Bab 5

1.1K 123 24
                                    

Di bawah sinar bulan purnama, burung phoenix berbulu hitam, terbang melewati daratan. Membelah langit malam dengan kepulan asap berasal dari pembakaran. Daratan hijau berubah kering kehitaman, hangus, akibat tembakan meriam dari kaum manusia. Bersama sisa tulang belulang monster kegelapan, bercampur darah merah para prajurit. Barisan depan seakan menjadi sosok nyata dari gambaran neraka. Untuk kedua kalinya Hinata melihat pemandangan mengerikan ini.

Mata peraknya bergetar pelan, ia memejamkan mata, mengeraskan rahang. Hinata memberontak, mencoba melepaskan diri dari cengkraman kuat sang burung raksasa. Monster itu menukik tiba-tiba, kemudian melempar Hinata jatuh ke tanah, membuatnya terguling beberapa kali.

Hinata mengangkat wajah, iris perak membulat saat menyadari sosok di depan. Seorang wanita cantik berambut putih dengan gaun abu-abu kusam. Mata perak bersinar di bawah bulan purnama dengan raut datar, Hinata mengingat jelas wajah itu.

"Kaguya!" desisnya tertahan.

Wanita itu memiringkan kepala, mengerut samar. "Kau tahu namaku ternyata," sudut bibirnya tertarik sinis. "Seperti yang dikatakannya, kau penuh misteri, Nona Hinata."

Sebelah alis Hinata terangkat heran, siapa yang wanita itu maksud. Terlebih mengapa Kaguya menculiknya, bukankah seharusnya yang menarik perhatian ratu iblis adalah Naruto? apakah masa lalu telah berubah tanpa ia sadari? Namun terlepas dari semua itu, saat ini ia harus fokus terhadap musuh terakhir di depannya.

Hinata menekuk kedua kaki, mengepalkan kedua tangan, menitik beratkan kekuatan sihir di kedua tinjunya. Aura sekitar berubah, dari tubuhnya yang dibalut seragam akademi Beauxbaton terlihat samar-samar sebuah asap keunguan mengelilingi. Ketika ledakan sihir terjadi, dari kedua kepalan tangan muncul kobaran api membentuk dua kepala singa berwarna ungu tua bermata putih.

" Hakke Sojishi Hogeki!"

Hinata berlari menyerang Kaguya dengan kecepatan yang sulit diikuti mata biasa. Hal itu mengejutkan ratu iblis, ketika tiba-tiba saja putri duke ada di sisi kanan, menyerang dengan tinju. Pukulan meleset, mengenai tanah, detik berikutnya retakan terjadi bersama ledakan dengan daya sebar cukup luas.

Kaguya berhasil menghindar dari serangan kejutan Hinata, mengerutkan kening. Kemampuan gadis berusia tujuh belas tahun di depannya ini, tidak bisa diremehkan. Apa benar dia masih berumur belasan tahun, melihat kekuatannya yang lebih seperti hasil latihan puluhan tahun. Terlebih kemampuan yang diperlihatkan sang gadis cukup unik.

"Kau menggabungkan kekuatan sihir dengan ilmu bela diri?" Kening sang ratu mengerus samar, namun tak lama senyum miring terlihat. " Mengesankan," pujinya.

Putri duke mengibaskan rambut panjangnya. Ia menatap tajam dengan raut serupa prajurti terlatih. Tatapan dari mata perak yang seharusnya tidak terlihat dari seorang murid. Aura misterius itu berhasil membuat Kaguya sedikit bergidik ngeri.

Mata perak berubah mendung, menatap kedua tangan ramping yang dulu penuh luka gores. Mengingat kembali masa-masa dimana Hinata berlatih keras. Ia terlahir dengan kemampuan sihir yang tidak bisa digunakan untuk serangan dekat. Namun dengan kerja keras bersama Naruto dan teman-temannya dimasa lampau, putri duke berhasil menciptakan kemampuan miliknya sendiri.

Hakke sojishi Hogeki adalah bukti nyata dari hasil keringat dan air mata yang Hinata curahkan puluhan tahun. Meski pada nyatanya, kemampuan ini masih belum cukup untuk melindungi orang-orang terkasih. Ingatan ketika Naruto mati, kemudian dibangkitkan kembali, lalu membunuh teman-teman dan juga dirinya hadir. Menghantarkan rasa sesak di dada, hingga ia terpejam.

"Kemampuan ini tidak tercipta dalam semalam. Butuh ratusan malam dengan air mata perjuangan untuk membuatnya." Hinata kembali memanggil ledakan sihir di kedua tinju. Ia membuka mata, menatap penuh tekad pada ratu kegelapan.

Redemption [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang