Bab 2

1K 128 12
                                    


Earl Uchiha Fungaku, tidak ada seorang pun di Kerajaan Aralle yang tidak mengenalnya. Sang penasihat raja, sekaligus teman dekat Raja Hashirama. Klan Uchiha sudah sejak dulu mendapatkan gelar Earl berkat kemampuan individual mereka yang di atas rata-rata. Mereka disegani, dan memiliki harga diri tinggi.

Dikalahkan oleh seorang rakyat biasa, jelas Uchiha Sasuke tidak bisa menerima. Dia adalah anak kedua dari bangsawan Earl, status sosialnya paling tinggi di antara anak-anak bangsawan lain. Sudah sepantasnya ia berada di puncak, karena Uchiha selalu unggul di segala bidang.

"Aku tidak bisa menerima hasil keputusan pertandingan." Ucap Sasuke sambil menatap tajam Naruto. "Aku menantangmu untuk duel denganku!"

Diam-diam Hinata yang berada di belakang Naruto, menyeringai tipis. Putri Duke Hiashi itu, lalu melangkah menghadap Sasuke. Ia memberi salam pada pemuda berambut hitam di depannya dengan keanggunan seorang putri bangsawan.

"Selamat siang Sasuke-san. Maaf telah menyela pembicaraan penting Anda. Namun saya memiliki sebuah usul terhadap tantangan yang Anda berikan."

Remaja tanggung itu bersedekap walau nyatanya ia menatap Hinata dengan raut penasaran. "Apa maksud Anda, Hinata-san?"

"Bagaimana kalau kita bertaruh!" Hinata tidak menggunakan nada bertanya, ia jelas mengajak Sasuke untuk ikut andil dalam usul yang gadis itu berikan. "Bukankah dengan bertaruh, tantangan yang Anda berikan semakin menarik?"

Untuk sesaat, Sasuke terdiam, ia menimbang.

"Apa taruhannya?"

"Jika kami menang, maka Anda harus mau bergabung dengan party kami." Sebelah alis Sasuke sudah naik, sebelum ia sempat membuka mulut, Hinata sudah kembali berkata. "Jika kami kalah, maka kami akan pindah ke Margin Class dan menjadi pesuruh Anda."

"Tu-tunggu dulu Hinata!"

Naruto yang sejak tadi hanya diam mendengarkan, segera menarik lengan Hinata dan berbisik pelan. "Apa yang kau lakukan? kau tidak bisa pindah ke Margin Class maupun menjadi pesuruhnya. Kau putri sulung Duke Hiashi! Lain ceritanya kalau itu adalah aku!"

Tatapan biru serta kata-kata laki-laki itu, tak mampu membuat Hinata menyembunyikan senyuman. Ia bahagia, bahwa di kehidupan ini pun Naruto tetaplah sama. Remaja di depannya lebih memikirkan orang lain ketimbang diri sendiri.

Hinata meraih tangan Naruto yang memegang lengannya lalu menggenggamnya erat. Tersenyum merekah dengan tatapan penuh percaya diri. "Kalau begitu, menanglah! Percayalah pada kemampuanmu, Naruto-kun."

Mulut remaja pirang itu menganga, hendak membalas tetapi tak satu pun kata-kata yang terpikirkan olehnya. Tatapan dari rembulan Hinata begitu tegas, membuat Naruto tak jadi bersikap pesimis. Remaja pirang itu malah merasa bisa melakukan apa pun selama sang putri berada di sisinya.

"Yoshaaa! Biarkan kesatria ini menjawab harapanmu, My Lady!" Naruto berseru sembari mengedipkan salah satu matanya.

Hinata tertawa kecil, akhirnya Naruto kembali ceria. Remaja itu sama sekali tidak cocok dengan wajah yang ditekuk dan pesimis. Sosok yang Hinata kenal adalah seorang laki-laki murah senyum, pantang menyerah, dan selalu melangkah pasti. Itulah yang telah berhasil memikat hatinya selama ini.

"Apa kalian sudah selesai?" Sasuke menyela. Bersedekap sembari mengetuk jemarinya dengan perasaan kesal. "Saya sama sekali tidak mengerti dengan sikap Anda. Duel ini adalah urusan pribadi antara Saya dan Naruto. Anda tidak perlu ikut campur sampai mempertaruhkan harga diri Anda."

"Jika berkenan, bolehkah saya tahu alasan utama mengapa Sasuke-san tidak bisa menerima kekalahan Anda waktu lalu?"

Sudut pelipis Sasuke berkedut pelan, "bukankah sudah jelas bahwa Uchiha selalu unggul dalam setiap aspek?" jawabnya dengan tatapan tajam.

Redemption [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang