Sound II. The Day When You Protect Me

61 11 5
                                        

Author's note: wah saya lupa pernah nulis ini /slapped/ 
Untuk kedepannya diusahakan lebih cepat apdetnya. Karena saya gak tau jarak Shibuya-Shinjuku saya anggap jaraknya kayak Bekasi-Jakarta.

Enjoy~

=||=||=

Dua hari setelah pekerjaan pertama yang ia lakukan,[Name] mendapat tugas lagi namun tugasnya kali ini agak jauh. Bertempat disebuah rumah sakit di Shinjuku. Disana digelar sebuah acara amal untuk para pasien yang sedang dirawat atau yang hanya sekedar periksa.
Maraknya penyakit kulit yang diakibatkan oleh bahan dasar make-up yang berbahaya membuat pihak rumah sakit mengadakan seminar serta make up gratis guna menghibur para pasien.
Nantinya hasil make up tersebut akan di foto dan diberikan kepada pasien sebagai kenang-kenangan.
Tentu saja alat yang digunakan dalam acara tersebut merupakan alat khusus dengan bahan dasar alami yang aman untuk digunakan pada pasien.

Setelah selesai berkemas,[Name] keluar kamar untuk berpamitan pada kakaknya.

"Kau yakin bisa sendiri?" Ucap sang kakak yang mengkhawatirkan adik satu-satunya itu.
[Name] mengangguk singkat.
"Tak apa. Kakak hari ini ada tugas lain kan? Jangan khawatir,aku akan baik-baik saja." ucap [Name] yang sedang memakai sepatu.
Setelah selesai memakai sepatu dan membenarkan posisi tas besarnya,ia pun pergi tak lupa untuk mencium pipi sang kakak terlebih dahulu.

Pergi dengan bus bukanlah hal yang baru untuk [Name]. Memasang earphone di kedua telinganya,[Name] memilih tempat paling dekat dengan pintu keluar. Hal itu ia lakukan demi menghindari orang-orang usil atau orang asing yang mengajak bicara tanpa menepuk bahumu.

Selang satu jam perjalanan, ia pun sampai di tempat yang ia tuju. Kedatangannya disambut oleh rekannya yang sudah sampai terlebih dahulu. Kemudian mereka bertemu dengan salah satu dokter yang bertugas di sana sebagai dokter bedah dalam.

Acara pun dimulai.
Para pasien terutama berjenis kelamin perempuan amat antusias. Tak sedikit juga para laki-laki yang mengikutinya. Delapan orang termasuk [Name] duduk di kursi secara berbaris,lalu para pasien yang ingin dirias pun berbaris di barisan perias yang mereka inginkan.
Barisan [Name] kini telah kosong,ia melihat sekeliling dimana beberapa rekannya masih merias beberapa pasien.
Mata [Name] menangkap sosok remaja laki-laki yang berdiri di pinggir tak jauh dari tempatnya berada. [Name] pun tersenyum kecil lalu menghampiri pemuda tersebut.

"Tidak ingin di rias?" ucap [Name] yang kini sudah berdiri tepat didepan anak itu.

"Hah?! Untuk apa? Memangnya aku perempuan?! Konyol!" ucap anak itu.

[Name] hanya tersenyum saat membaca gerakan bibirnya.

"Make-up tidak hanya dikhususkan untuk perempuan saja lho. Kau tau para model dan aktor di televisi? Mereka tampan bukan? Make-up juga ikut membantu penampilan mereka." Ujar [Name] dengan senyum.
Sementara anak itu hanya merengut, sambil meliriknya.

"A-apa itu benar? Memangnya Nee-chan pernah mendandani mereka?" Ucapnya lagi yang dijawab anggukan kepala oleh [Name].

"Belum lama ini,aku mendandani para model majalah populer lho. Bagaimana? Masih tak mau mencoba?" tanya [Name] yang akhirnya dijawab anggukan ragu-ragu  oleh anak itu.

[Name] pun langsung menuntun anak itu untuk ketempatnya.
Kini mereka duduk berhadapan.
Tangan [Name] dengan lincahnya mengaplikasikan peralatan makeup nya pada wajah sang anak.

"Jreeng~ lihat! Kau suka? Berbeda dengan perempuan bukan?" ucap [Name] dengan memberikan cermin tangan pada anak tersebut.
Anak itu hanya memandang cermin dengan terkagum-kagum.

"Nee-chan,hebat sekali. Arigatou Nee-chan!" Seru anak itu dengan tersenyum senang.
[Name] hanya tersenyum kecilm
"Kalau begitu,sebelum dihapus pergilah ke booth foto. Untuk kenang-kenangan." ucap [Name] yang disusul anggukan dari anak itu lalu anak itu pun pergi meninggalkan [Name].

V O I C ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang