1. So far away

14K 500 30
                                    

Dulu kita pernah sedekat jari tengah dengan jari manis. Dan sekarang kita malah sejauh jempol tangan dengan jempol kaki :)


"Gara-gara lu ten! Gw jadi telat kan!"

"Ya udah sih santuy," enteng Ten.

Padahal mereka berdua tengah di hukum karena terlambat datang ke sekolah.

Sudah beribu kali Yara berpikir, dosa apa yang pernah ia lakukan di jaman Joseon sehingga memiliki kakak modelan begini.

Ten, panggilannya. Nama lengkapnya Chittaphon leechaiyapornkul. Kakak yang bengis dan kejam. Setidaknya itulah definisi Ten dimata Yara.

Kakak yang memiliki dendam kesumat terhadap adiknya. Kurang lebih seperti itu.

"Dah ya gw mau ke kantin dulu." Ten melenggang kan kakinya pergi begitu saja.

"Ngapain bego lu?!"

"Ya mau nongkrong lah," Jawab Ten.

Yara menggerakkan giginya, kesal. "Ini hukuman nya blm selesai begoooo."

Siapa sih yang gak kesal saat diposisi Yara?

"Bodoamat," ketus Ten.

"Ten begooooooo toloooollll!!!" Yara berteriak melampiaskan kekesalannya walaupun ia tahu Ten sudah hilang dari pandangan nya.

"Heh kamu!"

Mampus gw, batin Yara. Ia membeku, menutup mulutnya rapat-rapat.

"Ngomong apa kamu tadi?"

Yara balik badan menghadapi lawan bicaranya, Pak Shindong. "Maaf pak, tadi itu anuuu ... ."

"Anuu siapaaaa hah???" sambar pak Shindong.

Yara terkejut begitu pak Shindong menjewer telinga nya. Sakit? Jangan ditanya soal sakit apa kagak. Jelas jeweran pak Shindong tiada dua nya disekolah ini.

"Kamu bapak tambah lagi hukumannya!"

"Jangan dong pak, pak Shindong ganteng deh, uuh!"

"Berdiri sampai istirahat pertama selesai." final dari pak Shindong.

SABAR.

Yara tidak bisa berkata-kata lagi. Ingin rasanya ia mengelus dada, tapi ia lebih ingin memukul kepala Ten sampai amnesia.

Untung prinsipnya "Cewe sabar, suami nya banyak." membuat Yara setidaknya menahan emosi walau sebentar.

"Kurang ajar lo, Ten!"

***

"Ten bego! Gara-gara lu nih, gw berdiri sam-..."

"Bacot anjir!" sela Ten.

Mulut Yara di bekap sama Ten. Bermaksud membungkam Yara yang banyak omong alias cerewet. Dan Yara, jelas makin naik pitam.

Yara pun segera menjauhkan tangan Ten dari mulutnya. "Napa sih! Keknya lu dendam bgt ke gw!!"

"Brisik bego lu. Udh gede jugaa," jawab Ten.

Ah, sudahlah!

Yara terdiam. Lebih tepatnya memilih diam. Ia lelah terus berdebat dengan Ten. Dan memilih pulang jalan kaki.

✓ ʙ ᴀ ʙ ʏ  ᴅ ᴏ ɴ 'ᴛ  ꜱ ᴛ ᴏ ᴘ: ᴍ ɪ ꜱ ᴛ ᴀ ᴋ ᴇ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang