Bab 4

621 109 22
                                    

Ruang aula sekolah Beauxbaton hari ini lebih ramai daripada biasanya. Meski sebagian guru sudah mencoba menenangkan murid-murid, rasa cemas, gelisah tak kunjung surut dari raut anak-anak. Bagaimana tidak, jika rumor mengenai para murid sekolah ternama di kerajaan Aralle akan ikut berperang. Siapapun jelas gundah, walau kabar itu masih simpang siur, ditambah lagi hari ini kepala sekolah secara khusus mengadakan pertemuan seluruh penghuni akademi.

Disalah satu barisan, Hinata berdiri tegak dengan jubah kebesaran akademi dengan lambang Hyuuga di sisi kanan. Mata lavendel itu menatap ke arah podium di mana Profesor Hiruzen nantinya akan berpidato. Tatapan gadis itu mengambang, melamun, memikirkan jika rumor itu menjadi fakta. Apa yang harus dia lakukan ketika peperangan terjadi lebih cepat dari sebelumnya?

Sebuah jemari mengetuk pelan ujung jari Hinata, menghentak sang gadis untuk menoleh ke kanan. Di sampingnya, Uzumaki Naruto tersenyum penuh keyakinan. Rambut pirangnya yang cepak serta pakaian pelindung lengkap membuatnya terlihat gagah. Itu adalah sosok Naruto saat mereka berusia dua puluh tahun. Dan kini bayangan itu memudar menjadi sosok remaja sang pemuda pirang. Pakaian berjubah berubah menjadi seragam, rambut pirang yang agak panjang, namun senyum yakin itu tetaplah sama.

"Apa yang kau lamunkan?" bisiknya pelan.

Hinata memiringkan badan, balas berbisik. "Memikirkanmu."

Naruto terbatuk keras, ia mendapat tatapan peringatan dari Obito-Sensei. Hinata terkekeh pelan, tidak merasa bersalah telah membuat teman pirangnya ditegur. Kemudian ia berbisik lagi, "Maaf, aku bercanda."

Mata biru laut itu melotot kesal, "Candaan yang tidak lucu."

"Ah~ hatiku sakit mendengarnya. Kau jahat Naruto-kun," gadis itu kembali menggoda, hingga ia mendapat sikutan dari Naruto.

"Jangan bercanda, aku tahu kau sedang memikirkan sesuatu.yang.sangat.serius." Ia memberi penekanan diujung kata. "Kau tidak bisa membohongiku, Hinata."

Hinata mengulas senyum pahit, ia memalingkan wajah, mengabaikan Naruto. Saat pemuda itu hendak berkata lagi, suara keras dari arah podium menghentikannya. Sosok profesor Hiruzen terlihat berdiri menjulang, dengan pengeras suara ia membuka pertemuan siang ini.

"Saya rasa kalian sudah mendengar rumor yang beredar saat ini, bahwa Kerajaan kita sedang dalam situasi tidak baik." Suara Hiruzen terdengar tenang dan tegas. "Seperti yang dilansir oleh pihak Keamanan kerajaan, Tuan Shikaku memberitahu bahwa kaum iblis tengah membentuk pasukan untuk memulai perang dengan Aralle yang merupakan rumah dan juga tanah kelahiran kita."

Kericuhan terjadi seketika, para murid menunjukkan sikap cemas mereka. Hiruzen berseru keras, menyuruh anak-anak untuk diam. Setelah keadaan tenang, ia kembali membuka suara. "Sebagai seorang guru, tidak ada yang lebih penting dari keselamatan para murid. Namun ketika bahkan kerajaan membungkuk, meminta bantuan dengan segala rendah hati, mampukah kita untuk menolak?"

"Saya tahu, sebagian dari kalian tentu tidak ingin melakukan peperangan. Sebagian dari kalian pastilah takut untuk menghadapi para monster-monster kegelapan. Namun perlu saya ingatkan kembali, tujuan kalian bersekolah di Akademi Beauxbaton adalah untuk menjadi pribadi yang hebat, menjadi salah satu tokoh yang akan mengukir sejarah di luar sana. Karena itu saya tidak akan memaksa, kalian sendiri lah yang menentukan pilihan. Ikut berperang atau tidak."

Hiruzen menutup pidato singkatnya dengan membungkuk dalam, tindakan paling sopan untuk meminta bantuan pada seseorang. Para guru mengikuti tindakan dari kepala sekolah. Membuat Naruto mengedarkan pandangan, salah tingkah dengan tindakan mereka. Sementara itu Hinata tetap berdiri tegak, tatapan matanya bergetar dengan kedua tangan terkepal erat. Apa yang ia takutkan telah terjadi.

Redemption [NARUHINA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang