[2] He Knows!

11.9K 1.1K 124
                                    

**Temukan karya ini di Karyakarsa dengan chapter yang lebih banyak. See you disana, Bestie..


"Selamat malam Den." Sapa salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumah orang tuanya. "Akhirnya Den El pulang. Ibu lagi konser Den, Bapak sampai kliyengan katanya mikirin tingkah Ibu yang di dukung backing vocal andalannya."

Laporan tersebut langsung El dapatkan tepat beberapa detik ketika pintu rumah orang tuanya dibuka. Ia hanya bisa menganggukkan kepala, mengerti dengan jelas keributan seperti apa yang tengah terjadi.

"Terima kasih Mbok atas informasinya." Laki-laki itu lalu melangkahkan kakinya masuk ke dalam bangunan yang hanya kakinya pijaki setiap akhir pekan belaka.

"Ibu.. Ibuu.. Aden udah pulang Bu.."

El menggelengkan kepala saat orang yang paling Maminya percayai berlari mendahuluinya. Wanita itu seperti memiliki kekuatan para atlet lari hanya karena kedatangannya.

Sampai di lantai dua, El memijat kepalanya. Jantungnya berdetak lebih cepat saat melihat seorang wanita cantik melangkahkan kakinya cepat menuju ke arahnya. Bisa habis dirinya jika wanita itu terjatuh. Suaminya pasti akan mengamuk hebat, memarahi semua orang— termasuk dirinya, anaknya sendiri.

"Abaaang!!" Audi menjerit, histeris.

"Anak Mami!" Ia memeluk erat tubuh El. Dibelakangnya replica wanita itu mengekor bak seorang kembaran.

"Abang!! Achell kangen!" Anak ke dua Marchello Darmawan itu memang paling hebat dalam aksi meniru kelakuan Maminya.

"Abang, Abang! Abang kenapa tambah ganteng?! Papi kalah sama Abang. Kalau gini Mami jadi nggak cinta lagi aja ke Papi. Abis dia kalah jauh sekarang!" Seloroh Audi dengan segala kepolosan wanita itu meski usianya tak lagi muda.

Suara deheman membuat Marchellia atau yang biasa dipanggil dengan nama Achell terkikik. Gadis cilik sembilan tahunan itu melepaskan pelukannya dari tubuh El, bergerak mundur lalu berlarian sembari berteriak jika dia tidak ikut-ikutan dalam urusan mami dan papi mereka.

"Jadi udah nggak cinta, hem?"

'Mereka mulai lagi,' batin El sembari memutar bola matanya. Setiap berkunjung ia pasti tak pernah melewatkan drama picisan orang tuanya. Selalu ada saja yang bisa dijadikan jalan cerita sinetron di negara mereka.

"Jangan marah!" Rajuk Audi sembari mengerucutkan bibirnya. Ia memeluk lengan sang putra, "nanti Audi suruh Kakak bobok sama Achel, aku sama El mumpung dia disini!" Ancamnya seperti biasa.

Anehnya, meski sering mendapatkan ancaman serupa, Marchello tetap ketakutan sendiri. Ia tak pernah terbiasa dengan ke-ngambekan istrinya yang bisa berlangsung sampai berhari-hari. Istri cantiknya itu memang paling pandai menyiksa suami. Dia pemegang tahta tertinggi keluarga Darmawan sekarang.

"Oke.. Oke! Kalian puas-puasin kangen-kangenan-nya, habis itu Papi pinjem El sebentar." Ujar Marchello pada sang istri. "Berkasnya kamu bawa kan El?" El menganggukkan kepala, membuat Marchello juga mengikuti gerakan naik-turun kepala anaknya itu.

"Ada hal yang ingin papi tanyakan pada kamu. Jadi kamu senengin mami kamu dulu sebelum Papi mengorek informasi mengenai penyanyi itu."

Kontak saja tubuh El menegang di tempatnya. Jadi papinya sudah tahu mengenai apa yang dirinya lakukan dibelakang pria itu?! Tapi mengapa pria itu justru terlihat sangat tenang dibalik tatapannya yang teduh?! Seolah tak ada emosi apapun di kedua mata yang menatapnya tanpa kedipan.

"Papi tunggu kamu.." Kali ini El merasakan sengatan pada tepukan yang papinya berikan. Riwayatnya telah tamat ditangan sang penguasa rimba. Ia tak akan lagi bisa berkutik apalagi mengelak. Papinya pasti telah mengetahui seluruh rahasianya.

"El.." panggil Audi. Mengetahui jika anaknya sedang tidak fokus bersamanya, wanita itu melepaskan pelukannya. Ia melambaikan wajah tepat di depan mata El hingga sang putra mengerjap. "El kenapa?" tanya-nya penuh perhatian. "Di kantor lagi ada masalah ya?!"

El menggaruk kepalanya— persis sekali seperti Marchello dan Audi mengerti jika putranya sedang tidak baik-baik saja.

"Kalau kamu dimaharin Papi, El bilang Mami ya.. Nanti Mami usir Papi dari rumah. Tenang aja, ada Mami." Selamanya di mata Audi Darmawan, El tetaplah anak laki-laki yang paling dia sayangi. Semua orang tak boleh melukai putranya termasuk suami dan keluarganya yang lain. Ia akan berada di garda terdepan ketika El kesulitan.

"El oke, Mami.. Sekarang El ketemu Papi dulu ya. Nanti setelah selesai, El ke kamar Mami." Dan gunung es itu selalu mencair— menjadi hangat ketika berhadapan dengan Mami dan adik perempuannya.

DI RUANG kerjanya, Marchello Darmawan melempar beberapa lembar foto dimana El tengah membopong tubuh seorang wanita berambut panjang. Foto-foto tersebut diambil dari berbagai angel dan tempat yang berbeda. Di setiap sudut kelab malam yang Marchello ketahui dengan jelas tempatnya, ia mendapatkan hasil jepretan bahkan sampai di depan pintu president's suit yang putranya masuki.

"Wanita itu, dia bukan?" tanya Marchello dengan suara beratnya. "Dia penyanyi yang sedang digosipkan hamil itu bukan?!" tuntunya meminta jawaban.

Sepertinya sifat tanpa basa-basi El memang diturunkan dari sang Papi. Bukan hanya itu, sosok dominan Marchello juga diwariskan pada sosok El yang saat ini diam tak berkutik.

"Kamu masih mau diam, El?!"

Marchello kembali melempar beberapa foto yang baru ia dapatkan sore tadi. Foto dimana asisten El tengah mengunjungi unit apartemen wanita bernama Angelica tersebut. Belum lagi beberapa foto El satu bulan yang lalu, juga Chello suguhkan dengan baik agar putranya tak dapat berkelit. Semua bukti yang menyuguhkan perilaku menyimpang putranya sudah ia keluarkan. Ia hanya membutuhkan kejujuran dari mulut anaknya.

"Kamu mencari dia?" todong Chello tanpa basa-basi. "Untuk apa Marchellino?!" Marchello atau yang sering keluarganya panggil dengan Chello itu mengetukkan jarinya di atas meja.

"Masih ingin diam?! Kamu menunggu Oma yang bertanya, El?!" Haruskah Papi memberikan semua foto ini ke Oma kamu?! Dia pasti akan senang karena punya sedikit olahraga buat ditanganin." Ancam El tak serius.

Percayalah, semua hal mungkin akan mudah ditangan wanita yang menyediakan pangku kekuasaan untuk seluruh keturunan Darmawan itu. Tapi semuanya juga akan menjadi sangat sulit, termasuk untuk El. Membiarkan Omanya turun tangan sama saja membiarkan seluruh hidupnya kembali di atur oleh ibu dari papinya.

"Dia mengandung anak El, Papi. El yang menghamili Angelica."

Dua kalimat dari bibir El, nyatanya cukup untuk membuat Marchello kembali menghadirkan foto baru. Pria paruh baya itu jelas tidak akan melewatkan ibu dari cucunya. Ada keturunan Darmawan yang wanita itu bawa.

"Dia ada di Amerika. Orang suruhan Papi memata-matai dia sejak pagi setelah bukti one night stand kalian sampai di tangan Papi." Kata Marchello membuat El mengepalkan jarinya. Ia merasa seperti anak kecil yang terus diawasi sekarang.

El bangkit dari duduknya. Ia mengatakan pada sang papi jika akan mengurus kepergiannya untuk menjemput ibu dari cucu lelaki itu.

"Papi akan ikut bersama kamu ke sana, El. Setidaknya jika kamu gagal meyakinkan, Papi yang akan membawanya. Bagaimanapun juga calon penerus Darmawan ada pada wanita itu. Oma kamu pasti nggak akan tinggal diam. Jangan buat orang tua Papi melakukan pekerjaan di usia lanjutnya. Well, even kita tahu dia sangat suka keributan."

"Pi!" Pekik El merasa tak senang. Ia bisa mengurus semuanya sendiri.

"Setelah itu, kamu bisa meneruskan bagian kamu!" Ucap Marchello tak ingin mendengar bantahan apapun dari putranya.

Summer DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang