Because Of Love [2]

58 17 0
                                    

Setelah setengah jam menunggu giliran memasuki kantin untuk makan, Caca, Vivi, berserta teman-teman yang lainnya mendapat beberapa bonus bagian makanan yang tersisa. Dengan senang hati Caca menerimanya, meski tidak sebanyak yang ia bayangkan. Setelah mendapat seporsi makan siang tersebut Caca berserta yang lainnya mencari meja dan kursi yang masih kosong, dan memberi mereka peluang untuk mendudukinya sementara. Membiarkan mereka duduk sambil melahap makanannya hingga habis. Tapi tidak ada satu pun meja dan kursi yang kosong, sepertinya kantin memang benar-benar penuh. Caca berserta teman-temannya sedari tadi masih berdiri di tengah-tengah beja serta kursi yang sudah di duduki oleh murid-murid yang baru masuk. Caca terus memicingkan matanya, mencoba menemukan beberapa kursi yang kosong, tapi pandangannya terhenti dan terpaku pada sekumpulan anak laki-laki yang tengah asik berceritaan dengan sikap dan penampilan yang kurang sopan. Mereka adalah laki-laki yang Caca lihat beberapa menit yang lalu, tatapan Caca berubah menjadi tajam. Ia menatap tajam salah satu laki-laki yang berada di sana, laki-laki yang tadi ia lihat menjadi biangkerok kericuhan kantin. Laki-laki yang tadi ia lihat menabraki murid-murid lainnya dengan sengaja. Padahal murid-murid itu tidak mengetahui apa kesalahan mereka, mereka tidak tahu apa alasannya mereka di tabrak dengan sengaja. Mereka ingin marah, namun mereka menahannya karena tidak berani melawan laki-laki tersebut. Laki-laki yang di kenal sebagai jenderal dari SMA Merdeka Kita, laki-laki yang di kenal di seluruh sekolah, laki-laki yang di kenal dengan kekayaan yang berlimpah, laki-laki yang di kenal berhobi membuat keributan hingga dapat menerbangkan roh musuhnya tersebut, laki-laki yang di kenal ketidak lembutannya itu.

Caca menghela nafasnya dengan kasar, ia terus-terusan menatap laki-laki itu dengan tajam. Setaunya laki-laki itu sudah sedari tadi berada di dalam kantin, dan belum keluar ketika semua murid sebelumnya yang berada di kantin mengeluari kantin. Seharusnya laki-laki dan segerombolannya itu sudah mengeluari kantin ini sedari tadi, memberikan tempat duduk mereka kepada Caca berserta teman-temannya.

"Ca, lo ngeliatin siapa?" Tanya Arini yang tersadar atas tatapan tajam Caca tertuju pada seseorang. Arini mengikuti arah panah tatapan mata Caca, ia melototkan matanya saat menyadari seseorang yang sedang Caca tatap tajam.

"Gue benci ngeliat tuh orang!" Ucap Caca. Pandangannya masih terpaku pada laki-laki tersebut, Caca terus menatapnya dengan tatapan tidak sukanya. Ia merasa begitu jengkel, mengapa sampai sekarang laki-laki berserta teman-temannya itu tidak juga beranjak dari tempat duduknya dan tidak memberi kesempatan Caca beserta teman-temannya duduk di kursi tersebut sambil menikmati makan siang mereka.

"Ca, please. Jangan pernah lo ngegertak tuh orang," Ucap Arini memberi saran kepada Caca. Tapi apa daya, Caca cewek yang mereka kenal sebagai cewek yang tidak kenal kata kekalahan serta menyerah pada dirinya. Dengan tangan yang masih memegangi piring makanannya, dengan mantap Caca berjalan menghampiri laki-laki tersebut. Melihat hal tersebut membuat Arini panik.

"Oy! Oy! Gimana nih, Caca mau buat gara-gara sama Renaldi, oy!" Melihat teman-temannya yang lainnya tidak mengetahui apa yang di lakukan Caca sekarang, Arini segera memberi tahu mereka sambil terus menyuruh mereka bersama-sama menahan Caca, agar tidak menguji kesabaran laki-laki yang mereka sebut Renaldi itu. Sudah pasti nama laki-laki itu adalah Renaldi!

"Ca!" Seru Vivi sambil berlari menghampiri Caca yang sudah hampir memukul meja tersebut sekuat mungkin.
Caca menghentikan aksinya, ia membalikan badannya, melihat Vivi berserta temannya yang lain.

"Please jangan Ca," Ucap Natasya yang terdengar seperti bisikan.

BRAK..!

Dengan keras serta kencang, Caca memukul meja yang berada di depannya kini, hal itu berhasil membuat semua temannya serempak memukul kening mereka. Melihat betapa bodohnya Caca melakukan hal gila tersebut kepada Renaldi, sang jenderal bagi seluruh murid, kecuali dirinya.

BECAUSE OF LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang