Chapter 1-The Beginning
Tangisan seorang bayi di sebuah pelataran rumah berukuran tak lebihnya sebuah ruangan serba guna, memecah kesunyian malam yang diselimuti langit kelam bertaburan bintang. Suara tangis yang nyaring memekik telinga.
Kepalanya bayi tersebut bergerak ke kanan ke kiri tak beraturan. Mencoba mengeluarkan tangannya dari gulungan kain yang membungkus tubuh kecilnya. Bibirnya menganga lebar ketika suara tangisan keluar dari bibir kecilnya.
Siapapun yang mendengarkan pastilah memastikan jika bayi yang tengah menangis itu sedang kesakitan. Akibat dari suara tangisannya yang semakin berlanjut semakin terdengar sangat menyayat kerongkongan. Tanpa adanya cairan yang membasahi kerongkongan saat menagis atau teriak keras pastilah sangat menyakitkan. Dan hal inilah yang tengah bayi itu alami.
Bayi tersebut telah berada di pelataran rumah tersebut lebih dari setengah jam yang lalu. Pada awalnya bayi berambut pirang tersebut tak terganggu saat ditinggalkan oleh kedua orangtuanya di pelataran rumah itu. Tidurnya tak terganggu bahkan saat waktu telah berjalan selama dua puluh menit. Seolah keranjang bayi yang di tempatinya adalah tempat yang ternyaman untuk menyambut mimpi indahnya. Namun saat tidurnya terusik akibat dari hinggapan nyamuk di wajahnya, bayi itu mulai terbangun dan menangis.
Sewajarnya
seorang ibu akan langsung menyusui bayinya saat ia terbangun di tengah malam. Namun saat rengekannya tak kuncung mendapat sumpalan susu dari sang ibu, akhirnya rengekan bayi itupun berubah menjadi sebuah tangisan. Tanginsan pelan yang dengan sejalannya waktu berubah menjadi tangisan memekik telinga. Tangisan yang membuat siapapun haus. Tak terkecuali bayi tersebut. Ia benar-benar membutuhkan apa yang di sebut 'air susu ibu' sekarang juga.Namun seolah tangisan bayi itu tak pernah ada. Maka dari itu tak aka ada ASI bagi bayi tersebut. Lama menangis histeris, bayi itupun merasa lelah. Dengan sedikit pergerakan dalam balutan selimut hangatnya, ia kembali tertidur. Tertidur akan rasa lelah. Lelah menangis demi memanggil sang ibu kembali, kembali untuk memberinya asupan paling bergizi yang ada di dunia. Tanda dari sebuah kasih sayang tulus seorang ibu. Namun hal itu tak ada. Atau lebih tepatnya tak akan pernah ada untuk bayi tersebut.
_________________________________________Disclaimer
Naruto
©Mashashi Kisimoto.Pairing
Minato. Kushina. Sasuke. Naruto. Sakura.
Pairing akhir bukan SasuNaru.
Saya sudah memperingatkan.
Jika masih ada flame.
Dimohon close saja.Genre
Hurt/Comfort/Family/Romance/AngstRating
TeenagerWarning
Broken Home. Romance minimalis dengan bau-bau yaoi.
Ending berderai air mata, maybe. Alur cepet? Typo's?
Alur maju mundur tanpa peringatan flashback. Tapi aku rubah jadi italic saat percakapan flashback.Summary
Penderitaan Naruto yang di buang oleh keluarga saat ia bayi.
Namun saat ia dapat bertemu kembali dengan keluarganya.
Rasa sakitlah yang ia terima.
Terlebih saat cinta pertamanya benar-benar memilih meninggalkannya demi cinta yang lebih rasional.
Menyadarkan bahwa kini sudah benar-benar tak ada yang menyayanginya.Inspiration
Aku terinspirasi membuat fic ini saat mencari kasus untuk tugas Sistem Hukum Indonesia,
tentang hokum perdata warisan.
Disana dijelaskan jika seorang anak tidak di akui oleh ayahnya dan ibu yang mengandungnya.
Berarti dia tak berhak atas warisan kedua orangtunya.
Dan secara hokum adalah individu mandiri. Anggap saja sebatang kara.
Gimana sakitnya hati seorang anak yang tidak diharapkan sama sekali?