Matahari telah terbit, sinar-nya yang sejuk di pagi itu menyusup masuk lewat jendela-jendela rumah. Sejenak terlihat seorang anak perempuan berdiri di balik kaca jendela rumahnya sembari melihat suasana lingkungan sekitar, nampaknya ia sedang asyik memandang embun yang menempel di dedaunan dan nyanyian merdu dari burung-burung yang hinggap di pepohonan. Mungkin ia ingin keluar bermain dengan mereka, namun keasyikan menikmati suasana pagi itu di ganggu oleh panggilan ibunya untuk mengingatkan bahwa ia harus pergi ke sekolah.
" Latika, apa yang sedang kamu lakukan di situ? cepat kamu mandi dan bersiap pergi ke sekolah, nanti kamu terlambat lagi," ibu anak perempuan itu memanggil sembari mengingatkan.
" Iya Bu, sebentar lagi," sahut anak perempuan yang bernama Latika itu. Ia berumur 14 tahun dengan mata yang indah dan rambutnya sebahu nampak seperti gadis-gadis cleopatra Mesir yang cantik. Dengan perlahan ia melangkah dari jendala kaca yang menjadi tirai memandang suasana sekitar rumahnya di waktu pagi. Sesudah merapikan tempat tidur ia pergi ke belakang melihat apa yang bisa dikerjakan untuk membantu Ibunya di dapur sebelum ia bersiap berangkat ke sekolah.
Pagi itu waktu sudah menunjukan pukul 07.00, Latika segera mempersiapkan diri untuk pergi ke sekolah, kebetulan ayahnya sudah menunggu untuk menghantar Latika sekaligus ayahnya pergi kerja. Latika selalu diajarkan untuk hidup disiplin, terutama ayahnya yang bekerja di salah satu perusahaan swasta dan banyak mengalami tekanan yang dibuat oleh perusahaan untuk selalu tertib pada semua yang diatur oleh perusahaan tempat ayahnya bekerja. Mungkin dari situlah ayahnya mencoba mendidik anaknya untuk belajar disiplin juga. Berbeda hal dengan ibunya yang hanya mengurus semua pekerjaan rumah, namun ia selalu mengajarkan sifat belas kasih sayangnya pada anaknya Latika untuk mempraktikan-nya pada siapa saja di dunia ini.
Banyak hal yang coba di berikan ayah dan ibunya di keluarga kecil ini, mungkin karena Latika adalah anak satu-satunya hingga terkadang rasa kasih sayang itu diiringi dengan ketakutan yang berlebihan bila ada sesuatu menimpa Latika. Ayahnya dengan wataknya yang keras pernah mengingatkan Latika dengan sebuah pesan " Anak-ku dunia ini keras maka engkau harus kuat dan lebih keras dari dunia ini." Namun terkadang perlakuan ke-dua orang tuanya itu seperti membuat Latika dikekang seakan tidak punya kebebasan untuk melihat dunia luar dengan diberikan mana yang baik dan buruk. Keluarga kecil yang dimiliki Latika mungkin tidak se-beruntung orang lain, sebab Latika dibesarkan dengan keluarga yang mapan dan kaya raya, semua kebutuhan materi bisa di fasilitasi dengan mudah.
Waktu terus berjalan membuat Latika dan ayahnya harus berangkat kerja dan menghantarkan Latika ke sekolah. Dengan mengendarai mobil mewah mereka melalui jalanan kota yang di sekelilingnya terdapat gedung berdiri tegak dan tinggi seakan menjadi pagar hidup untuk mereka. Di balik kaca jendela mobil Latika terus memandang gedung-gedung itu dengan raut wajah yang menyimpan banyak pertanyaan dan rasa penasaran tentang dunia ini...
YOU ARE READING
Rantai Kekerasan
Science FictionBerawal dari kehidupan rumah tangga yang retak ( Broken Home ) dan berakhir dengan perceraian suami istri, akibat tindakan kekerasan yang dibuat oleh suaminya. Dan pelampiasan amarah sering dilimpahkan kepada anak perempuan mereka bernama Latika ya...