Nabila agar ia bangun dari mimpinya.
''Bil...'' Lanjut nya pelan
Sadar ada yang memanggil nya, Nabila mengerjap ngerjap kan mata nya.
Dilihat nya ada sang kakak, Nabila langsung memeluk Vano yang terduduk di samping nya.
Vano dapat mendengar Nabila menangis.
Di usap nya lembut puncak kepala Nabila dengan sayang, sungguh ia tak tega melihat adik nya seperti ini.
''Ikhlasin Bunda Bil, jangan siksa diri lo sendiri.'' Ujar Vano menenangkan.
''I hate dad.'' Isak Nabila tak bisa berhenti.
''Astaghfirullah dek.'' Vano mengelus pelan bahu Nabila, Mungkin dengan itu bisa sedikit menenang kan adik nya.
Vano tak ingin banyak bicara. ia takut, jika adik nya semakin bersedih karena perkataan nya. Mungkin menjadi pendengar yang baik untuk saat ini jauh lebih baik.
''Ayah gak sayang sama gue.'' Lanjut Nabila di sela sela isak tangis nya.
Vano merenggang kan pelukan Nabila, ditatap wajah sendu adik nya. Mata nya sembap.
Vano mengusap lembut pipi Nabila, menghapus air mata yang membasahi wajah adik nya.
''Yaudah sekarang lo mandi abis itu solat, lo curahin semua apa yang lo rasain Bil. Insyaallah itu bisa bikin lo tenang.'' Kata Vano menenangkan.
Nabila hanya mengangguk tanda mengiyakan.
Vano menepuk bahu Nabila pelan. ''Yaudah gue tinggal dulu ya.'' Pamit Vano beranjak pergi meninggalkan Nabila.
❄ ❄ ❄
Seperti biasa Nabila sudah siap dengan seragam putih abu-abu nya, Rambut Hitam sebahu dengan warna ungu dibagian bawah nya dan sedikit Curly tergerai rapi di buatnya.
Nabila berjalan keluar rumah, dilihat nya disebrang sana tepat nya di halaman rumah Rayan, Di lihat nya Rayan yang masih memakai kaos dan celana pendek selutut yang sedang membelai kuda besi nya dengan sayang. Eh di elap maksudnya heheh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just Be Mine
Teen Fiction"Tuhan, kumohon tetap kan hati ini untuk menjadi sahabat Iyan. Jangan lebih, Aku takut Iyan pergi." ~Nabila Medina Ariendra. "Gua janji, akan selalu ada di samping lu Bil. tapi gua gak janji kalo hati ini tidak akan pernah berubah, untuk menjadi le...