Sore itu Zhiya masih harus menunggu 2 sahabatnya menyelesaikan tugasnya di lab sekolah, kelabu mengalungi kota itu seperti biasa, Zhiya melamun diatas meja di sudut luar kelasnya bersandar pada pagar penghalang
Entah mengapa senja kelabu selalu membawanya larut dalam perasaan yang menggantung, sepasang headset menutupi dua telinga nya itu semakin menghanyutkan dia dalam perasaan nya kala satu lagu terputar membawa nya berlayar ke tengah lautan luka yang semakin menjauh
"Astagfirullah" ucap nya sambil menggelengkan kepalanya dengan cepat, Zhiya mengakhiri sendu itu agar tak lagi terlalu larut dalam lukanya
Zhiya meneguk iceblend nya yang sudah meleleh karena sedari tadi karena dia begitu fokus pada perasaan nya"Zhi!!!ayoo.. " teriak Tasya dari ujung lorong, dengan mengisyaratkan 'oke' Zhiya bergegas turun dari meja dan berlari ke lab komputer yang berada di ujung lorong
"ohiya Zhi besok kayanya kita ke industri" ucap Arin sembari memakai sepatu dihadapan Zhiya
"ngapain lagi emang? Bukan nya udh beres?" entah apa yang harus Zhiya ekspresikan mendengar ucapan sahabatnya itu bahagia,sedih ,ataukah marah,perasaan nya lagi lagi tak karuan
"haha tenang bukan modus ke kang Azzam ko" goda Tasya sembari mengipasi muka Zhiya yang merah
"haha, iya ini bahan buat sidang aku kurang Zhi, harus nge printscreen di MCR"
"tapi aku malu rin,gatau deh kenapa" ucap, Zhiya sembari mengernyit dahinya dan menggit bibir bawahnya ekspresinya jika dia malu
"gapapa ih kan sama aku, gakan ada apa apa santaiii" ucap Arin sambil menyodorkan tangan nya untuk di angkat pada Zhiya
"yaudahlah ayo, sekalian aku mau beli handsock juga, sekalian jajan juga haha"
"jajan mele bocah gembil" sentil Tasya di pipi Zhiya
"dih bae we" tukas Zhiya kesal dengan logat sundanya
Entahlah keputusan yang Zhiya buat ini tepat ataukah akan membuat lukanya semakin menjadi jadi,pasal nya lelaki itu tak mudah dia tebak, sesaat seakan dia mengingkan Zhiya namun sesaat seperti tak menginginkan kehadiran nya, sembari jalan ke parkiran Zhiya kembali hanyut dalam pikiran nyaMalam itu selepas shalat isya, Zhiya termenung di atas kasurnya, memikirkan apakah esok hatinya akan biasa saja,takkan ada luka yang bertambah ataupun rasa yang semakin tumbuh
Lagi lagi rindu menyeruak di dadanya, menyesakan dadanya sejujurnya dia senang karena mungkin besok rindu nya akan terobati namun tetap saja akan ada perasaan sembilu, Zhiya melirik pada dua boneka di dalam frame kaca, ya itu boneka pemberian kang Azzam sebagai hadiah ulanh tahun nya kala itu
Rindu semakin menjadi jadi, mereka membabi buta pikiran dan hati Zhiya, akhirnya pasukan pasukan air matanya kembali keluar"Astagfirullah...ma fii qalbi ghairullah ya Allah" kembali Zhiya beristigfar agar tak terus menerus hanyut pada perasaan nya, dia menyeka air matanya dengan telapak tangan nya itu dan bergegas untuk terlelap dengan tak sabar malam nanti dia ingin mengadu padaNya tentang rindu yang lagi lagi berhasil membuatnya menangis
------------------------------------
Bae we: "biarin aja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bahasa Diam
Spiritualsebuah kisah penantian seseorang yang membuktikan bahwa menjemput "takdir-Nya" tak harus dengan selalu bersama,dan bukti betapa rahasianya takdir yang Allah garis kan dengan skenario Nya yang begitu indah Terinspirasi dari kisah cinta Fatimah Az-Z...