Bertemu Anggota Sniper

82 6 2
                                    

Happy Reading!

.
.

Diam dan hening, Felix masih tertahan dalam posisinya. Keterkejutan membuat dia tak bisa beranjak dari depan jendela. Keringat mengucur dengan deras, degupan jantungnya berpacu dua kali lebih cepat. Pria itu berubah mual, menjijikkan. Felix tidak ingin melihat itu, dia ingin pergi tapi tak bisa. Pria itu hanya diam membisu, dia tak dapat melakukan apapun selain menyaksikan.

Takut menyarang di dadanya saat terdengar suara langkah sepatu pantofel menciptakan gema. Dia menoleh, Seorang perempuan mendatanginya dengan tatapan lapar. Rambut hitamnya acak-acakan dengan wajah berlumur darah dan hancur. Kedua bola matanya pun mencuat keluar. Felix yang semula kaget, langsung memutarkan tubuh dan melangkah tergesa.

Bruuk!

Felix meringis. Kaki pria itu tiba-tiba tersandung sesuatu. Dia terjerembab, sementara perempuan itu berjarak semakin dekat.

Tanpa aba-aba, Felix dengan sigap kembali bangkit hingga menimbulkan suara decitan akibat gesekan sepatu sportnya dan lantai . Pertama kalinya dia merasakan ketakutan berkalut yang lebih besar dengan kondisi seperti ini. Dia celingukan ke sana kemari tanpa tahu arah.

Perasaannya mulai tak enak, dia yakin akan ada semakin banyak mayat-mayat berjalan. Langkahnya masih cepat, namun terpaksa terhenti saat melihat sekumpul orang dengan wajah-wajah penuh darah, serta luka-luka disekujur tubuhnya yang baru saja muncul dari hadapannya dengan tubuh yang sempoyongan. Felix melebarkan kelopak matanya, dia segera memutar kakinya ke arah berlawanan dan berlari dengan kencang memasuki belokan lorong bersembunyi dibalik tembok gedung.

"Toloong! Tolooong!" suara teriakan menggema dari arah berlawanan, seorang pria berlari tak tentu arah, sementara mayat-mayat berjalan mengejarnya dari belakang. Tanpa memperhatikan sekelilingnya, pria itu tiba-tiba terjatuh. Dia mengerang kesakitan ketika kakinya terkilir hingga dia tak bisa berdiri. Teriakannya tersebut berhasil memancing para makhluk itu lebih banyak. Dia disergap dari belakang, mengerang kencang saat mayat-mayat mulai mengoyaknya dengan rakus. Detik berikutnya, suara teriakan pria itu tak terdengar lagi.

"Ini mengerikan." Gumam Felix pelan, tak ingin mengundang perhatian mayat-mayat hidup itu. Kelopak matanya mengintip,  rasa takut teralihkan, dia mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Tak ingin lama-lama berdiri dan melihat kengerian lebih jauh, Felix segera berbalik badan untuk meninggalkan tempat ini.  Namun saat hendak melangkah, tiba-tiba sebuah tangan membekap mulutnya dan menyeret tubuhnya sampai di sudut rentetan loker merah. Felix berusaha memberontak dan berteriak ketakutan. Diliriknya pelaku, seorang pria tak asing bagi dirinya berdiri di hadapannya dengan jari telunjuk mengacung didepan bibir tipisnya.

"Sssttt... Jangan berteriak, nanti bisa mengundang perhatian makhluk-makhluk itu. Sedang apa kau berdiri di sana? Menunggu untuk dimangsa? " mendengar perkataan Houten, Felix langsung memasang wajah masam.

"Apa yang—" lirihnya setelah Houten menjauhkan sebelah tangannya yang semula membekap mulut Felix.

"Ayo pergi! Tak aman jika terus berada di luar. Lebih baik kita bersembunyi terlebih dahulu dan memikirkan rencana, " potong Houten sedikit berbisik, namun tetap tajam tanpa membiarkan Felix melanjutkan perkataannya. Pria itu hanya menganggukkan kepala pasrah.

Lalu pria itu berjalan melewati tubuh Felix, membuatnya sedikit terhenyak saat melihat benda tumpul terbuat dari besi yang digenggamnya, "Kawan... Darimana kau dapatkan tongkat bisbol itu?" Felix menaikkan sebelah alisnya setelah berhasil mensejajarkan langkahnya.

"Hmm," gumam Houten tampak enggan, memasang tatapan tajam pada sekeliling mereka. Sesekali dia juga menoleh ke belakang, memastikan tak ada mayat hidup yang akan menyerangnya.

InjectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang